Part 36

138 14 9
                                    

Rio memasuki kamar hotel dengan pelan, berusaha tidak menimbulkan suara. Sebeleum Rio pergi, Clara tadi terlelap dan mungkin saja sekarang Clara masih tidur dan Rio tidak ingin mengganggu jika terdengar suara.

"Dari mana?" suara tiba-tiba muncul.

Rio memalingkan wajahnya pelan, sedikit terkejut dengan wajah Clara yang menatapnya penuh intimidasi, Rio tau wanita itu menatapnya penuh curiga.

"Ketemu temen di cafe atas Ca." jawab Rio berusaha tenang.

"Temen? sejak kapan kamu berteman sama adek aku?" tanya Clara sinis.

Rio mendudukan dirinya di sofa dengan tenang, "Kamu tau aku ketemu Sania?"

"Aku bahkan selalu tau Sania lagi apa dan berada di mana Rio."

Rio menatap istrinya lama, Clara hanya menyandakran dirinya di tembok, menunggu kalimat yang akan diucapkan suaminya itu.

"Kamu tau? keluarga kamu?, kenapa ga berusaha nyari dia?, ngajak dia buat kembali?"

Clara tersenyum mengejek, berjalan ke arah meja, mengambil air botol, lalu menegaknya pelan. Sebenarnya membahas Sania bukan topik yang bagus untuk keduanya. Pasti berakhir dengan pertengkaran.

"Kamu tau gimana dia di mata keluarga aku dan orang lain, ga sedikit yang tau tentang dia, kamu mau keluarga aku malu?"

Rio menghela nafas, "Dia ga seburuk itu Ca, kamu tau apa yang sebenarnya terjadi. Dia gapernah ngerebut aku."

Clara mencengkam botol kuat, darahnya mendidih setelah mendengar kalimat yang Rio ucapkan. Nadanya begitu dingin dan menusuk.

"Kamu belain dia?, aku fikir selama ini kamu udah lupain dia."

Rio kembali menghela nafas, berusaha gidak terpancing emosi apapun yang akan memperkeruh keadaan, "Ca, dia adek kamu, kamu juga tau dia ada disini, setidaknya temui dia, hanya sekedar bertanya dia baik-baik saja atau tidak."

"Aku sudah menganggap dia mati Rio." jawab Clara tanpa basa-basi.

Memilih tidak menanggapi Clara, Rio berjalan menjauh menuju balkon yang langsung terhubung dengan pemadangan laut.

Rio hafal dan faham setiap seluk beluk pantai tersebut karena dia sering berkunjung ke sini. Rio memantik roko yang sebelumnya dia ambil dari bungkusnya dengan pelan.

Menghisap dan menghembuskannya dengan pelan, sebelum kembali ke kamarnya Rio sempat berpapasan dengan barista cafe tempat dia bertemu Sania. Kalimat dari barista tersebut masih terngiang.

"Mba Sania pernah keseret ombak mas, pas ditolongin badan dia udah lemes banget. Ternyata dia lagi demam tinggi terus ngehayal lagi berenang sama mas Rio. Dia gasadar kalo tiba-tiba udah berenang sampe tengah."

"Kasian mas mba Sania, kadang bisa duduk di pantai sampe lupa waktu, sambil liat hp, pas saya tanya kenapa, dia cuma bilang lagi nunggu keluarganya ngehubungin."

"Mas kalo bisa bawa mba Sania, di bawa ya, buat nemuin keluarganya. Mas jangan sampe semuanya terlambat dan nyesel."

Rio tersadar, menengok ke samping, ternyata Clara memperhatikannya sedari tadi, "Kenapa?"

"Mikirin Sania?"

"Jangan mulai Ca, Sania itu adik kamu, wajar kan kalo aku punya simpati sama dia?, dia punya keluarga utuh tapi berasa gapunya."

Clara malah terkekeh pelan, "Kamu lupa?, kamu juga andil dalam keterputuran hidup Sania."

"Kamu lupa?, kamu lebih milih karir kamu daripada memperjuangkan Sania. Kamu sendiri yang milih jalan ini Rio, jadi yang patut kasihan ke Sania itu keluarga aku atau kamu?" lanjut Clara.

"Gaperlu ngejabarin itu terus, aku juga inget."

"Kamu juga gaperlu nyudutin keluarga aku terus yang buat Sania jadi kaya sekarang kalo kamu sendiri gabisa bikin dia bahagia."

"Kamu pernah mikir ga Ca?"

Clara mengrinyit tajam, "Maksud kamu?"

"Kamu mungkin gatau apa yang terjadi sama Sania. Bukan ranah aku nyeritain semuanya, tapi sedikit aja peduli gaada salahnya kan Ca, dia masih saudara kandung kamu."

"Aku gangerti, selama ini memangnya aku gapeduli?"

Rio menginjak rokonya pelan, setelah memastikan rokonya mati, Rio menghadap ke arah Clara, merapikan rambut perempuan itu yang berantakan terkena angin.

"Ca mungkin kamu ga ngerasa, tapi Sania beda."

Clara mnepis tangan Rio, "Kenapa kamu ngerasa lebih tau Sania daripada aku?"

"Hubungan aku sama Sania ga sebentar Ca—"

Clars memotong pembicaraan Rio, "Kalo kamu tau cara treat Sania dengan baik harusnya kamu pilih dia aja, bukan aku."

"Ca aku ajak kamu ngobrol bukan untuk ribut. Kamu gaakan ngerti sampe kapanpun kalo kamu ga di posisi Sania."

Clara kembali tersenyum, dia melipat kedua tangannya di dada, "Aku emang gapernah mau di posisi Sania. Dibenci semua orang."

Rio mengusap pelan hidungnya, jika sekarang Sania berada di sini, sudah dipastikan wanita itu akan menangis. Membayangkan itu mebuat Rio benar-benar pusing.

"Sekarang masuk, besok kita flight pagi." itu jawaban final dari Rio, dia tidak ingin memperpanjang masalah.

Clara mengedikkan bahunya pelan, "Aku harap ini terakhir kalinya kamu ketemu sama Sania. Aku cuma mau hidup tenang mas, aku cape kalo harus ngadepin hal kaya gini berulang kali."

Rio mengangguk, "Iya, aku minta maaf. Masuklah."

Setelahnya Clara masuk, Rio memejamkan mata sebentar menghirup udara balkon. Ternyata sikap pengecut dia dulu yang tidak tegas benar-benar membuat semuanya jadi kacau.

Dan yang paling dirugikan di sini ternyata Sania. Rio berhasil membuat skenario hidup Sania seperti sekarang, menbuatnya sendirian tidak punya rumah untuk pulang.

Rio hanya berharap semua cepat berlalu, dia bisa hidup tenang dengan Clara, dan Sania pun bisa mendapatkan sesorang yang bisa menerima dan mencitai Sania dengan tulus.

Setelahnya Rio menyusul Clara masuk, tidak lupa menutup pintu balkon. Tanpa mereka sadari sedari tadi, objek yang Clara dan Rio bicarakan memdengar semuanya. Kamar Sania tepat berada di samping mereka. Balkon mereka hanya terpisah tembok tipis.

Sania mencengkram pembatas balkon dengan kuat, berharap bisa menenangkan fikiran, Sania justru mendapatkan kejutan baru. Sania tersenyum pelan. Dibenci semua orang, sebutan bagi sdorang Sania sekarang.

***

HAI GESS HEHEHEE,

Ada yang masih nungguin ini update? sebenarnya ini udah ada di draft tapi baru inget buat up, Minta maap🙏

Ini buat yang mau baca, yang gamau gapapa gamaksa soalnya pasti udah lupaaa😭😭😭

TAPI MAKASIH YANG MASIH NUNGGU DAN MAU BACA YA!!
lope sekebonn

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ClaRioWhere stories live. Discover now