Part 31

3.7K 116 4
                                    

Clara sedikit menghembuskan nafasnya lega setelah mendengar penjelasan suaminya dibantu Petra yang hanya menganggukan mengiyakan setiap pernyataan Rio. Petra tetap memasang wajah cuek nya tanpa rasa bersalah, tidak pernah berubah.

"Jadi? Hal apalagi yang kau curiga hm? Tidak ada lagi yang ku sembunyikan ca..." Rio menggnggam tangan Clara erat menyiratkan semua penjelasan ya benar adanya.

Clara menunduk dalam merasa bersalah. "maafkan aku tidak mempercayai mu"

"Hei sudahlah, itu tidak masalah. Ini ulang tahu mu kau tidak boleh bersedih. Wajar jika kau tidak percaya padaku. Aku memahaminya."

Clara tersenyum hangat, memeluk suaminya erat. "Mari kita berpesta."

Semua menganggukan setuju dan tanpa ragu melarikan diri ke belakang rumah itu, sebenarnya tidak ada yang tahu itu rumah siapa. Tapi sepertinya Petra sengaja menyewa nya untuk kelancaran rencana Rio memberikan kejutan, agar tidak dicurigai wanita itu.

Di belakang rumah sudah di sediakan tempat untuk mereka merayakan pesta kecil kecilan, taman belakang dihias sedemikian rupa, tidak ada minuman keras tidak ada hal hal terlarang. Hanya pesta biasa ditambah panggangan untuk mereka membakar jagung, daging, sosis dan lain sebagainya.

Sesaat mereka pergi, Sania belum bergeming dari tempatnya. Beberapa menit baru dia menyadari dan segera menyusul ke arah pintu yang menghubungkan rumah itu dengan taman belakang.

Sania berhenti menatap pintu kaca, mengarahkan langsung ke pemandangan kaka ya, Clara dengan suaminya yang tampak bercanda gurau tanpa beban. Sania tau dan sadar posisinya, tapi hatinya tetap berdenyut nyeri ketika melihat lelaki yang dulu menatap ya memuja kini sudah milik orang lain.

Pemandangan Sania yang terus melamun dengan pandangan kosong tidak luput dari pandangan Petra yang tidak di sadari Sania. "Tidak seharusnya kau merasa sedih, Rio sudah tidak untukmu lagi."

Sania berjengkit kaget mendapati Petra berbisik tepat di telinganya, membuat semua tubuhnya merinding seketika.

"Sejak kapan kau... Hei bukannya kau sudah berjalan dengan mereka ke belakang tadi."

Petra tersenyum mengejek, "sangking fokusnya kau dengan suami orang sampai tidak menyadari keberadaanku yang bahkan belum beranjak sesnti pun dari sifa yang tadi aku duduk"

Sania menoleh ke arah Petra dengan tatapan yang sulit Petra artikan. Seperti banyak beban di pundak wanita ini, membuat Petra sedikit tersentuh.

"Petra?"

"Hm?"Petra hanya menjawab dengan gumaman.

" Apa kau pernah jatuh cinta? "

" Mungkin iya, mungkin saja tidak. " Petra menjawab dengan santai, seolah olah Sania hanya menanyakan hal yang tidak penting. Padahal ini soal hati dan perasaan.

" Kau tahu kisahku? " tanya Sania kembali, maksud kisah di sini adalah kisah cinta Sania yang selama ini begitu rumit.

" Hanya sedikit. Lelaki itu, maksudku yang berjanji menikahi mu. Apa dia sudah kembali?"

Sania melirik Petra sekilas lalu beralih melihat sesuatu yang lain. Ia butuh teman bercerita tapi tidak tahu dengan siapa dia harus bercerita. Apakah Petra orang yang tepat?

"Tidak. Em.. Maksudku mungkin dia tidak akan pernah menikahiku."

Petra sempat terkejut beberapa saat tapi berhasil ia sembuyikan. "Maksudmu? Jika memang ia tak menikahiku, mengapa kau malah berbicara jika dia pasti akan menikahimu."

"Semua butuh ketenangan termasuk rumah tangga kakakku. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menyudahi semuanya. Dan aku berhasil dengan mengatakan jika lelaki itu akan kembali."

Sania berdehem menyamarkan suaranya yang ingin menangis lalu melanjutkan apa yang ingin ia utarakan." Lelaki itu, dia memiliki kekasih baru. Dia memang berjanji akan  menikahiku tetapi omongan lelaki memang tidak bisa dipercaya. Dia bahkan mungkin tidak mengingat sekarang Pet."

"Aku mengerti, tidak usah dilanjutkan jika kau tidak sanggup menceritakan."

"Tidak papa, mungkin setelah ini aku akan lega setelah menceritakan ya kepadamu...
Mungkin semua orang akan merasa aku yang paling salah di sini pet, ya memang aku salah. Bahkan sangat salah mencintai suami kakaku sendiri tapi tidak ada yang mengerti bagaimana posisiku. "

Sania menghapus air matanya yang terjatuh tanpa ia sadari. Sania menatap nanar kebahagiaan didepan nya. Bahkan tanpa diapun semua orang tetap bahagia, tak akan mencarinya.

"San, mungkin tidak semua kebahagiaan tercipta tepat pada waktu yang kau inginkan. Bersabarlah maka kau akan mendapatkan kebahagiaan mu."

"Boleh aku memeluk mu pet?" Sania bertanya takut takut, tapi ia butuh pelukan sekarang mungkinsedikit membuat hatinya tenang.

Tanpa basa basi Petra menarik pinggang wanita itu menenggelamkan kepala Sania di dadanya yang hangat. Sania semakin menangis sesenggukan. Petra membiarkan ya, ia tak peduli jika kemeja ya akan basah dengan air mata Sania. Petra tau wanita ini butuh sesuatu untuk menenangkannya.

Petra menghirup dalam harum rambut  Sania, Petra akhirnya bisa sedekat ini dengan Sania. Ya Sania, gadis pertama yang ia cintai ketika dulu berkunjung ke rumah Rio untuk pertama kalinya, Sania kecil ada di sana.

Petra bersumpah kala itu, ia akan memiliki Sania, tetapi takdir mempermainkannya dengan membiarkan Sania menjadi milik Rio. Tapi sekarang ia kembali merasakan detak jantung yang seirama saat dia pertama bertemu Sania. Akankan ia kembali mengejar cintanya yang dulu telah dikuburnya dalam dalam?.

%%%

Hello gaess selamat malam menjelang subuh, hehehe. Sapa di sini yang setuju kalo Sanian sama Petra aja?

Maaf ya kalo pendek, Happy Reading all🙌

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang