Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun berlalu dan satu persatu mereka semua berumah tangga. Seperti janji nya saat masih kecil mereka semua akan membeli rumah secara berdekatan la...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Saat Yasmine melahirkan. Pukul 08.00 pagi.
"Bang, bro Abe telpon gue katanya lo gak angkat ya telpon dari dia?" Tanya Danindra saat Narendra sedang menjemur handuk putra nya di balkon rumah sakit.
"Tadi gue lagi riweuh mandiin jagoan euy. Lagi manja pisan soalnya. Emang Abe bilang apa?"
"Winda nginep lagi sama Tommy, di hotel mewah di daerah Puncak." bisik Danindra di telinga Narendra, sengaja berbicara dengan berbisik sebab mereka sedang di kamar ruang rawat Yasmine yang baru saja melahirkan, dan ada banyak orang di dalam nya. Khawatir pembicaraan mereka akan di dengar orang lain. "Tapi kemarin nya dia nginep lagi sama Sunan. Adek lo malah di tinggal-tinggal terus di rumah mertua nya."
"Terus Aji tau kalau bini nya ngamar sama orang lain?"
Danindra menggeleng prihatin. "Gue tanya ke manager nya Winda yang kontaknya di kasih Bang Tama tempo hari, katanya Winda ada pemotretan ke Bogor. Kebetulan doi gak ikut, kan masih mudik."
Narendra menghela napas nya kasar. Pria itu khawatir dengan kabar sang adik yang tidak kabarnya sejak lebaran seminggu lalu. "Nanti rada malem-an lo telpon dia deh, pura-pura tanya kabar dia. Btw lo jadi nginep kan? Lo tidur di kamar ini aja sama Ajen. Gue mau nemenin Yasmine soalnya."
"Tapi Bang Idan mau nginep juga bang. Lagi galau juga itu orang."
"Ya gapapa, lo tanya kabar Aji aja, lo ngaku nya kalau lo lagi di apartemen. Terus bilangin gue marah sama dia. Gue chat dia tadi pengen tau aja kabar nya dia gimana tapi di baca doang. Lo sekalian pancing aja, Papa Bima nyariin dia. Pengen tau dia ada inisiatif buat kesini apa engga. Tapi inget jangan bahas Abe atau Sunan di depan Aji atau Idan. Sejauh ini masih lo doang yang tau."
Danindra mengangguk paham sembari menepuk bahu Narendra "Aman bang. Makanya Bang Abe gak berani nelpon lo lagi. Sesuai arahan lo, kalau gak ke angkat sekali, dia pasti langsung nelpon gue. Oh iya bang, apa lo ga mau istirahat dulu? Lo tidur nya masih belum cukup kan? Apalagi pas Yasmine kontraksi lo sama sekali ga tidur. Lo mending tidur dulu deh. Ajen ada gue yang jagain. Yasmine juga masih ada kedua orang tua nya, ada bokap nyokap lo juga."
Narendra memijat dahi nya yang memang sudah sangat pening sedari tadi, ditambah Jendra yang malah semakin manja tidak mau lepas dari dirinya. "Pening sih sebenernya. Gue tidur bentar deh. Tolong bilangin Yasmine juga ya."
"Aman lah bang. Lo tidur aja dulu di sini."
"Kalau ada apa-apa sama Yasmine, Ajen atau Luna langsung bangunin gue ya, Ndra!" Ucap Narendra yang mulai merebahkan tubuh nya di kasur.
"Siap bang aman..."
Narendra yang niat awal nya tidur sebentar, malah bablas sampai jam satu siang. Pria itu masih berusaha mengumpulkan nyawa nya sambil pelan-pelan duduk di pinggiran kasur. "Ya Allah niat sejam doang, malah empat jam molor nya." Kekeh Narendra saat melihat jam yang ada di ponselnya.
