Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun berlalu dan satu persatu mereka semua berumah tangga. Seperti janji nya saat masih kecil mereka semua akan membeli rumah secara berdekatan la...
Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
***
Di penghujung pekan tepat nya di pagi hari dengan di selimuti cuaca sejuk setelah hujan deras selepas adzan subuh berkumandang membuat orang-orang malas untuk berkegiatan di luar. Kebanyakan dari mereka malah memilih kembali bergelung dengan selimut nya masing-masing. Tapi tidak dengan calon manten kita, Danindra sudah mendatangi rumah orang tua nya dengan pakaian santai.
Saking santai nya pria itu malah masih pakai piyama yang ia pakai saat tidur.
"Ck. Lo berdua gak niat banget kesini masih pake baju tidur." Zeva mendengus saat membukakan pintu untuk Danindra yang ternyata datang bersama Ravi. Bahkan kedua nya kompak sama-sama masih menggunakan piyama. Apalagi Ravi dengan pede nya memakai piyama berwarna kuning cerah bermotif bebek.
"Si Mey Mey ngikutin gue." Balas Danindra santai.
"Dih dari semalem juga gue udah pake baju ini. Couple tau sama Nina."
"Dasar alay!" Cibir Danindra.
"Iri aja lo jarjit!"
"Ngapain iri dih. Gue juga mau kawin.."
"Nikah." Koreksi Zeva menatap kedua adik nya yang selalu ribut. Tapi aneh nya mereka tinggal dalam satu rumah. "Masuk deh. Di tunggu mami papi di meja makan. Mami yang bikin sarapan."
"Tumbenan masak nyonya besar." Celetuk Danindra yang membuat Zeva menatap sang adik.
"Iya mbak-mbak lagi balik dulu. Karena selama deket-deket lo mau nikah mereka bakal sibuk. Jadi mami sengaja ngasih libur dulu sebelum sibuk."
"Baek amat dah. Gak biasa nya nyonya besar mendadak waras."
"Sekate-kate lo kalau ngomong." Sahut Ravi pelan.
"Halah di otak lo juga pasti mikir gitu. Gak usah denial, emak lo kan dulu nya titisan siluman uler, nyi roro kidul aja kalah. Galak bener..."
"Hahaha iya sih." Ravi terkikik setelah nya. "Btw nyonya besar yang lo bilang itu emak lo juga. Satu pabrikan kita."
Sedangkan Zeva hanya menghela napas di belakang kedua adik nya, hubungan adik kakak yang sangat aneh menurut nya, tadi ribut, sekarang malah ngikik bersama.
"Hei kalian datang juga." Sambut Sabrina dengan senang. Tapi mata nya celingukan seperti mencari seseorang.
"Kenapa mi?" Tanya Zeva yang melihat mami nya celingukan.
"Nina sama Rafa mana? Kok gak ikut sih?"
"Tanya noh sama laki nya, tadi sebenernya mau ikut tapi sama laki nya gak di bolehin." Balas Danindra sambil menyalami tangan Sabrina dan Liam secara bergantian.
"Loh kenapa bang?" Tanya Liam yang penasaran.
"Aku gak mau liat istri ku di bentak-bentak mami lagi. Lebih baik gak usah ikut." Balas Ravi santai sambil duduk di meja makan. Tapi pria itu tidak berniat untuk makan bersama. hanya sekedar numpang duduk saja.
