Part 22

5K 212 4
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian di mana Rio menelfon Clara. Tapi, sampai sekarang tak ada sedikitpun pergerakan Clara ingin menemuinya. Membuat Rio geram. Rio mengira wanita itu akan datang menemuinya lalu mendesaknya menandatangani gugatan itu. Tapi kenyataannya tidak.

Rio bangkit dari kursi ruang kerja di rumahnya. Menatap foto yang menampilakan saat ia menikahi Clara. Semingguan ini ia hanya sibuk menjalani penerbangan. Baginya berada di atas awan tebal akan sedikit meringankan beban pikirannya.

Rio tak bisa terus menerus hanya mennunggu Clara datang. Ia tahu hukumnya, bahwa prialah yang mengejar wanita bukan sebaliknya.
Rio sudah menyuruh orang mengawasi Clara selama ini. Ia bahkan tau di mana tepatnya wanita itu tinggal.

Drrtt Drrtt..
Telepon di saku Rio bergetar, tanpa fikir panjang ia merogoh sakunya dan segera mengangkat telfon dari orang suruhan Rio yang mengawasi Clara selama ini.
"Hallo"
"Ada apa, katakan dan jangn berbelit"
"Clara. Istri tuan. Selama ini biasa saja. Ia sering keluar apartemen bersama seorang lelaki. Kalo tidak salah. Itu pengacaranya tuan. Dan dari data yang saya cari. Lelaki itu mantan Clara. Apa tuan mengetahuinya?"
"Maksud kamu Dio?"
"Ya tuan dia Dio"
"Shit"

Tanpa menunggu aba-aba Rio mematikan sambungan telepon dan bergegas menuju mobilnya untuk pergi ke apartemen Clara. Ini tak bisa dibiarkan. Dio dan Clara?. Mantan?. Rio tak mengetahui fakta yang satu itu.

Mobil yang dikendarai Rio bergulir membelah jalanan. Rio sudah tak sabar menggeret istrinya untuk kembali ke rumah. Sudah cukup selama ini ia membiarkan wanita itu tetap tenang sedangkan Rio uring-uringan bagai ayam kehilangan induknya.

Rio memarkirkan mobilnya tepat saat matanya menangkap sosok Clara yang keluar dari sebuah mobil. Mobil Dio. Rio yakin itu. Rio berdiam sejenak sampai mobil itu melesat meninggalkan Clara tanpa jejak. Lalu ia keluar dari mobil mengekori Clara agak jauh agar tak ketahuan. Rio ingin sedikit memberikan kejutan untuk istri nakalnya itu.

Dalam hati Rio semakin geram membayangkan apa saja yang dilakukan Clara bersama Dio. Apakah mereka kembali dekat?. Dimana mana mantan tetaplah mantan, tidak menutup kemungkinan salah satu dari mereka menguarkan kembali perasaan yang dulu ada.

Kaki Rio sudah berada tepat di depan pintu apartemen Clara. Clara baru saja masuk beberapa detik lebih cepat dari Rio. Rio diam sejenak membiarkan orang di dalam sana mempersiapkan diri. Setelah dikiranya cukup Rio menekan bel tak sabaran.

Beberapa saat kemudian Clara membuka pintu. Salahnya adalah, ia tak melihat dulu siapa tamu melalui lubang kecil. Karena Clara berfikir mungkin saja Dio. Karna hanya lelaki itu yang tahu letak apartemennya. Ternaya dugaannya salah besar.

Clara terpaku melihat Rio didepan pintunya dengan senyum miring yang menyebalkan. Clara mundur dan hendak segera menutup pintunya, tapi terlambat. Kaki Rio sudah terlebih dahulu menghalangi pergerakan pintu Clara.

"Apa maumu?!"
"Aku hanya ingin menjemput istriku pulang"
"Tidak ada istrimu disini. Disini hanya ada mantan istrimu. Kalo kau ingin mencari Catrine buka disini tempatnya. Bukankah Catrine istrimu yang sesungguhny?"

Rio sedikit tertegun dengan pernyataan Clara. Ingin sekali ia membungkan mulut Clara dengan mulutnya karna telah lancang mengatakan Clara adalah mantan istri Rio. Rio pastikan itu tak akan pernah terjadi.

"Kau masih istri sah ku Clara Alterio. Jadi buka pintunya dan biarkan aku masuk"
"Tidak akan! Pergilah. Jangan menggangguku lagi."

Rio kesal. Dengan sekali gerakan ia berhasil masuk ke apartemen Clara dan mengunci gadis itu di salam sana.

Clara gugup bukan main. Ia belum siap menemui Rio. Mati matian Clara mencegah untuk tak menemui pria itu, tapk seenaknya Rio malah mengunjunginya seolah-olah tak terjadi apapun. Sial! Clara merindukan Rio.

"Kau tak ingin memelukku Cla?"

"Inginn Rio. Sangan ingin! Pria ini memang hebat mempermainkanmu Cla"
Itu hanya sebagian hati kecil Clada yang berbicara. Ia tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya. Setidaknya ia masih mempertahankan harga dirinya untuk saat ini.

"Tidak!. Aku tak ingin memelukmu. Dan kau?. Aku belum mempersilahkan kau duduk Rio!"
"Aku tamu disini sayang. Kemarilah. Aku merindukanmu"
Suara Rio melemah membuat darah Clara berdesir hebat. Clara bingung apa yang harus ia perbuat. Di satu sisi Clara ingin mendekat dan mencurahkan semua kekecewaannya ke Rio. Tapi, disisi lain eginya berpendapat bahwa ia akan menghancurkan pertahanan yang selama ini Clara bangun jika ia mendekati Rio kembali.

"Kau lama sekali"
Clara kaget, tiba-tiba Rio sudah menariknya sehingga Clara jatuh kepangkuan pria itu. Rio melingkarkan tangannya kepinggang ramping Clara dan menaruhkan kepalanya didagu wanita itu.

"Maafkan aku. Pulanglah Cla. Kau menyiksaku"
Clara benar-benar membeku. Ini yang ia takutkan jika menemui Rio. Sekarang benteng yang ia bangun benar-benar sudah runtuh.

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang