My Cold Captain-30

22.5K 1.1K 14
                                    

"Kamu... Kamu bener-bener keterlaluan Willie. Kamu udah sakitin Jane, kamu tutup mata dan hati kamu untuk Jane, yang paling parah kamu selalu anggap Jane sebagai Elle!" Suara Anthony terdengar naik dengan raut kecewa yang terpancar jelas di wajah.

"Pa, kejadian itu udah lewat!" kata Janelle.

"Walaupun udah lewat, Papa nggak berhak untuk marah dan kecewa, Jane?" tanya Anthony.

Janelle diam.

"Reaksi orang tua manapun pasti bakal sama kayak Papa kalo tau anaknya pernah tersiksa, pernah disakiti, pernah dibikin nangis, Jane. Mau kejadiannya kapan, rasa kecewa paati bakal tetap ada." kata Anthony.

"Willie emang bener-bener keterlaluan, Willie akui itu. Wil minta maaf. Papa boleh marahin Wil sepuasnya, atau kalo mau pukul juga silakan." Willie mengangguk.

"Enggak!" kata Janelle saat mendengar kalimat terlahir Willie. Janelle beralih menatap Ayahnha. "Pa, sekarang Willie udah jadi suami yang terbaik untuk Jane."

"Apa keluarga kamu tau soal kelakuan kamu ke anak saya?" tanya Anthony pada Willie.

Willie yang ingin menjawab, terdiam karena Janelle yang lebih dulu bersuara.

"Mereka tau. Bunda, Daddy, Kak Rev, Kak Quinn, mereka semua kecewa sama Willie. Bunda kecewa banget sama Willie. Jane yang larang mereka untuk kasih tau ke Papa sama Mama, jangan libatin mereka."

Mendengar ucapan Janelle, Willie semakin merasa dirinya adalah suami yang begitu jahat, rasa bersalah tentang perlakuannya kepada Janelle waktu itu kembali menyerang.

"Bodohnya saya bisa percaya sama mulut kamu, jahatnya kamu yang selalu anggap Jane adalah Elle, baiknya anak saya yang selalu berusaha untuk tutupi keburukan kamu di depan kami semua." Anthony menunjuk bergantian dirinya dan Elaya yang sedari tadi diam tetapi dari raut wajah, Elaya juga tampak kecewa sampai membuat kedua matanya berkaca-kaca.

"Papa." lirih Janelle dengan air mata yang sudah mengalir di pipi. Walaupun tidak sanggup melihat kesalahan suaminya diungkit, Janelle lebih tidak sanggup melihat Ayahnya yang sedang dilanda rasa kecewa, wajah dan kedua mata Anthony juga sudah merah lantaran begitu sakit hati setelah mendengar perlakuan Willie kepada anaknya.

"Maaf, Pa, Ma." kata Willie dengan tenggorokan yang terasa tercekat.

Anthony menghela napas panjang sambil memalingkan wajah, menenangkan dirinya lewat helaan napas itu. Setelahnya, Anthony menatap Janelle. "Jane bahagia sekarang?"

Janelle langsung mengangguk. "Wil udah nggak kayak dulu, Willie udah berubah, Pa, Ma. Willie bener-bener jadi suami yang baik banget untuk Jane, Willie juga udah minta maaf sampe berkali-kali sama Jane, bahkan sampe berlutut di depan Jane." Janelle menatap bergantian Ayah dan Ibunya.

Anthony memilih untuk diam, matanya tertuju ke arah luar karena salah satu daun pintu utama rumah itu masih terbuka, belum sempat Janelle tutup.

"Beneran Max yang kasih tau Papa sama Mama?" tanya Janelle. Elaya mengangguk seraya menghapus air mata yang berada di sudut matanya dengan jari telunjuk.

-My Cold Captain-

"Saya ingin bertemu dengan dokter Max." kata Willie yang baru saja mendatangi meja resepsionis.

"Apa sudah ada janji sebelumnya, Pak?" tanya petugas resepsionis.

Willie menggeleng, "belum."

"Baik, silakan isi data diri, ya, Pak." 

"Apa dia sudah datang?" tanya Willie tanpa menyentuh pulpen yang ada di dekatnya.

"Sudah, baru saja tiba di ruangannya, Pak." jawab perempuan itu.

Tanpa memberikan respon, Willie langsung melangkahkan kaki menuju ruangan Max dengan petugas resepsionis yang langsung mengikuti sambil memanggil, berusaha menahan Willie yang tidak ingin berhenti sedetik pun.

Ketika Willie sudah membuka pintu ruangan Max, Max yang sedang duduk sambil memainkan ponsel dibuat tertegun melihat kedatangan Willie.

Tanpa menutup pintu, Willie langsung mendekati Max dan melayangkan pukulan keras sampai Max tersungkur dari kursi. Max yang masih mencerna apa yang sudah terjadi, dipaksa untuk bangkit berdiri oleh Willie dan setelah itu, kembali Willie layangkan pukulan kedua tepat di bagian pipi Max.

"Satpam! Satpam! Tolongin!" seru petugas resepsionis yang sempat mengikuti Willie, berseru heboh pada satpam yang berada di kejauhan, pengunjung yang ada di sana juga dibuat terkejut dengan seruan perempuan itu.

"Berengsek lo! Biar apa lo buka mulut ke orang tua Jane?!"

"Pak! Sudah, sudah." ujar satpam sambil menarik Willie.

Max yang sedang berbaring, tertawa kecil mendengar kalimat Willie membuat Willie langsung memberontak, melepaskan diri dari satpam yang berhasil menariknya. Willie kembali menghajar Max dan karena Max tidak bisa diam saja, laki-laki itupun juga membalas perlakuan Willie kepadanya.

Terjadi lagi perkelahian antara dua laki-laki itu di rumah sakit, di ruangan yang sama.

-My Cold Captain-

"Ya ampun, kamu abis kenapa?" tanya Janelle saat melihat Willie pulang dengan sudut bibir yang berdarah, hanya sudut bibir Willie sajalah yang terluka.

"Ketemu Max." jawab Willie sambil menyentuh sudut bibirnya.

Janelle membulatkan mata. "Ngapain, sih? Buat apa? Aku beneran nggak akan ketemu sama dia lagi."

"Karena dia udah buka mulut."

Janelle mengatupkan bibirnya.

"Kenapa kamu bisa cerita sama dia?" tanya Willie dengan nada rendah.

Janelle sedikit menundukkan kepala. "Aku lagi down banget waktu itu, aku butuh orang untuk dengerin cerita aku. Sekarang aku ngerasa bodoh banget kenapa bisa cerita sama Max."

"Wil, abis berantem?" tanya Abel yang baru saja datang dan memaksa Willie untuk menatapnya.

Willie mengangguk kecil.

"Ya ampun, sama siapa? Kenapa jadi suka berantem, sih?"

"Baru dua kali, Bun." balas Willie sambil melepas jaketnya.

Abel menghela napas.

"Orang tua Jane udah tau." kata Willie lagi tanpa menoleh pada Abel.

Mendengar itu, Janelle memejamkan mata karena sebenarnya ia tidak ingin Willie memberitahu Abel tentang kedatangan orang tuanya.

Abel mengerutkan dahi, "tau apa? Soal apa?" Abel menatap Janelle.

"Kelakuan Wil ke Jane. Dokter itu yang kasih tau." kata Willie.

"Jadi orang tua Jane di mana sekarang? Kenapa kalian nggak panggil Bunda tadi?" Abel tampak semakin khawatir.

"Bun, semuanya udah baik-baik aja. Semuanya udah selesai." kata Janelle menenangkan Abel.

Abel menggeleng. "Enggak, Bunda nggak bisa diem aja. Bunda nggak enak sama orang tua kamu."

"Bun, Bunda!" Janelle sempat berjalan mengikuti Abel dan berhenti, menatap punggung Abel yang semakin menjauh darinya.

Janelle menghela napas lalu balik badan dan menghampiri Willie. "Ayo kita obati luka kamu."

My Cold Captain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang