Part 18

4.6K 206 4
                                    

Clara sampai di rumah kebesaran Alterio tepat pukul 3 sore. Tadi mertuanya menelfon menyuruh Clara untuk datang. Tanpa pikir panjang Clara mengiyakan karna ia juga merasa bosan di rumah sendirian.

Clara berjalan masuk ke rumah itu setelah pelayan membukakan pintu.
Clara menuju taman belakang karna pelayan memberi tahu mami ada di sana.

"Mi? Clara datang."
"Hai Cla. Apa kabarmu nak?."

Clara maju dan memeluk mama mertuanya. Dan bersalaman.
"Clara baik mi. Mami sedang apa?"
Clara bertanya sambil melihat di sekeliling taman. Ada sebuah bangku dan meja kayu yang baru pertama kali Clara lihat. Mungkin maminya baru memebelinya.

"Ahh ya.. Mami baru membeli ini Ca. Bagaimana? Bagus bukan?."
"Bagus mi. Mami design sendiri atau?."
"Tidak Cla. Ada yang mendesign ini untuk mami."

Tiba-tiba ada seorang perempuan datang membawakan secangkir teh dan menaruhnya di meja kayu yang tadi dibicarakan Clara. Wanita itu mendongak, teresenyum ramah pada Clara. Clara kaget. Pasalnya perempuan itu adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang ditemui Rio beberapa hari lalu saat Clara membuntuti Rio.

"Siapa dia mi?."
"Kenalkan Cla. Ini Catrine, kau bisa memanggilnya Cat.Dia juga yang mendesign ini untuk mami"

Catrine maju dan menjulurkan tangannya yang disambut tangan dingin Clara.
"Aku Clara."

Pikiran Clara berkecamuk. Apa sebenarnya hubungan perempuan ini dengan keluarga Alterio. Apakah hanya Clara yang tak mengerti apapun di sini?.

"Cat. Tolong bikinkan tehnya satu lagi ya nak. Untuk Clara."
"Oke mam."

Mata Clara mengekori ke mana Catrine berjalan sampi hilang dibalik pintu. Sampai suara mama meninterupsi Claraa.
"Duduklah Ca. Tunggu Cat membuatkan teh untukmu. Tehnya sangat enak."

Clara mengangguk, mengikuti perintah mertuanya untuk duduk di bangku taman. Sebenarnya perasaan Ckara tak enak sedari tadi. Seperti ada sesuatu yang akan menyakitkan untuk dilihat. Tapi apa?.

"Mi, Rio datang."
Clara menoleh seketika mendengar suara yang begitu ia rindukan terdengar jelas ditelinganya bertepatan dengan Cat yang menaruh secangkir teh di meja depan Clara. Tapi setelah itu, pemandangan yang tak mengenakkan membuat hati Clara terbakar.

Catrine berjalan ke arah Rio. Mencium pipi pria itu dengan santai. Seorang Catrine mencium pipi Rio di depan istri sahnya.

"Kau sudah pulang mas?. Aku merindukanmu."
Itu suara Catrine. Suasana mendadak semakin menegangkan. Clara menatap mami mertuanya dengan pandangan kecewa dan minta penjelasan.

Clara muak.
"Apa yang sebenarnya terjadi?!. Apa hanya aku di sini yang tidak mengetahui apapun?!. Apa yang kalian sembunyikan dariku sebenarnya?!!"
"Maaf,, Cla. Maafkan mami."
"Siapa dia sebenarnya mi?. Cat or Catrine. Terserah siapa namanya. Yang jelas siapa dia sampai berani mencium suamiku.!?"

Tanpa sadar Clara berteriak di hadapan mami. Clara merasa bersalah. Tapi emosi sudah terlebih dahulu menguasainya.

"Jangan membentak Mami Cla!."
Itu suara Rio. Rio kesal karna Clara sudah membentak maminya yang tak salah. Riolah yang salah di sini. Mengapa Clara menjadi marah dengan Mami.

Clara menatap wajah Rio garang. Ia berjalan menuju ke arah Rio. Melayangkan tangannya ke pipi pria itu sampai tercetak bekas pukulan Ckara di sana.

"Sampai kapan kau akan terus membohongiku?!. Dia siapa?!. Istrimu? Pacarmu? Simpananmu? Atau jalangmu?. Hah?! Jawab aku bapak Rio Alterio yang terhormat!"
"Dia.. Maaf Cla. Dengarkan penjelasan kami dulu."
"Kau hanya perlu menjawab siapa dia?"

Semua terdiam, tak ada yang berani menatap Clara. Clara wanita yang tak pernah marah. Mungkin sekarang kesabarannya sudah habis. Clara merasa dipermainkan oleh semua anggota keluarga Alterio.

"Tak ada yang ingin menjawab pertanyaanku?!"
"Dia istri Rio, Cla."

Mata Clara menuju ke arah pintu menampilkan seorang lelaki muda yang sedikit mirip dengan Rio. Tapi terlihat lebih dewasa. Clara tau, itu Ray. Ray Alterio. Kaka kandung dari seorang Rio Alterio. Bahkan kaka Rio yang notabene tinggal beda benua dengan Rio mengetahui semua yang terjadi. Clara tertawa dalam hati. Sungguh drama yang indah.

"Aku pulang."
Clara berlalu dengn cepat menuju pintu. Yang Clara inginikan sekarang adalah menjauh dari keluarga kejam itu dengan segera. Tapi sebelum ia menggapai pintu. Rio terlebih dahulu memeluk tubuh Clara agar tak bergerak.

Clara berontak dalam pelukan Rio. Ia merasa jijik dengan apa yang sudah dilakukan Rio.
"Lepaskan aku brengsek!"
"Tidak!, sebelum kau mendengar penjelasan kami."
"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semua sudah jelas. Aku sudah muak. Tunggu surat perceraian dariku.!"

Rio melepaskan pelukannya, tapi tetap memegang kedua tangan Clara.
"Ku mohon. Dengarkan sekali ini saja. Setelah itu kau boleh pergi. Aku berjanji."

Clara terdiam. Ia sebenarnya ingin sekali memdengar apa yang akan mereka jelaskan. Tapi, hati kecilnya sudah lelah.

"Aku mohon. Kali ini saja. Ayolah Cla."
"Ya."

Clara berjalan ke arah bangku taman, duduk di sana. Diikuti semua yang berada di situ.
"Cla.. Maaff. Maafkan aku. Aku tak tau kalau kau istri Rio. Ma..."
"Diamlahh.. Aku muak denganmu. Cepat jelaskan. Aku tak punya cukup waktu untuk meladeni keluarga kejam seperti kalian yang terus menyakitiku."

Itu bukan berasal dari hati Clara. Tapi egonya melawan dengan mengatakan hal itu. Tapi ini bukan salah Clara maupun egonya. Ia sudah lama menyimpan kesakitan dan sekarang kesabarannya sudah habis.

ClaRioWhere stories live. Discover now