Part 29

4.9K 205 7
                                    

"Dia tidak sebaik itu."

Pikiran Clara sedikit tergoyang dengan pernyataan pria di depannya ini. Petra. Petra Diano. Pria yang ingin ditemui Clara beberapa jam yang lalu dan berakhir mereka melakukan pertemuan di sebuah rumah kayu minimalis. Rumah yang indah tapi penuh dengan kesunyian.

"Maksudmu?."
"Masuklah ke dalam maka kau akan tau jawabnnya. Ku temani. Mari."

Clara mematuhi Petra dan mensejajarkan langkah dengan pria itu. Semakib mendekat ke pintu rumah semakin Clara merasa ragu untuk melangkah.

"Di dalam mungkin tak seindah pemandangan di luar Clara. Kuatkan hatimu. Bersiaplah. Apapun yang kau lihat berusahalah untuk berfikir dengan jernih."

Clara mengangguk tanda ia mensetujui ucapan petra. Petra maju satu langkah lalu membuka pintu kayu dengan perlahan. Sampai seluruh pintu terbuka. Nafas Clara tercekat. Clara hampir lupa mengambil nafas jika Petra tak menyentuh bahunya pelan.

"Apa maksudnya ini Petra?."
Tidak. Bukan Rio yang ia lihat sedang berselingkuh atau apapun itu. Tapi rumah itu. Begitu mengerikan. Banyak senjata laras panjang dan seisi rumah di penuhi dengan kotak-kotak yang Clara tak mengerti isinya apa. Clara bingung. Rumah ini nampak indah dan berwarna dari luar tapi jika kalian menginjakkan kaki di rumah itu, kalian akan menemukan sisi tergelap dari sang pemilik rumah. Lalu apa hubungannya rumah ini dengan Rio?

Ya. Petra. Pria itu seorang mata-mata yang disewa oleh Clara tanpa sepengetahuan siapapun kecuali Sisi. Beberapa hari yang lalu, Clara mendapat sebuah pesan yang mengatakan "paket siap". Entah sms nyasar atau bagaimana Clara tak mengerti. Tapi Clara tidak bodoh. Nomor itu salah satu nomor orang terdekat Clara. Adiknya. Sania.

Clara merasakan kecurigaan ketika beberapa menit kemudian hp Rio berdering dan mendapat sms yang sama dari nomor yang berbeda dan dengan kode-kode yang Clara tak mengerti. Di saat itulah Clara memutuskan menelfon Petra untuk meminta bantuan menyelidiki semuanya.

Sampai hari ini tiba. Petra membawanya ke tempat ini. Petra menjauhi Clara menuju ke sebuah ruangan yang letakknya sedikit jauh dari pintu utama saat mereka masuk. Clara tetap mengikuti langkah Petra sampai sebuah suara kembali berhasil membuat bulu kuduk Clara merinding.

"Kita harus segera menyingkirkan orang itu dari sekeliling kita. Jika tidak, semua usaha kita kali ini akan sia-sia. Aku tidak mau mati konyol Rio."
"Kau kira aku tidak bosan bepura-pura baik di hadapan Clara?. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika Clara tau apa yang kita perbuat selama ini. Apa kira-kira sebutan yang pantas di sematkan untuk kita San? Pembunuh bayaran? Mafia?. Sayangnya lebih mengerikan dari itu semua."

Jantung Clara melemah. Tangannya mulai menggapai lengan Petra erat menyalurkan ketakutan. Clara menatap Petra mrminta penjelasan sampai suara pintu terbuka berhasil membuat keduanya bungkam. Rio berdiri di sana.

"Clara!!. Mengapa kau di sini??!!"
"Siap..... Ka ... Ka Caca?."

Clara menarik nafas menyalurkan kekuatan untuk dirinya sendiri. Lalu mentap kedua insan yang masih memiliki ruang di hatinya itu dengan pandangan kecewa.

"Kenapa? Kaget?. Aku hanya meminta sedikit rasa kejujuran kalian terhdapku. Apa sulit? Apa sesulit itu untuk jujur?."

"Ka.. Ini terlalu beresiko. Bukannya kami tak ingin memberi tahumu tapi..."
"Diam!. Aku sudah berusaha percaya dan terus berfikiran positif. Tapi sepertinya percuma. Kepercayaanku tak ada gunanya di mata kamu Rio."

Clara menatap Peter sejenak. Lalu di balas anggukan oleh lelaki itu.

"Maafkan aku. Tapi kalian harus segera mempertanggung jawabkan apa yang telah kalian perbuat."

"ANGKAT TANGAN KALIAN DAN JANGAN BERGERAK..."

🌹🌹🌹

Wah??. Si Rio suka bunuh orang ini? Emang iya? Ngeri deh babang Rio sama neng Sania. 🙀🙀🙀

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang