My Cold Captain-34

17.1K 839 19
                                    

Janelle yang sudah bangun tetapi memilih untuk tetap stay di tempat tidur, menoleh pada Willie yang baru saja masuk sambil membawa nampan, Janelle tertawa melihat Willie membawa sarapan ke kamar mereka.

"Good morning, F's Mom. Let's have breakfast, together." kata Willie sambil berjalan mendekati Janelle yang kembali tertawa. "Kamu mau kita sarapan di mana?"

Janelle menunjuk ke arah balkon, "di luar."

"Oke." Willie mengangguk dan pergi ke balkon lebih dulu untuk menaruh nampan yang ia bawa di meja. Setelah itu, Willie menghampiri Janelle dan membantu Janelle untuk beranjak mengingat perut Janelle sudah membesar.

Willie dan Janelle pun sudah duduk di kursi yang ada di balkon, posisi kursi seharusnya saling berhadapan tetapi Willie merubahnya menjadi bersebelahan.

"Kamu yang buat sarapan ini?" tanya Janelle sambil memperhatikan menu sarapan mereka pagi ini.

"Iya, dong. Buka mulutnya." ujar Willie sambil menyodorkan tomat ceri pada Janelle.

"Udah tau nanti anak kita pake nama siapa di bagian tengah namanya?" tanya Janelle sambil mengunyah tomat ceri.

Willie mengangguk dan juga sudah memakan sarapannya. "Udah, udah sempet diskusi juga bareng Bunda sama Daddy."

Janelle kembali membuka mulutnya dengan Willie yang kali ini memasukkan alpukat yang sudah dipotong-potong. "Aku udah sembuh, kapan kira-kira kamu mau balik kerja lagi?"

Willie tersenyum. "Aku resign, Sayang. Bukan cuti."

"Iya, aku tau. Tapi, 'kan, kamu pernah bilang sama aku kalo pimpinan maskapai siap terima kamu kalo kamu mau balik lagi."

"Walaupun kamu udah sembuh, aku masih pengen tetep fokus jagain kamu."

Janelle tertawa. "Aku baik-baik aja, apalagi bentar lagi anak kita lahir, aku punya temen, deh."

"Oke, tapi biarin aku nanya satu hal, aku nggak ada maksud apa-apa ke kamu. Tapi, apa kamu ngerasa bosen aku di rumah terus?" tanya Willie.

Janelle langsung menggeleng. "Jujur, aku suka kamu ada di rumah, selalu ada di deket aku, tapi aku malah takut kamunya bosen karena bareng aku terus."

Willie tertawa lalu menggeleng. "Sama sekali enggak. Aku takut kamu ngerasa bosen dan kamu takut aku bosen? Kita punya kekhawatiran yang sama ternyata."

Janelle tertawa lalu menggenggam tangan Willie. "Aku bakal baik-baik aja, aku sama anak kita bakal baik-baik aja kalo emang kamu mau kerja lagi."

Willie mengangguk-anggukkan kepala. "Biar aku pikir-pikir dulu."

"Oke." Janelle ikut mengangguk. "Tapi, aku penasaran, deh. Kalian keturunan bangsawan dan kenapa kalian malah kerja? Emang pendapatan dari Voxeoston kurang, ya?"

Willie tertawa mendengar pertanyaan Janelle. "Sama sekali nggak kurang, justru kalo nggak kerja nggak papa. Tapi, kamu bayangin, deh. Kamu tinggal di Indonesia tanpa ngelakuin apa-apa, maksudnya nggak punya kesibukan. Walaupun tetep dapet penghasilan dari Voxeoston, itu rasanya bakal ngebosenin karena nggak adanya kegiatan, kegiatan yang aku maksud, ya, kerja. Tapi, kalo aku sekeluarga tinggal di Voxeoston, dari Senin sampe Jumat bakal selalu ada kegiatan jalani tugas kerajaan. Nggak mungkin juga kita jalani tugas kerajaan dengan posisi kita tinggal di Indonesia, bolak-balik pasti capek banget."

"Berarti kalian kerja cuma untuk basa-basi aja?" tanya Janelle.

Willie tertawa. "Basa-basi? Ya, kinda." Willie mengangguk sambil menusuk telur rebus dengan garpu dan ia berikan pada Janelle.

My Cold Captain [COMPLETED]Where stories live. Discover now