STRUGGLE • 18

14 3 0
                                    

- Maaf ? -

"Eh, Ayah." Sapa Dicky dengan senyuman yang cukup kaku saat Bryan sampai dan bergabung dengan mereka. Gilang sendiri hanya diam sambil memikirkan apakah ayahnya mendengar obrolannya dengan Dicky tadi tentang penyebab keluarga Arjuna meninggal? Tentu saja Gilang panik akan hal ini karena yang Bryan tau ayah dan Arjuna meninggal karena kecelakaan bukan karena di bunuh atau bunuh diri.

"Gimana enak ga ada di sini?" Tanya Bryan dengan tangan yang menyilang di dada sambil menatap luasnya sawah milik nenek dan tentu saja pertanyaan itu ditanyakan kepada Dicky yang baru kemarin datang ke desa ini.

"Enak, Yah. Parah sih aku ga pernah ngerasain hidup se-tenang dan se-damai ini." Jawab Dicky jujur. Dirinya memang benar-benar menikmati hidup di desa seperti ini.

Bryan mengangguk sambil menundukkan kepala, ia membiarkan suasana menjadi hening seketika. Tepat di situasi itu Gilang dan Dicky saling tatap-tatapan untuk memastikan apakah Bryan mendengar obrolan mereka sebelumnya, sampai akhirnya suara Bryan kembali terdengar, "Gimana ya nasib orang yang meninggal karena di bunuh atau bunuh diri."

Sial. Bryan terlalu to the point.

Jika Bryan tiba-tiba bertanya seperti itu maka seharusnya Gilang dan Dicky sudah bisa mengetahui bahwa Bryan sempat mendengar obrolannya sebelum ini.

"Hm, Ayah kenapa tiba-tiba nanya kaya gitu?" Masih Dicky yang berbicara. Gilang terlalu gugup jika ayahnya betulan tau tentang rahasia yang sudah di tutupinya dari beberapa tahun lalu.

"Ga papa, cuma Ayah pasti kecewa aja kalo ada keluarga Ayah yang berani mengakhiri hidup orang lain dengan alasan balas dendam yang sama sekali ga pernah Ayah ajarin dia untuk bersikap kaya gitu."

Kornea mata Dicky terpata-pata menatap Gilang seraya menanggapi ucapan Bryan, "M...maksud, Ay..." Ucapannya sudah terpotong oleh Gilang.

"Tapi apa yang aku lakuin itu imbang, Yah."

Bryan berdecak cukup jelas, "Emang apa yang kamu lakuin?"

"Yah?" Tidak mungkin kan jika Bryan tidak tau tentang apa yang sudah Gilang lakukan? Pembahasan Bryan saja sudah mengarah kepada apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang kamu lakuin?" Tanya Bryan dengan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya, namun saat ini nada bicara pria itu cukup meninggi dan bisa di bilang tidak santai.

Tatapan Gilang di buang ke arah lain saat ayahnya bicara seperti itu dan kembali di fokuskan saat Bryan mengucapkan tiga kata berikutnya, "Jadi seorang pembunuh?"

Mimik wajah Gilang berubah jadi kesal. Entah mengapa jika Bryan yang menyebutnya sebagai seorang pembunuh Gilang merasa kesal dan tak terima, sangat berbeda jika Dicky yang bicara.

"Dicky."

"I...iya, Ayah?" Jujur saja tubuh Dicky jadi gemetaran saat Bryan menatapnya tajam seperti ini.

"Apa betul yang Ayah denger tentang Gilang yang udah bunuh Ayah Arjuna sama tentang Arjuna yang bunuh diri karena Ayahnya meninggal?"

Dicky menganggukkan kepala pelan. Masa bodoh jika nanti Gilang membogem dirinya, Dicky bersumpah bahwa ia lebih takut kepada Bryan daripada Gilang.

"Dan kamu pasti ada kan dalam rencana pembunuhan itu?"

"Mampus, kena juga kan gua." Rutuk Dicky dalam hati.

"Hm....."

"Ga usah munafik lo, Ky." Suara Gilang terdengar seakan meminta Dicky untuk jujur menjawab pertanyaan Bryan.

"Iya, Yah aku ada di sana."

Berhasil sudah dua remaja tanggung itu membuat Bryan marah dan kecewa secara bersamaan, "Apa pernah Ayah mendidik kalian untuk hal semacam ini?"

STRUGGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang