STRUGGLE • 25

17 5 0
                                    

- Pulang -

Beberapa hari setelah bertemu dengan Azzam dan mengambil ikan di sungai, Gilang segera menyiapkan diri untuk pulang ke kota. Jalan utama yang kala itu rusak sudah bisa di lewati oleh beberapa kendaraan baik motor maupun mobil.

Jendela kamar oleh Gilang buka, seketika angin sepoi-sepoi langsung menerpa wajah tampannya dan tidak mau melewati kesempatan Gilang menutup kelopak matanya untuk menikmati udara segar ini. Rambut lebatnya beterbangan, menambah kesejukan dan dingin di kepala Gilang.

Puas menikmati udara segar Gilang lanjut membuang napas lega. Tanpa berbalik badan, cowok itu berbicara, "Akhirnya hari ini kita bisa pulang ke kota, Yah. Aku udah kangen banget sama Arum."

Bryan mengangguk-angguk kecil walaupun Gilang tidak bisa melihatnya, "Nenek biar ikut Ayah aja naik pesawat, kamu sama Husain naik mobil Dicky."

Tubuh Gilang dibawa mengarah ke Bryan, berjalan perlahan mendekati pria hampir tua itu, "Nah kan enak kalo gitu, aku jadi bisa kebut-kebutan."

Satu decakan terdengar jelas di telinga Gilang, "Ya silakan kalo kamu ga takut Husain jantungan."

"Tenang aja sih. Husain juga harusnya udah paham gimana cara aku bawa mobil."

"Terserah." Respon Bryan kemudian bangkit dari tepi ranjang menuju keluar kamar, diikuti oleh Gilang di belakangnya.

Kriiitttt

"Udah siap semua?" Tanya Bryan saat berada di ruang tamu rumah nenek. Di sana semua anggota keluarga nenek lengkap, mereka juga membawa koper masing-masing.

Satu anggukan dari kepala nenek terlihat jelas oleh seluruh anggota keluarga.

"Ibu, Mba, sama Mas Rendi biar naik pesawat aja. Tiketnya sudah saya pesan dan di luar juga sudah ada mobil untuk kita sampe di bandara."

Mba Ica mengangguk sekali, "Untuk Gilang sama Husain hati-hati dijalan ya."

"Siap, Bi." Jawab Gilang singkat.

"Ya udah sebelum berangkat kita berdoa dulu sama-sama biar selamat sampe tujuan." Timpal om Rendi sekaligus langsung memimpin doa kali ini.

Hanya sekitar dua menit berdoa kemudian mereka keluar satu persatu dari rumah nenek. Benar saja di depan sudah ada mobil pick up yang biasa di pakai untuk mengangkut hasil panen dan mobil sport milik Dicky yang tertinggal disini. Kalian tak perlu khawatir akan kepanasan menggunakan mobil pick up karena ini masih pagi, justru akan terasa hangat jika tubuh kita terkena langsung oleh sinar matahari.

Bryan dan yang lainnya sudah jalan lebih dulu sedangkan Gilang dan Husain baru saja mau berangkat. Tidak perlu khawatir akan tertinggal, yang digunakan Gilang adalah mobil sport apalagi Gilang menggunakannya cukup mahir. Bahkan Gilang yakin yang akan sampai ke kota lebih dulu adalah dirinya dan Husain, lihat saja nanti.

"Kamu emang suka pake mobil sport kaya gini?" Tanya Husain di pertengahan jalan.

Gilang mengangguk antusias, "Mau gua tunjukkin skill gua ga?"

"Gimana maksudnya?"

Enggan menjawab kebingungan Husain justru Gilang malah menambah kecepatan mobilnya membuat Husain seketika langsung memegang kencang pegangan di mobil. Dengan senang hati Gilang memainkan aksinya mengendarai mobil sport milik Dicky tanpa peduli dengan Husain yang sudah ketakutan, bahkan bibir Husain kini menjadi pucat akibat ulang Gilang.

"GILANG STOP GILANG!!!"

"Hahaha. Gimana keren kan?" Ujar Gilang dengan mimik wajah tersenyum miring.

Jantung Husain kembang kempis sebelum menjawab pertanyaan Gilang, "Keren?! Darimana keren? Tadi bikin jantung saya mau copot loh."

Gilang berdecak, "Buktinya jantung lo masih di tempat kan?"

STRUGGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang