STRUGGLE • 13

17 3 0
                                    

- Keliru -

Bryan baru saja selesai mandi pagi, penampilannya sudah rapih saat ini karena ia akan mengadakan zoom meeting dengan guru-guru di SMP Widya Tama Sebangsa. Selama tinggal di desa Bryan hanya bisa memantau sekolah miliknya lewat zoom meeting dan orang-orang kepercayaannya di sana, syukur di sekolah tidak ada masalah apapun yang mungkin saja harus membawa dirinya kembali ke kota.

"Gilang tolong bantuin Mba Ica cek ladang singkong sama ubi."

Putranya itu masih terlelap di ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Tadi malam dia tak bisa tidur akibat memikirkan Arum kekasihnya, bahkan setelah selesai sahur dan sholat subuh pun anak itu masih belum tidur, sampai akhirnya tidur-tidur sekitar jam tujuh pagi sedangkan sekarang sudah hampir siang.

"Gilang ayo bangun, Ayah mau ada zoom meeting." Ujar Bryan seraya menyiapkan laptop dan beberapa berkas lain yang memang sangat di butuhkan saat melakukan zoom.

Tak mendapat jawaban apa-apa dari Gilang membuat Bryan berdecak lalu menoleh ke belakang dan ternyata Gilang belum juga bangun dari tidurnya.

"Apa perlu Ayah telepon Arum untuk bangunin kamu?" Bisik Bryan tepat di telinga Gilang.

Tiba-tiba saja anak itu berdecak kemudian merengek sambil berusaha membuka matanya, "Ayaaahhh."

Bryan tertawa ringan sambil geleng-geleng kepala melihat bagaimana putranya terpengaruh dengan ancaman tersebut, "Ayah ga perlu telepon Arum untuk suruh kamu mandi kan?" Bryan tidak lagi ada di samping Gilang, melainkan pria hampir tua itu kembali berjalan ke arah laptop untuk memulai zoom meetingnya.

Gilang menghembuskan napas kesal, menatap punggung ayahnya dengan tatapan sinis tapi sedetik kemudian tatapannya di bawa menatap space samping bantal dimana ada foto Arum yang semalam menemani Gilang begadang. Diambil perlahan foto itu kemudian di cium, senyumnya mengembang kala melihat foto Arum, "Biasanya jam-jam segini tuh kamu yang bangunin aku, kamu yang suruh aku mandi, siapin makanan untuk aku, hmmmm aku kangen sama kamu sayang."

Tanpa Gilang sadari ayahnya yang sedang melakukan zoom meeting hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah absurd putranya. Untung saja Bryan masih menunggu beberapa guru lain agar bergabung dengan zoom meetingnya jadi Bryan tidak perlu khawatir jika suara Gilang di dengar oleh guru-guru.

"Ayah aku titip foto Arum bentar." Lontar Gilang kemudian mengambil handuk yang di gantung dekat pintu dan keluar kamar untuk membersihkan diri.

Bryan menghembuskan napas kemudian geleng-geleng kepala lagi melihat tingkah putranya. Foto Arum yang Gilang taro di nakas di raih oleh Bryan kemudian pria yang berprofesi sebagai guru itu mengusap lembut lembaran foto tersebut, tersenyum dan menciumnya hangat, "Ayah juga tuh kangen sama kamu Rum," Ujarnya seorang diri, "Semoga setelah kita kembali ke kota kamu tetap jadi diri kamu sendiri ya, jangan pernah ada seseorang yang menggantikan posisi Gilang di hidup kamu dan asal kamu tau kalo sebenarnya Gilang tuh cinta berat sama kamu sayang."

"Pak, Pak Bryan bisa kita mulai zoomnya?"

"Mohon maaf, Pak?"

"Eh, oh? Iya?"

Guru di seberang sana hanya tersenyum kaku, "Zoom nya sudah bisa di mulai? Semua guru sudah join link."

Bryan manggut-manggut kecil, "Baik-baik, saya mulai ya."

Setelah itu perhatiannya mulai fokus kepada layar laptop, sedangkan foto Arum di biarkan di taro di sampingnya untuk menemani dirinya zoom dengan para guru di SMP WTS. Ck! Aknkah Gilang geleng-geleng kepala jika melihat tingkah ayahnya yang sama persis dengan dirinya? Bryan selalu mengatakan bahwa Gilang sudah benar-benar di perbudak cinta oleh Arum tapi apakah Bryan juga sudah di perbudak kasih sayang oleh Arum?

STRUGGLE Where stories live. Discover now