Part 15

4.6K 176 3
                                    

Cesi terkejut melihat kondisi sahabatnya sekarang. Mata yang membengkak itu membuat Cesi yakin bahwa Clara sedang dalam keadaan tak baik-baik saja.

"Kau kenapa Cla? Ada yang sakit? Masuklah. Ayo!"
Cesi membawa Clara masuk ke rumahnya. Rumah yang tidak besar namun juga tak terlalu kecil. Rumah sederhana yang damai dan dipenuhi kebahagiaan. Tidak seperti rumah Clara. Besar tapi penuh kesakitan.

Cesi membantu Clara duduk di sofa ruang keluarga. Tadinya Cesi ingin mengajak Clara ke ruang tamu. Tapi, sepertinya ruang tamu tak cocok untuk sahabatnya itu sekarang.

Cesi berlalu ke arah dapur, membuat teh hangat untuk Clara agar membuat wanita itu sedikit lebih rileks.

"Ini Cla, minum dulu."
"Terimakasih." Clara menjawab sambil tersenyum walau terpaksa. Mengambil gelas teh itu lalu meminumnya. Memang sedari tadi tenggorokan Clara seperti tercekat sesuatu. Dan air teh itu berhasil menyamankan tenggorokannya walaupun hanya sementara.

Setelah dirasa Clara cukup tenang, Cesi kembali bertanya.
"Ada apa?"
"Rio Ces.."
Ucapan Clara terpotong karna ada langkah kaki sesorang. Cesi menoleh ke arah pintu dan menemukan suaminya di sana.

"Kenapa balik lagi Ren?"
"Dompet aku ketinggalan Si. Ada tamu ya?"
"Iya. Ada Clara."
"Oh. Hei Cla?"

Clara menoleh karna merasa terpanggil. Clara menemukan keterkejutan di raut muka Rendy. Wajar. Mungkin muka Clara sekarang tak mendukung untuk bertatap muka dengan siapapun.

"Oh hai Ren. Maaf aku pagi-pagi sudah bertamu." Clara tersenyum
"Gapapa Cla. Santai aja."

Setelah itu, Rendy berlalu ke kamarnya, mengambil dompet dan pamit kembali kepada istrinya untuk bekerja.

Semua itu tak luput dari pandangan Clara. Cara Rendy menatap Cesi berbeda dengan cara Rio memandang Clara.

"Lo beruntung punya suami kaya Rendy Si." Clara berucap ketika Cesi sudah kembali duduk di seblahnya.
"Dulu jujur, aku malah ngeliat kamu lebih beruntung dari aku Cla. Nikah sama pilot dan pewaris tunggal Alterio Company. Aku yakin kalo aku diposisi kamu, aku akan sangat merasa bahagia. Masa depan anak aku pasti akan terjamin. Tapi ngeliat kamu sekarang, aku bersyukur punya Rendy. Bukan maksud aku ngejelekin Rio, tapi setidaknya Rendy gak se plinplan Rio. Aku mau kamu sadar Cla, sudah saatnya kamu menyerah. Kamu pantas buat bahagia. Kamu cantik. Di luar sana banyak pria yang akan ngebuat kamu bahagia Cla."

Clara terdiam, yang di ucapkan Cesi benar adanya. Ia sudah terlalu jauh berjuang. Tapi yang ia perjuangkan tidak sedikitpun tersentuh.

"Aku gak bisa Si. Aku terlalu berat meninggalkan Rio. Setelah Sania pergi, Rio terpuruk. Bagaimana jika aku juga pergi?"

Cesi menghembuskan nafasnya lelah. Ia tak mengerti jalan pikiran sahabatnya ini. Clara terlalu mementingkan perasaan Rio yang membuat dia tak sadar bahwa perasaanya sendiri lebih penting dari apapaun.

"Aku hanya menyarankan. Aku tau kau tak akan sanggup bercerita tentang apa yang terjadi lagi antara kau dan Rio. Aku sudah hafal, alasanmu menangis hanya karna Rio. Setidaknya cobalah terbuka dengan Rio tentang apa yang kau rasakan sekarang. Tanyakan padanya apapun keganjilan yang Rio perbuat agar tak ada kesalahanpahaman lagi. Kau tau Cla, sesuatu yang kau lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya."

Perkataan Cesi kembali menyadarkan logika Clara yang sempat terhalang kecemburuan. Apakah benar Rio tak ada hubungan dengan perempuan itu?. Tapi ciuman tadi?.

Mau tak mau Clara harus memperjelas semuanya sebelum terlambat. Ia berjanji pada Cesi akan bertanya saat Rio pulang dari jadwal penerbangan nanti. Mungkin saja semuanya hanya kesalahpahaman. Mungkin saja semuanya hanya dugaan tak pasti seorang Clara.

Tapi jika kenyataannya memang menyakitkan, akankan Clara tetap akan bertahan?

ClaRioWhere stories live. Discover now