My Cold Captain-11

23K 1.6K 87
                                    

"Jane." kata Leona dengan nada bergetar sambil menyentuh tangan Janelle.

"A-aku? Kanker?" Janelle menyentuh dadanya dan menatap hasil pemeriksaan yang Max berikan kepadanya.

"Kanker limfoma atau kanker kelenjar getah bening. Kita harus lakuin evaluasi lagi untuk penanganan. Pilihan penanganan nantinya ada kemoterapi, terapi radiasi, pengobatan terapi imun, terapi target, dan transplantasi sumsum tulang."

Janelle merasa isi kepalanya kosong seketika, mulutnya seperti terkunci, Janelle hanya bisa diam seraya berusaha mencerna ucapan Max.

"Kamu siap untuk pemeriksaan lebih lanjut? I'll do my best, Jane." kata Max dengan raut dan tatapan serius.

"Jane." panggil Leona sambil mengguncang lengan Janelle karena Janelle diam saja.

"Hah? Em... Ya, oke. I'm ready." Janelle mengangguk sambil tersenyum.

Max ikut mengangguk dan bangkit berdiri untuk bersiap-siap memeriksa keadaan Janelle lebih lanjut.

"Tapi..." Janelle kembali bersuara membuat Max dan Leona menoleh. "Keluarga aku jangan sampe tau, ya?" Janelle menatap bergantian Max dan Leona.

"Maksud lo? Jane, mereka khususnya orang tua lo harus tau." kata Leona.

Janelle menggeleng-gelengkan kepala. "Mereka kehilangan satu anak mereka karena kanker, gue nggak bisa bayangin gimana syok dan downnya mereka nanti kalo sampe tau gue juga kena kanker, Leona."

"Cuma untuk sementara waktu, 'kan?" tanya Max.

Janelle sedikit menunduk lalu menghela napas, "mungkin."

-My Cold Captain-

Begitu tiba di makam Brielle, Janelle langsung berjongkok dan menghela napas panjang dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Tidak bisa terus menahannya, Janelle pun menangis di antara kedua tangan yang terlipat di dengkul.

Janelle menangis memikirkan penyakitnya, memikirkan bagaimana reaksi kedua orang tuanya jika tahu bahwa Janelle memiliki kanker. Walaupun berbeda dengan jenis kanker yang Brielle derita, tetap saja itu kanker.

"Apa yang harus aku lakuin, Elle? I'm scared." lirih Janelle sambil menatap batu nisan Brielle. "Aku nggak siap ngeliat Papa sama Mama syok kalo tau aku juga punya kanker."

Janelle kembali menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangan yang masih berada di dengkul. Semangat hidup Janelle hilang seketika, Janelle hanya memikirkan bagaimana reaksi keluarganya nanti.

"Aku nggak mau kasih tau siapa-siapa. Aku bahkan nggak ada niat untuk kasih tau Willie, dia cuek banget. Aku nggak siap liat sikap cuek juga dingin Willie kalo aku kasih tau aku punya kanker, kayaknya aku bakal makin down nanti. Dan, gimana kalo Willie tambah keinget sama kamu? Takutnya Willie makin menjauh karena trauma?" Janelle tertawa kecil dengan sudah menatap batu nisan Brielle.

Janelle menghela napas lalu menyentuh batu nisan Brielle. "Tapi, aku bakal berjuang untuk lawan penyakit aku. Aku bakal bertahan, alasan aku mau bertahan karena orang tua kita, just them. Kalo aja suami aku peduli, aku juga bakal bertahan demi dia. Sayangnya, Willie nggak suka sama aku, apalagi waktu aku ketauan mau cium kening dia. Willie marah, dia kesel banget." Janelle tersenyum pahit sambil menatap bunga-bunga yang selalu menutupi makam Brielle.

Janelle beralih menatap batu nisan saudara kembarnya. "Salah, ya, kalo aku mau cium kening suami?" tanya Janelle dengan mata yang berkaca-kaca.

Janelle mendongak untuk menahan air matanya agar tidak mengalir di pipi. "Ternyata mencintai tanpa dicintai sesakit ini, Elle."

-My Cold Captain-

Begitu tiba di hotel di siang hari, Willie menjauhkan tangan dari kopernya lalu duduk di tempat tidur. Willie akan menghabiskan waktunya untuk beristirahat karena besok pagi ia harus melakukan penerbangan kembali.

Willie menghidupkan ponsel yang sempat dimatikan. Ketika sudah menyala, dua pesan dari Janelle langsung muncul dan Willie hanya membacanya dari notifikasi.

Hai, gimana penerbangan kamu? BTW, aku sakit. Kamu sembuh giliran aku yang sakit :'). Tapi, aku baik-baik aja, kok.

Safe flight! Fly safe✈️👨🏻‍✈️

Seperti itulah pesan dari Janelle di mana Willie memilih untuk melewatkannya, tidak ingin membalas sama sekali dan Willie pun beralih menghubungi sang ibu via video call.

"Hai, Boy. How was your flight?" tanya Abel begitu mereka terhubung.

Willie membaringkan tubuhnya di tempat tidur. "Lancar, sekarang Wil udah di hotel."

"Oh, iya. Jane sakit, loh. Wil udah sembuh, gantian Jane yang sakit."

Willie mengangguk. "Wil tau."

"Oh, udah tau? Jane kasih tau Wil?"

Willie kembali mengangguk.

"Tadi kayaknya Jane pergi, mungkin ke rumah sakit. Ntar, deh, Bunda liat lagi gimana keadaan Jane."

Willie diam saja.

"Wil, ajak gitu Jane ikut sama kamu. Khusus untuk anggota keluarga pilot, gratis, 'kan?"

Willie tertawa. "Iya, tapi nggak mungkin juga, dong, Jane ikut Wil kerja."

"Kasihan tau Jane sendirian, ya, walaupun kadang Jane ke rumah atau Bunda yang ke rumah kalian, kasihan aja ngeliat Jane jauh dari kamu. Apalagi waktu Bunda ngeliat Jane lagi sakit, sendirian nggak ada yang nemenin."

"Wil kerja, Bun, masa bawa-bawa istri."

Abel tertawa. "Iya, sih. Atau ntar kalo Wil udah pulang, ajak Jane jalan-jalan. Kalian berdua aja, quality time."

Willie mengangguk. "Wil usahain. Udah dulu, ya, Bun. Wil mau mandi."

"Oke, see you." kata Abel seraya melambaikan tangan dan begitu juga dengan Willie.

Ketika wajah Abel sudah tidak terlihat, Willie menurunkan tangan yang sedikit terangkat di mana Willie masih berbaring di tempat tidur. Willie berbohong jika dirinya ingin mandi, Willie hanya merasa bosan mendengar Abel terus membicarakan tentang Janelle sementara hatinya masih untuk Brielle.

Willie membuka galeri albumnya dan mulai melihat video atau foto yang di dalamnya terdapat Brielle. Melihat jumlah foto dan video yang sangat sedikit, Willie menyesal mengapa tidak menangkap setiap momen yang ada ketika Brielle masih hidup.

Willie kini sedang menatap foto Brielle saat Brielle berambut panjang, tersenyum lebar ke arah kamera membuat Willie ikut tersenyum melihatnya.

"I miss you, Elle. Infinity." lirih Willie dengan dada yang terasa sesak dan mata yang merah.

-My Cold Captain-

Qotd: kalo jadi Willie, kalian bakal gimana?

My Cold Captain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang