Part 8

4.7K 234 6
                                    

Tidak seperti kemarin, hari ini Clara nampak lebih tenang. Tidak mengamuk. Tidak juga berbicara. Rio tetap di kamar itu. Menemani Clara yang belum bisa menerima kenyataan yang terjadi.

"Cla, makan?"
Clara lagi-lagi menggelang, membuat Rio menghela nafasnya yang entah sudah keberapa kali.

"Rio.. Aku ingin.. Aku ingin kita bercerai?" ucapan Clara tidak seperti pernyataan tapi merujuk ke sebuah pertanyaan. Clara masih ragu, tapi bagian sudut hatinya mengatakan inilah yang terbaik untuknya dan Rio. Lagian untuk apa memepertahankan sesuatu yang tak bisa bersatu, hanya akan membawa kesakitan bagi Clara dan Rio.

"Kita bicarakan ini nanti setelah kau keluar dari Rumah Sakit. Jangan terlalu membebani pikiranmu dengan banyak hal. Itu akan membuatmu semakin tertekan."

Clara bergerak dari tempatnya semula yang menatap keluar jendela dan menuju ke sofa yang di duduki Rio, menduduki bagian sofa yang masih tersisa dan menghadap Rio.

"Aku ingin bertanya dan kau hanya perlu menjawabnya dengan jujur.
Kenapa kau memilih menikah denganku sedangkan kau mencintai adikku?"

Rio terdiam. Mencerna semua pertanyaan Clara dan mencoba menyusun kata untuk menjawab. Tidak, bukan maksud Rio ingin menjawab dengan kebohongan. Rio akan jujur. Tapi, ini akan sulit untuk diucapkan.

"Aku memilihmu karna waktu itu Sania masih terlalu muda untuk menikah. Aku sudah berusaha membicarakan ini kepadanya dan dia bilang dia ingin melanjutkan studynya. Dan oma terlalu mendesakku dengan ancaman jika tidak menikahimu. Maka dari itu, mau tak mau aku harus menikahimu."
"Kau masih mencintai adikku kan?"
"Tentu, aku masih mencintainya"
Rio menjawab tanpa ada jeda dari waktu Clara mengajukan pertanyaan. Itu membuat Clara yakin, Rio sungguh-sungguh mencintai adiknya.

Clara menelisik ke mata coklat terang milik suaminya itu mencari kebohongan. Nihil. Clara hanya mendapatkan kesungguhan, membuat Clara harus menelan pahit rasa yang semakin menyesakkan hatinya. Suaminya mengaku mencintai orang lain di depan matamya sendiri.

"Nikahilah Sania Rio, dan ceraikanlah aku. Dengan begitu tak akan ada keskitan antara kita."

"Tidakkk!!"
Suara yang tiba-tiba itu mengaggetkan Clara dan juga Rio. Dengan cepat mata mereka mengarah ke ambang pintu. Disana, dipintu itu. Ada Sania. Sania adik Clara.

"Kalian tak perlu bercerai demi aku. Aku yang akan mundur. Aku tau aku yang salah. Aku janji kak setelah ini aku tak akan mengganggu kalian lagi" ucap Clara dihadapan kakanya

Clara mendesah pasrah. Dari dulu Clara tau, Sania tetaplah Sania. Ia tak akan membiarkan orang lain sakit karnanya.

Clara berdiri dari duduknya dan menatap ke manik mata adiknya dengan lekat. Kesedihan. Mata itu memberikan kesedihan yang mendalam. Clara yakin tak ada satu wanitapun di dunia ini yang membiarkan orang yang ia cintai menikah dengan orang lain. Apalagi menikahi kakanya sendiri.

"Jangan melakukan hal bodoh untuk kedua kalinya San. Kaka tau kalian saling mencintai. Pernikahan ini hanya akan menjadi duri diantara kalian. Kaka yang akan mundur."

Suster masuk dan menyudahi pembicaraan yanng membuat suasa semakin mencekam itu.

"Kata dokter anda sudah boleh pulang besok Mrs. Alterio" suster mengucapkan itu sambil memeriksa infus ditangan kiri Clara.

Clara tersenyum akhirnya ia bisa keluar dari Rumah Sakit ini yang walaupun hanya di diaminya selama dua hari. Bagi Clara Rumah Sakit adalah tempat paling memuakkan. Sunyi dan berbau kesakitan.

"Terimakasih sus"
"Sama-sama. Kalo begitu saya permisi dulu. Mari"

Clara mengangguk dan suster itupun keluar dari kamar Clara. Clara kembali menatap Sania dan Rio.

"Rio sebaiknya kau antarkam Sania pulang."
"Ahh tidak ka. Tidak usah. Aku bawa mobil. Kau istirahatlah. Aku pulang dulu"
Dengan cepat Sania menuju pintu dan meninggalkan ruangan kakanya yang bahkan ia singgahi hanya dalam hitungan menit.

Kepulangan Sania mengakibatkan suasana kamar Sania kembali tak nyaman. Berdua dengan Rio membuat Clara takut. Takut semakin jatuh ke pesona lelaki itu dan akan semakin sulit melepaskannya. Clara sadar, ia sudah terlalu bahkan sangat dalam mencintai seorang Rio Alterio.


ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang