Part 23❄️

76.5K 8.1K 396
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Bagi Aiden, malam terasa sangat panjang dan menyiksa setelah kepergian Leanor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi Aiden, malam terasa sangat panjang dan menyiksa setelah kepergian Leanor. Malamnya selalu dihiasi lamunan, kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan.

Berulang kali memaksakan diri tertidur, namun otaknya tak bisa diajak kompromi. Terus berpikir, berpikir, dan berpikir.

Pemikiran buruk dan keresahan selalu menganggunya, membuatnya sulit tertidur jika tidak mengkonsumsi obat tidur. Itupun dia hanya bisa tertidur sebentar.

Namun sekarang, Aiden bisa tidur pulas tanpa bantuan obat tidur. Otaknya bisa tenang. Emosinya menjadi stabil. Pemikiran buruknya menghilang entah kemana.

Kehadiran Leanor di sisinya menjadi obat paling ampuh baginya.

Pria itu tersenyum kecil melihat gadis dalam pelukannya. Istri yang sangat berharga baginya.

"Andaikan kau tahu betapa gilanya aku tanpa dirimu, sayang."

Jemarinya perlahan menyentuh pipi Leanor. Lembut serta penuh kehati-hatian seakan takut menyakiti sang istri.

"Aku mohon, jangan pergi lagi. Jangan pergi mencari kenyamanan di luar sana karena aku bisa memberikan kenyamanan yang kau inginkan."

Nada bicaranya sangat lirih. Takut membangunkan tidur Leanor. Ia masih ingin menikmati wajah cantik dan tenang Leanor saat tertidur.

Menurutnya, Leanor sangat cantik kala tertidur. Wajah Leanor seperti boneka hidup walaupun tanpa polesan make up. Wajah oval, pipi berisi, alis rapi melengkung indah, bulu mata panjang dan lentik, hidung kecil nan mancung, dan bibir mungil merah merona.

Ingin rasanya menyimpan Leanor untuk dirinya sendiri. Mengurung Leanor selamanya di dalam kastilnya dan tak pernah membiarkan Leanor keluar sejengkal pun.

Aiden tak suka membayangkan pria lain memuja istrinya. Aiden tak suka membayangkan pria lain menginginkan istrinya.

Aiden memang posesif dan pencemburu. Bahkan, Aiden tidak suka kala mendengar Leanor memiliki mantan kekasih.

Hatinya terbakar cemburu. Egonya ingin mencari dan membunuh Daniel. Melenyapkan pria yang pernah menjadi masa lalu istrinya.

"Sayangnya aku harus menahan keinginanku itu." Keluhnya lantaran takut Leanor membencinya dan kabur lagi darinya.

"Menahan keinginan apa?" Tanya Leanor lirih. Ia baru bangun, tapi langsung dibuat penasaran oleh ucapan ambigu suaminya.

Aiden tersenyum manis hingga matanya membentuk bulan sabit terbalik. "Menciummu."

"Dasar mesum!" Jerit Leanor kaget seraya menjauh dari Aiden. Akan tetapi Aiden segera menahan pinggang Leanor dan membawanya ke dalam pelukannya. Kakinya melilit kedua kaki Leanor supaya gadis itu tidak bisa berontak.

"Apa salahnya seorang suami mencium istrinya sendiri?"

Leanor manggut-manggut pelan. Kemudian, ia mendongak seraya mengusap dada bidang Aiden. Menatap Aiden menggoda. "Kalau begitu, ciumlah aku. Ciumlah aku sampai aku kehabisan nafas." Tantangnya.

Aiden menyeringai. "Kau menantangku?"

Leanor menyengir. "Bercanda." Kekehnya.

Aiden menyentil kening Leanor gemas. "Candaanmu membuat milikku bangun. Bagaimana kau akan bertanggung jawab?"

Leanor mengusap keningnya pelan. "Kenapa kau meminta pertanggungjawabanku? Salahkan saja burungmu yang baperan!" Ketusnya.

Pria itu terbahak mendengar ucapan konyol Leanor sedangkan Leanor berdecak pelan karena menurutnya tidak ada yang lucu.

Gadis cantik itu berusaha memundurkan tubuhnya secara perlahan karena tidak nyaman. Milik Aiden mengenai pahanya.

Selain itu, dia takut Aiden kian terangsang dan menerkamnya.

Leanor belum siap di unboxing.

"Sayang..." Suara Aiden membuat Leanor sedikit merinding. Baru kali ini Aiden memanggilnya begitu.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau memanggilku sayang? Kemana Aidenku yang dulu?" Cerocosnya.

Aiden menatap Leanor datar. Gadis itu tidak hanya menjauhinya, tapi juga menolak panggilan kesayangannya secara terang-terangan.

Lantaran terlalu geram, Aiden pun bangkit dari posisinya dan menindih tubuh Leanor. Mengungkung tubuh mungil Leanor di bawah tubuhnya. "Kau tidak suka aku panggil sayang? Memangnya hanya Daniel yang boleh memanggilmu sayang?" Tanyanya cemburu.

Leanor melongo kaget karena Aiden mengungkit-ngungkit mantan kekasihnya.

"Kau masih mencintai pria itu, makanya tidak memperbolehkanku memanggilmu sayang?"

"Astaga! Bukan begitu maksudku." Renggut Leanor kesal.

"Kalau begitu, kenapa protes?"

"Kapan aku protes?" Tanyanya balik. "Aku hanya bertanya, Aiden."

"Tidak sopan memanggil nama suamimu secara langsung. Panggil aku sayang!" Ucap Aiden memerintah.

Leanor tertawa geli. "Sejak kapan kau mementingkan panggilanku kepadamu? Bukankah biasanya kau diam saja saat aku memanggilmu Aiden? Kenapa sekarang begitu peduli ter--"

Pria itu meletakkan jari telunjuknya di bibir sang istri. "Sttt. Jangan membantahku, sayang. Lakukan saja perintahku."

Leanor menggelengkan kepala tak habis pikir melihat sikap aneh Aiden. Ia merasa Aiden berubah drastis sejak perpisahan mereka.

"Panggil aku sayang atau aku akan menciummu sampai pingsan."

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejak!!

firza532

 I Become A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang