STRUGGLE • 14

23 2 0
                                    

- Kecewa -

Tawa Gilang terdengar sampai ruang tamu, cowok itu sedang asyik berbincang dengan seseorang di seberang sana, mungkin untuk melepas kerinduan yang selama ini hadir di setiap harinya. Gilang sedang melakukan video call dengan Dicky sahabat karibnya. Ucapan mba Ica beberapa hari yang lalu sangat mengganggu pikiran Gilang, awalnya anak itu tetap kekeuh tidak mau menghubungi sahabat atau teman dekat Arum tapi setelah bertanya pendapat ayahnya sendiri maka Gilang memutuskan untuk menghubungi Dicky di kota, untungnya anak itu tidak terlalu sibuk seperti Mark.

Saat ini Dicky mengambil jurusan teknik sesuai dengan kesepakatan orang tuanya, sedangkan Mark mengambil jurusan kedokteran sesuai dengan keinginan hatinya.

"Lo serius?" Tanya Gilang saat satu ucapan terlontar dari mulut manis sang sahabat.

Di seberang sana Dicky menganggukkan kepala, "Dua sahabat dia juga ninggalin dia ke luar negeri."

"Maksud lo, Renjana sama Ranum?"

Dicky mengedikkan bahu, "Ya siapa lagi sahabat dia selain mereka berdua?"

"Sialan!" Umpat Gilang.

"Lang," Gilang menoleh saat Dicky memanggilnya, "Ada satu kabar lagi yang mungkin bakal kedengeran buruk di telinga lo."

"Apa?!!" Jawab Gilang tak sabar. Jujur hatinya saat ini takut mendengar kabar dari Dicky namun apapun kabar yang menyangkut Arum maka Gilang harus tau, persetan dengan baik atau buruknya.

"Arum di bawa sama, Mbok."

"APA??!!!"

Dicky mengangguk untuk memberi kepastian atas informasinya tadi, "Gua sempet ke rumah dia untuk ngehibur dia biar dia ga sedih-sedih lagi di tinggal sama lo tapi sayangnya waktu gua ke sana tetangga dia bilang katanya dia di bawa sama Mbok ke kampung halaman Mbok."

"Sialan! Terus lo udah cari tau dimana kampung halaman, Mbok?"

Dicky terkekeh kemudian menjawab, "Sorry Lang gua sibuk sama urusan kampus belakangan ini."

Tampaknya Gilang sedikit kecewa dengan jawaban Dicky barusan. Seharusnya jika dia betulan sahabat Gilang maka dia akan coba cari tau dimana keberadaan Arum untuk sahabatnya sendiri kan? Ck! Tapi Gilang bisa apa? Gilang juga mengerti bagaimana sibuknya Dicky di kampus.

"Kenapa lo ga hubungin dia aja sih?"

Pertanyaan Dicky mengalihkan pikiran Gilang, "Gua cuma mau bikin kejutan sama dia."

"Ck! Ga usah so romantis lo bangsat. Kejutan-kejutan tai kuda! Kalo nanti malah lo yang di bikin terkejut sama dia, lo siap?!"

"Brengsek mulut lo, Ky!"

"Terus apa yang bisa gua lakuin sekarang untuk sahabat tercinta gua ini? Hah?"

Hembusan napas keluar dari lubang hidung Gilang, punggungnya sengaja di tubrukan ke senderan kursi dan dengan muka malasnya ia menjawab pertanyaan Dicky, "Ya lo cari tau lah dimana kampung halaman, Mbok. Pake nanya lagi."

"Tf lima ratus perbulan selama gua ngelaksanain tugas lo, deal?"

"Sialan!" Umpat Gilang seraya ingin melayangkan tonjokan ke wajah tampan Dicky tapi sayangnya mereka hanya mengobrol via video call, "SMA aja uang saku lo sejuta perhari apalagi kuliah? Di kasih berapa lo sama bokap?"

Dicky hanya tertawa mendengar pertanyaan Gilang. Apakah Gilang sedang iri melihat uang saku Dicky waktu sekolah menengah atas? Hahaha.

"Oke, jadi gua harus cari kampung halaman Mbok?" Di jawab anggukkan oleh Gilang, "Kalo sekiranya Arum dapet jodoh di sana, lo ikhlas?"

STRUGGLE Where stories live. Discover now