Part 2❄️

138K 13.3K 423
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Leanor berdiri di dekat jendela hotel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Leanor berdiri di dekat jendela hotel. Mengamati suasana kota di malam hari. Terlihat sangat ramai, menyenangkan, dan membahagiakan. Jauh berbeda dengan suasana di dalam kastil Duke Aiden. Suram.

Diam-diam Leanor menyesali overthinking-nya di saat ia bisa menikmati hidup.

Yah, mungkin saja karena terbiasa hidup dimanja dan disayang semua orang ... Leanor menjadi terkejut saat mengalami kehidupan yang rumit. Ia butuh waktu menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.

"Dari dulu, aku sangat penasaran dengan rumah bordil bangsawan. Haruskah aku ke sana?"

Gadis cantik itu menyeringai senang memikirkan hal tersebut. Mengganti pakaiannya, merias wajah cantiknya, memakai topi khas lady bangsawan, membawa kipas, serta membawa beberapa barang berharga.

Kemudian, segera menuju rumah bordil. Bermodalkan bertanya ke orang-orang.

Kala sampai di pintu masuk rumah bordil, ia disambut oleh para pelayan pria. Mereka melayani Leanor dengan sangat baik dan menuntun gadis itu masuk.

"Anda ingin ditemani berapa pria, nona?" Tanya si pemilik rumah bordil ramah karena pakaian dan perhiasan yang melekat ditubuh Leanor sangat mewah dibandingkan para tamu sebelumnya.

"Tiga orang pria saja. Berikan aku pria paling tampan di sini." Sahut Leanor kalem di balik kipas yang menutupi sebagian wajahnya.

"Baiklah, nona. Bayarannya akan sedikit mahal. Bagaimana nona?"

"Tidak masalah. Apakah boleh membayar dengan perhiasan karena aku tidak bisa membawa uang dari rumah."

"Tentu saja boleh, nona. Rumah bordil kami menerima segala bentuk pembayaran."

Transaksi pun selesai. Leanor di antar para pelayan pria ke salah satu ruangan.

Selama di perjalanan menuju tempatnya bersenang-senang, Leanor terkagum-kagum melihat dekorasi di dalam rumah bordil.

Dekorasinya sangat mewah, seperti club malam berkelas di zaman modern.

Kegiatan mengagumi Leanor terhenti begitu saja ketika melihat Aiden. Gadis itu buru-buru menunduk seraya berkomat-kamit di dalam hati.

Untunglah, ia bisa melewati Aiden tanpa ketahuan.

Leanor menghela nafas lega di dalam ruangan khususnya. Hanya dirinya saja di sana hingga ia bisa bebas membuka penutup wajahnya.

Selang beberapa detik kemudian, ketiga pria pesanan Leanor datang. Leanor hampir saja mimisan melihat ketampanan unreal mereka.

Namun, sayangnya wajah mereka tidak menunjukkan keramahan sedikit pun. Mereka malah seperti ingin mencabik-cabik tubuh Leanor.

"Ada apa dengan sikap kalian?" Celetuk Leanor heran seraya mengipasi wajahnya.

Gadis itu mengerjap kaget kala ketiga pria tersebut mendekatinya dan menodongnya menggunakan belati.

"Jangan harap kami akan melayanimu, wanita mesum!"

"Diamlah atau kami akan membunuhmu!"

"Anggaplah kejadian hari ini tidak pernah terjadi atau kami akan menerormu seumur hidup."

Ancaman ketiga pria tampan itu membuat Leanor meringis.

Niat hati ingin bersenang-senang, malah terjatuh ke dalam bahaya.

Sungguh sial sekali nasib Leanor.

Niat baiknya tak direstui oleh sang pencipta.

"Huh, tenanglah. Aku juga tidak tertarik menyentuh kalian. Tubuh suamiku bahkan jauh lebih baik daripada tubuh kalian." Sahutnya tenang.

"Lantas, untuk apa kau memesan kami?!" Tanya mereka masih curiga. Namun, sudah menurunkan senjata tajamnya.

"Untuk membuat suamiku menyesal karena sudah menyakiti hatiku." Sahut Leanor berbohong.

"Wanita yang mengerikan." Komentar mereka.

Leanor menghela nafas sok sedih. "Bayangkan saja. Kami baru menikah dua bulan, tapi dia sudah mengusirku dan menyuruhku pergi mati untuk menjadi makanan serigala. Padahal aku tidak pernah mengusiknya meskipun kami sudah menikah." Curhatnya.

"Malang sekali nasibmu."

"Ah, nasibku memang sangat malang. Tapi aku rasa nasib kalian lebih malang daripada nasibku. Kenapa kalian bekerja ke dalam rumah bordil jika bukan keinginan kalian sendiri?"

"Seseorang menipu kami saat kecil."

"Orang itu bilang, kami akan hidup bahagia di rumah ini tapi rupanya rumah ini sangat kotor."

"Kami menyesal mempercayainya."

Entah kenapa, cerita masa lalu terucap begitu saja dari mulut mereka. Yang pasti, sosok Leanor membuat mereka nyaman karena tidak menginginkan tubuh mereka.

"Apakah kalian ingin keluar dari sini? Aku bisa membantu kalian." Tawar Leanor. Merasa ketiga pria tersebut berpotensi melindunginya dari segala rencana jahat orang lain.

Terlebih lagi, ketiga pria tersebut sangatlah berperan penting dalam cerita. Mereka sangat setia dan selalu melindungi Sellyna yang mengeluarkan mereka dari rumah bordil.

Leanor baru ingat identitas mereka setelah mendengar dialog familiar yang pernah dibacanya di novel.

"Benarkah? Kau bisa membantu kami?" Tanya mereka kaget.

Bahkan, dialog di atas pun juga sama dengan dialog di dalam novel.

"Iya. Aku bisa membantu mengeluarkan kalian selama berjanji setia dan melindungiku."

"Baiklah. Kami janji melindungimu setelah kau mengeluarkan kami dari tempat terkutuk ini."

Lagi-lagi dialognya sama persis. Leanor semakin yakin bahwa mereka lah ketiga pelindung Sellyna.

"Siapa nama kalian?" Tanyanya ingin memastikan.

"Caellus."

"Louis."

"Venom."

Leanor tersenyum lebar. Tebakannya tepat sasaran. Ia telah menemukan kartu keberuntungannya.

Akan tetapi, senyuman Leanor tak bertahan lama karena pintu ruangannya tiba-tiba didobrak.

Gadis cantik itu melongo kaget melihat Aiden lah pelakunya. Pria tersebut menatapnya tajam dan berjalan menghampirinya dengan langkah besar.

"Hebat! Kau berani pergi dari kastilku dan bermain di rumah bordil. Kau ingin mempermalukanku sejauh mana, Putri Leanor?" Tanya Aiden dingin.

Leanor memiringkan kepalanya sembari mengedipkan matanya polos. "Siapa ya?" Tanyanya mendadak amnesia, membuat Aiden menggeram kesal.

"Leanor!"

Bersambung...

28/3/23

Tinggalkan jejak sebelum baca part selanjutnya💅

firza532

 I Become A DuchessWhere stories live. Discover now