Part 28

4.2K 158 3
                                    

Jarum jam tepat menunjukkan angka 8 saat Rio dan Clara menginjakkan kaki di bandara. Tujuan Clara adalah mengantarkan Rio kembali untuk penerbangan jam 9, yang berarti masih ada satu jam lagi sebelum keberangkatan.

"Aku pergi dulu. Jaga diri baik-baik, jangan telat makan. Jangan banyak keluyuran dan..."
"Stop it. Rio aku bukan anak kecil dan ini sudah kesekian ratus kalinya kamu ninggalin aku untuk tugas. Aku yang harusnya meringatin kamu untuk jangn banyak tingkah sama pramugari-pramugari!."

"Sure. Udah ada kamu juga gak bakal ada pramugari-pramugarian. Gak nafsu."
"Really tuan Alterio yang terhormat?. Manis sekali mulut anda sekarang ya."

Rio terkekeh mendengar penuturan sang istri. Serba salah kalau jadi Rio. Gak perhatian salah, dimanisi gak percayaan. Rio mendekat, mengikis jarak antara ia dan Clara. Mendekap tubuh wanita mungil itu erat.

"I love you and I'll miss you."
"Too honey. Jaga diri."

Setelah itu Rio melepaskan pelukannya dan berlalu ke bagian khusus pemeriksaan pilot. Clara melambaikan tangannya yang dibalas senyuman oleh Rio. Clara tetap berdiri di sana sampai punggung Rio hilang ditelan pembatas ruangan.

Kembalikan dia dalam keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun Tuhan..

❤❤❤

Bosan.
Satu kata yang menggambarkan Clara saat ini. Di rumah sekarang hanya ada dirinya dan bi Ati. Ah ya, bi Ati ialah orang yang membantu Clara membereskan rumah. Baru sebulan yang lalu Rio mengambil bi Ati dari rumah Mami. Awalnya bi Ati memang  bekerja di rumah mami.

Clara mengecek hpnya, mungkin saja  ada notification dari sang suami tapi nyatanya nihil. Tak ada satupun telefon ataupun sms dari Rio. Clara menghela nafas pasrah. Jika Rio bertugas beginilah nasib Clara.
K e s e p i a n.

Clara bangkit dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi. Bersiap untuk menemui seseorang.

Akhirnya 15 menit kemudian Clara sudah siap dengan jeans hitam serta kemeja putihnya. Ia mengambil tas yang semula sudah berisi peralatan yang akan ia bawa.

"Bi?"
"Ah ya mba Ca.?

Clara tersenyum. Memang sedari sebulan lalu bu Ati berada di rumahnya Clara tak mengijinkan wanita paruh baya itu memanggilnya dengan sebutan nyonya, nona, atau sebagainya. Menurut Clara panggipan itu terlalu berlebihan. Dan bi Ati memutuskan memanggil Clara dengan Caca dan di tambah embel-embel mba di depannya. Agar lebih akrab katanya.

"Caca pergi dulu bi. Ada janji sama temen. Bibi nanti masak makan malam buat bibi aja. Saya makan di luar bi."
"Baik mba. Hati hati."

Clara lalu beranjak menuju pintu utama. Menuju di mana mobilnya terparkir. Lalu melaju membelah kota menuju tempat pertemuan di adakan.

Semoga jalan yang ku ambil sudah benar. Tuhan tidak tidur bukan?.

Drrtt.. Drttt
"Hallo Si?."
"Udah jalan ke sana?."
"Ini lagi di jalan. 30 menit lagi nyampe. Jalanan agak macet."
"Udah siap?. Ini gak bakal semudah yang kamu bayangin Ca."
"Aku yang ambil langkah ini. Mau gak mau aku harus siap bukan?."
"Baiklah. Aku sahabatmu. Datanglah jika kau membutuhkanku. Jangan gegabah. Kau harus tetap berfikir jernih di sana."
"Iya."

Sambungan terputus. Clara mencengkram setir mobil kuat. Meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia harus memastikan sesuatu dan sesuatu itu hanya akan di ungkapkan oleh seseorang yang ia temui nanti. Clara yang mengambil jalan ini maka ia juga yang akan menanggung konsekuensinya.

❤❤❤

Wow? Nemuin sapa ya si Caca?. Ada hubungannya sama Rio gak ya?

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang