37. Siapa yang bodoh?

1.4K 207 48
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kamu yakin kamu gak papa?" Tanya Fabian pada istri nya yang nampak diam saja sejak pulang dari praktek nya di rumah sakit.

Vania hanya menggelengkan kepala nya, berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihan nya yang sudah lama bersemayam di hatinya. "Udah ah aku mau masak. Aku lagi pengen kwetiau kamu mau gak? Atau mau yang lain?"

"Samain aja." Balas Fabian sembari menggendong Ardhan yang baru selesai makan sore.

"Jagain Ardhan ya, aku mau masak." Ucap Vania sembari berjalan menuju dapur untuk bersiap memasak makan malam mereka berdua.

Namun saat semua bahan sudah ia siapkan, tiba-tiba mood memasak nya hilang seketika. Apalagi kembali mengingat postingan Zizi bersama kedua orang tua dan kedua kakak nya yang berarti mereka semua  sudah berhasil berdamai dengan masa lalu nya dan sudah saling menerima satu sama lain. Tidak lupa postingan tersebut di sertai caption manis yang menceritakan perjuangan Gavin dalam meminta restu kedua orang tua Zizi. Berkali-kali di usir, pria itu tidak gentar untuk terus berjuang mendapatkan restu mertua nya.

Rasanya sangat berbanding terbalik dengan suami nya, yang ia rasa pria itu hanya pasrah dengan kondisi kedua orang tua nya yang masih enggan menerima pernikahan dirinya dan sang suami. Bahkan saat menikah pun yang meminta untuk datang ke acara pernikahan mereka untuk menjadi wali saat akad bukan Fabian langsung yang meminta, tapi justru Narendra lah yang status nya sebagai sahabat dengan gagah berani membujuk kedua orang tua nya agar datang ke pernikahan nya.

Ribuan janji yang selalu di ucapkan suami nya kalau pria itu akan berjuang demi restu kedua orang tua nya, tapi seperti nya itu hanyalah bualan semata. Karena nyata nya yang ia lihat suami nya tidak berbuat apa-apa. Bahkan yang berperan di keluarga mereka lebih banyak mertua nya, seperti mengganti gas, membenarkan keran yang bocor atau bahkan mengganti lampu. Karena Fany ibu mertua nya hingga kini masih selalu memanjakan suami nya layaknya bayi.

Sejujurnya Vania tidak masalah, karena sebanyak apapun usia pasti di mata orang tua, kita selalu di anggap kecil. Tapi salahkah Vania jika ia sangat berharap suami nya mau bergerak untuk memperjuangkan restu kepada kedua orang tua nya? Salah kah ia yang ingin suami nya lebih mandiri?

Seperti kemarin saat Damar banyak memuji bagaimana peran Narendra saat keluarga mereka di terpa masalah besar, bukan nya menerima justru sang suami malah balik merajuk yang mengakibatkan Fany murka kepada Damar. Karena secara terang-terangan Fabian mengadu pada mami nya kalau Damar lebih sayang Narendra, katanya.

"Naren juga bukan anak sulung, tapi dia bisa memposisikan kalau dia kepala keluarga. Bukan ngambek kaya bocah yang berlindung di ketek mami kamu!" Kesal Damar saat Fabian lebih banyak merajuk saat Damar selalu memuji Narendra.

"Tapi Naren kan punya adik Pi. Dia pasti ada jiwa sebagai kakak nya. Kalau adek kan dia anak bungsu. Gak usahlah papi banding-bandingin Naren sama anak kita. Anak kita jauh lebih baik dari Naren yang gak bisa pertahanin rumah tangga nya makanya dulu cerai. Anak kita jauh lebih baik. Gak zolim sama istri nya." Ketus Fany sembari melipat kedua tangan nya di dada.

Pengabdi Istri (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang