Part 22❄️

77.2K 8.4K 238
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Perjalanan singkat, namun berkesan bagi para ksatria

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Perjalanan singkat, namun berkesan bagi para ksatria.

Mereka terkesan melihat Leanor yang sangat jauh berbeda dari rumor.

Leanor bukanlah duchess yang jahat, semena-mena, dan sombong. Melainkan duchess yang baik hati, penolong, dan ramah.

Mereka menjadikan Leanor idola. Bertekad akan selalu setia dan membela Leanor di masa depan.

"Selamat datang kembali di Kediaman Blake, duchess." Sambut mereka ceria kala Leanor turun dari kereta kuda.

Senyuman manis terbit di bibir Leanor melihat hal tersebut. Para ksatria yang dulunya acuh tak acuh berbalik menyukainya. Tinggal menarik rasa suka para pelayan. Setelah itu, hidupnya akan berjalan tenang, aman, dan lancar jaya di Kediaman Blake.

Namun, sebelum itu, dia akan meminta maaf ke para pelayan yang sudah disakitinya dan memberikan kompensasi supaya mereka memaafkannya.

"Kau pasti lelah. Mau aku gendong sampai ke kamar?" Tawar Aiden melihat istrinya lebih banyak diam dalam perjalanan menuju kamar. Akan tetapi, tawarannya ditolak begitu saja oleh Leanor hingga membuatnya berdecak pelan.

Leanor menyikut lengan Aiden seraya tersenyum menggoda. "Jangan terlalu kecewa. Bukankah masih banyak kesempatan untuk menggendongku?"

Bukannya berusaha membantah, Aiden malah mengiyakan ucapan istrinya. "Benar juga. Waktu kita masih banyak. Aku bisa menggendongmu kapanpun yang aku mau." Memeluk manja tubuh Leanor seraya mencuri kecupan singkat di pipi gadis itu.

Tubuh Leanor sedikit bergidik melihat tingkah bucin Aiden. Masih belum terbiasa.

"Tuan Duke." Panggil seseorang menghentikan langkah keduanya. Menoleh ke belakang, menatap orang yang memanggil.

"Nona Tiffany datang lagi, tuan Duke."

Wajah bahagia Aiden lenyap. Ia menghela nafas kesal. Tatapannya menjadi setajam pisau. "Usir dia!" Nada bicaranya pun sangat dingin.

"Nona Tiffany memaksa ingin bertemu tuan. Katanya ada yang ingin disampaikannya tentang Duchess."

"Usir!"

Pengawal tertunduk pelan melihat tuannya mulai geram. "Baik, tuan Duke."

"Tiffany? Tiffany yang kukenal itu?" Celetuk Leanor.

Aiden mengangguk.

"Dia selalu mendatangimu saat aku pergi?" Mata Leanor menyipit penasaran sedangkan Aiden mendadak resah. Takut Leanor salah paham.

"Iya. Awalnya dia beralasan ingin menanyakan kabarmu, tapi semakin lama, dia semakin kelewatan sehingga aku tidak pernah lagi menerima kehadirannya di kediaman ini. Sayangnya dia sangat gigih dan tidak tahu malu, selalu datang ke sini meskipun sudah diusir tanpa hormat." Papar Aiden sejelas mungkin.

"Cih. Beraninya dia menganggu suamiku." Leanor tak terima Aiden diganggu oleh Tiffany. Orang yang membuat Leanor asli mati di dalam novel.

Aiden tersenyum senang melihat kecemburuan istrinya. Ia ingin semakin menggoda istrinya.

"Kau tahu, Leanor? Saat kau tidak berada di sini, gadis sialan itu selalu menjelek-jelekkanmu di depanku, berusaha menggodaku, dan memohon menjadi istri keduaku." Tuturnya sambil melihat ekspresi Leanor.

"Lebih gilanya lagi, dia berkata akan selalu menghiburku saat kau tidak berada di sini agar aku tidak merasa kesepian ditinggal pergi olehmu. Bahkan dia bersedia dianggap sebagai pengganti dirimu."

Emosi Leanor memuncak dan Aiden sangat menikmati hal itu.

Kecemburuan Leanor membuatnya merasa dicintai dan disayangi, seperti halnya dia mencintai dan menyayangi istrinya itu.

"Bukankah dia sahabatmu? Kau tahu dia menyukaiku?" Timpalnya lagi. Makin bersemangat menggoda istri cantiknya.

Leanor menghentakkan kaki kesal. Wajahnya tampak kesal bukan main. "Gadis jalang itu bukan sahabatku. Jangan pernah mengucapkan kata menggelikan itu lagi!" Geramnya.

"Oh, aku pikir kalian sahabat karena sangat akrab di masa lalu." Ledek Aiden.

"Itu hanya ilusimu. Kami tidak dekat sama sekali. Dia yang sok akrab denganku." Bantahnya.

Aiden tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Bolehkah aku bertanya sesuatu, Leanor?" Tanyanya hati-hati hingga membuat Leanor mengerutkan kening heran.

"Tanyakan saja."

Aiden menatap gadis itu lurus. "Benarkah kau memiliki kekasih yang bernama Daniel?"

Leanor memijit pangkal hidungnya kesal. "Jalang itu benar-benar menjengkelkan. Mengatakan semua hal sesuka hatinya demi mendapatkanmu."

"Jadi, ucapannya benar?" Tanya Aiden kaget sekaligus kesal. Ia tak terima Leanor memiliki kekasih selain dirinya.

Leanor itu miliknya! Hanya miliknya!

"Tentu saja tidak. Aku tidak memiliki kekasih."

"Lalu, kenapa Tiffany mengatakan kau memiliki kekasih bernama Daniel? Katanya, kalian menjalin hubungan sebelum menikah sampai saat ini. Jawablah sejujur mungkin, Leanor. Aku ingin mengetahui kebenarannya secara langsung darimu," ucap Aiden tegas. Malas menebak-nebak sendiri ataupun mempercayai ucapan Tiffany. Ia hanya ingin mendengarnya langsung dari mulut Leanor.

"Sebelum menikah, aku memang menjalin hubungan dengan Daniel. Tapi, kami tidak pernah menjalin hubungan lagi sejak kita menikah. Kami juga tidak pernah bertemu lagi. Namun, Tiffany selalu membujukku untuk menemuinya. Bujukan yang tentu saja aku tolak mentah-mentah karena aku sudah memiliki dirimu."

Sudut bibir Aiden sedikit tertarik mendengar ucapan Leanor. "Baiklah, aku mengerti." Ia memeluk Leanor senang dan mengecup puncak kepala Leanor berkali-kali.

"Berhentilah menciumku. Kita masih diluar. Orang lain sedang melihat kita." Omel Leanor.

"Biarkan saja mereka melihat kita." Kekeh Aiden seraya mengeratkan pelukannya.

'Mulai sekarang dan seterusnya, kau hanya milikku, Leanor. Daniel atau siapapun itu, tidak akan bisa memilikimu!!'

Bersambung...

30/4/23

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum part selanjutnya 💅

firza532

 I Become A DuchessOù les histoires vivent. Découvrez maintenant