STRUGGLE • 21

14 6 0
                                    

- Sukses -

Tepat pukul empat lewat lima puluh menit Gilang terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke sekeliling ruang kamar, ternyata ayah dan Dicky sudah berangkat sholat subuh di masjid. Gilang tidak ikut karena dirinya masih belum menjadi seorang mualaf.

Cowok itu mengusap wajahnya cukup kasar, mungkin guna untuk menghilangkan rasa kantuk akibat baru bangun. Ikat rambut yang ada di meja oleh Gilang ambil untuk mengikat rambutnya yang gondrong. Omong-omong rambut Gilang semakin panjang, seharusnya ini sudah waktunya untuk di cukur. Setelah dirasa tidak ada lagi yang menghalangi wajah tampannya, Gilang langsung melesat ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Air di sini sangat dingin jika kalian tau. Karena nenek tidak menggunakan air keran, melainkan menggunakan air yang langsung bersumber dari pegunungan yang letaknya agak lumayan jauh dari desa.

Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Gilang langsung kembali ke kamar. Tentu saja hal pertama yang Gilang lakukan adalah membuka laci nakas dekat tempat tidur. Mengambil kotak berukuran sedang berwarna ungu muda, lalu membukanya. Senyuman cowok itu seketika terpampang sangat jelas, ia tersenyum tanpa ada beban sedikitpun.

"Sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sayang." Tidak perlu heran lagi kan dengan tingkah Gilang yang selalu berbicara seorang diri seperti ini?

"Aku kangen, mau ketemu sama kamu. Oh iya beberapa temen Dicky lagi cari dimana kampung halaman, Mbok semoga sehabis aku selesaiin urusan aku disini aku bisa cepet-cepet ketemu kamu ya," Kalimatnya dibiarkan menggantung karena otaknya yang tiba-tiba kepikiran dengan ucapan Bryan beberapa minggu lalu, "Kamu ga akan berubah kan, Rum? Kamu ga akan nemu orang baru kan? Kamu pasti ga bakal lupain aku kan? Oke aku minta maaf karena udah ninggalin kamu tanpa kabar dan cuma tulis di sticky note 'bukan selamat tinggal, tapi sampai jumpa kembali' seharusnya kamu percaya sama tulisan itu karena kamu tau sendiri kan kalo aku ga pernah bisa bohong sama kamu?" Diakhiri dengan menghembuskan napas. Gilang sadar dirinya sedang berbicara sendiri.

Kreeekkk

Soca hitam legam milik Gilang langsung terpejam saat angin luar menerpa wajahnya. Angin subuh cukup membuat bulu tangan kita meremang, tapi Gilang tidak merasa terlalu kedinginan jadi jangan khawatir. Gilang memilih duduk di pembatas jendela sambil membawa foto Arum yang tadi. Anggap saja mereka sedang duduk berdua sambil menikmati dinginnya angin subuh di desa ini.

"Rum," Mimik wajahnya berubah keheranan, alisnya berkerut sempurna, "Aku sempet ragu dan nanya ke Dicky kenapa mesti agama Islam yang harus kita anut, emang ada apa sama agama selain Islam? Lagian agama selain Islam juga mengajarkan kita kebaikan kan?" Ujarnya, kemudian melanjutkan, "Terus Dicky jawab katanya agama lain memang mengajarkan kita kebaikan tapi agama lain ngga mengajarkan kita gimana cara menjalani kebaikan itu, sedangkan agama Islam mengajarkan kebaikan plus mengajarkan gimana cara menjalani kebaikan itu. Jadi agama Islam tuh kaya paket lengkap gitu ga sih? Makanya dianggap sebagai agama paling sempurna." Sepi dan tak ada yang menjawab. Gilang hanya merasakan tubuhnya mendingin karena angin subuh.

STRUGGLE Where stories live. Discover now