My Cold Captain-26

20.4K 1.1K 39
                                    

Willie, Janelle, berserta Anthony, dan Elaya sudah tiba di pemakaman tepat di hari ulang tahun Janelle dan Brielle, mereka pergi di pagi hari. Begitu tiba di makam Brielle, Janelle merasa dadanya mulai sesak dan mata yang panas. Janelle seolah kembali di hari di mana Brielle pergi untuk selama-lamanya.

Saat kaki Janelle berhenti melangkah tepat di sebelah makam Brielle, Janelle pun tidak bisa lagi membendung kesedihannya. Janelle menangis seraya balik badan pada Willie yang langsung memeluknya.

Willie mengusap-usap punggung Janelle sambil menatap batu nisan Brielle di balik kacamata hitamnya. Jika ditanya bagaimana perasaan Willie saat ini, sulit untuk diungkapkan. Walaupun matanya tertuju pada batu nisan, pikiran Willie fokus untuk menenangkan Janelle.

"Udah, Sayang. Sekarang taburin bunga aja untuk Elle." ujar Elaya sambil mendekatkan keranjang berisi bunga.

Janelle menghapus air matanya dan menoleh pada makam Brielle, Janelle pun berlutut di atas rumput hijau yang kering lalu ia taburkan bunga dengan air mata yang masih mengalir. Walaupun ini bukan tahun pertama tidak merayakan ulang tahun bersama Brielle, Janelle tetap saja menangis jika pergi mengunjungi makam saudara kembarnya, Janelle selalu teringat di saat mereka merayakan ulang tahun bersama-sama tapi selama beberapa tahun ini, Janelle harus merayakan tanpa kehadiran kembarannya.

"Wil." Anthony yang juga memegang keranjang bunga, ia dekatkan pada Willie dan Willie pun mulai menaburi makam Brielle dengan bunga itu. Kembali menaburinya setelah cukup lama tidak melakukannya.

"Happy birthday, Elle. Walaupun aku nggak sendirian, tapi setiap kita ulang tahun, aku tetep ngerasa sepi. Aku..." Janelle terdiam karena tidak sanggup lagi berbicara lantaran tenggorokannya terasa sakit.

Willie kembali mengusap-usap punggung Janelle, memberi ketenangan dan kekuatan pada istrinya yang mendadak tampak lemah begitu tiba di pemakaman.

-My Cold Captain-

Willie menoleh sejenak ke arah kamar di mana Janelle baru saja masuk, Willie pun berjalan menuju balkon dengan ponsel yang menempel di telinganya.

"Halo, Wil."

"Halo, Van. Gue bisa minta tolong nggak?" tanya Willie dengan posisi tubuh menghadap ke dalam rumah untuk berjaga-jaga jika saja Janelle keluar dari kamar.

"Minta tolong apa? Apa ini soal lo yang bakal balik lagi ke sini?"

Willie tertawa. "Enggak. Soal apartemen gue, gue mau lo ke apartemen gue, ntar bakal gue kirim alamat sama password."

"Emang kenapa? Ada barang lo yang ketinggalan terus mau minta gue kirim ke lo? Kalo iya, gue nggak keberatan."

"Apartemen itu bakal tetep gue pake. Jadi, gue mau minta tolong sama lo untuk singkirin foto perempuan yang ada di apartemen gue."

"Hah? Maksudnya?"

"Gue bakal cerita kalo lo pulang ke Indonesia. Kabarin aja gue kapan lo pulang dan kita bakal ketemu nanti. Gue nggak bisa ke sana, walaupun gue bisa pulang hari, tetep aja sampe berjam-jam. Gue nggak mau istri gue curiga nanti kalo gue pergi sampe berjam-jam, soalnya gue dua puluh empat jam sama dia terus."

"Hah?" Ivan tampak semakin bingung di seberang sana yang membuat Willie tertawa.

"Tolong, ya, Van. Fotonya ada di ruang tengah sama di kamar. Apartemen gue juga nggak besar, nggak susah untuk nemuin foto-fotonya."

"Gue... Wil, minimal cerita dikit aja biar gue nggak bingung banget ini."

"Oke. Jadi, gue sempet pacaran sama perempuan yang fotonya ada di apartemen gue, tapi dia udah meninggal karena sakit. Ternyata dia punya kembaran yang udah kagumi gue dari kecil, sesuai permintaan dia sebelum meninggal, dia mau gue nikah sama sodara kembarnya. Gue belum bisa move on dari perempuan itu, gue pasang fotonya tanpa sepengetahuan siapapun. Tapi, sekarang gue udah move on. Lo ngerti, 'kan, sekarang?"

My Cold Captain [COMPLETED]Where stories live. Discover now