Part 28❄️

83.2K 8.3K 192
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Awan kelabu menghiasi langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awan kelabu menghiasi langit. Menutupi cahaya matahari. Hujan perlahan mulai turun. Membasahi permukaan bumi, disertai kilat yang menyilaukan mata.

Di tengah cuaca buruk itu, seorang gadis cantik terbaring lemah di ranjang rumah sakit bersama peralatan yang terpasang di tubuhnya. Peralatan yang menopang daya tahan hidupnya selama ini.

Tubuhnya tampak kurus dan wajahnya pucat bak mayat hidup. Namun, kecantikannya tetap terlihat.

Petir kembali menyambar. Sangat keras dan memekakkan telinga. Membuat gadis itu terbangun dari tidur panjangnya.

Iris hazelnya terbuka lebar. Menatap linglung langit-langit rumah sakit. Untuk sesaat, ia terdiam. Mencerna kejadian yang menimpanya.

'aku belum mati?'

Aroma rumah sakit yang khas membuatnya berpikir keras. Ia pun mengalihkan pandangannya ke seisi ruangan dan semakin terkejut melihat suasana sekitarnya. Dia bahkan mencubit tangannya untuk memastikan apakah dia sedang bermimpi atau tidaknya.

Kala merasakan sakit, barulah ia yakin bahwa dirinya tidak bermimpi.

'Apakah kehidupan Leanor yang kujalani selama ini hanya mimpi belaka? Mungkinkan aku bermimpi panjang tentang novel yang sempat aku baca sebelum dibunuh?'

Berbagai macam pertanyaan muncul di dalam otak kecilnya hingga membuat kepalanya sakit.

'sepertinya benar aku bermimpi. Mustahil jiwaku masuk ke dalam novel!' putusnya.

'syukurlah aku bangun dari koma. Aku bisa mengungkapkan kejahatan Angela yang meracuni makanan dan minumanku.'

Bibirnya menyunggingkan senyuman manis lantaran tak sabar memberikan hukuman kepada orang yang sudah berani membunuhnya.

Hanya karena merasa iri, Angela tega meracuninya. Angela bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun ketika melihatnya sekarat.

Ia masih ingat wajah bahagia Angela ketika dirinya diambang kematian. Angela, artis saingannya. Wanita itu pasti membunuhnya supaya bisa bersinar.

Baiklah. Ia akan membuat keinginan Angela terwujud. Ia akan membuat Angela muncul di semua media massa akibat kasus percobaan pembunuhan.

'ah, siapa itu? Apakah orangtuaku?' tanyanya antusias di dalam hati kala pintu ruangan rawatnya di buka dari luar. Ia sangat merindukan orangtuanya.

Namun, senyumannya lenyap seketika kala melihat kehadiran Angela. Berpura-pura koma pun percuma karena Angela menangkapnya sedang membuka mata.

"Sialan!" Umpat Angela panik seraya mengunci pintu kamar.

Natha merasa dirinya berada di dalam bahaya melihat ekspresi Angela. Ia hendak berteriak meminta pertolongan tapi suaranya sangat serak. Nyaris tak terdengar.

Tak menyerah begitu saja, ia berusaha melarikan diri dari sana tapi tubuhnya kaku. Tidak bisa digerakkan. Entah sudah berapa lama dia koma sehingga tubuhnya menjadi mati rasa.

"Aku tidak akan membiarkanmu hidup, Natha! Mati kau!!" Angela menutup wajah Natha dengan bantal.

Dada Natha terasa sangat sesak. Gadis itu kekurangan pasokan oksigen.

"Aku tidak akan membiarkanmu merebut segalanya dariku! Kau harus mati!" Tawa Angela kejam.

Gadis itu mengepalkan tangan kesal. 'Angela bajingan! Kau akan menyesal jika aku bisa bertahan hidup! Aku akan membuatmu kehilangan segalanya dan menjatuhkanmu ke dalam lubang penderitaan tak berdasar.' batinnya murka.

Angela menekan bantalnya semakin kuat ke wajah gadis itu. "Mati!!"

'arghhh! Siapapun! Tolong selamatkan aku!'

Sekuat apapun batinnya berteriak, tak ada orang yang menolongnya hingga dirinya pun sampai di batas pertahanannya.

Kesadarannya terkikis habis. Tubuhnya tidak bergerak lagi. Begitupun dengan nafasnya, berhenti total.

"Ah, kau sangat merepotkan!" Keluh Angela seraya meletakkan kembali bantal ke posisi semula.

Setelah memastikan Natha tidak bernafas, ia pun keluar dari ruangan dan memanggil dokter dengan panik seraya menangis pilu seolah sangat sedih.

Sementara itu, di dunia lain, dengan cuaca yang masih sama, seorang gadis cantik tersentak kaget dan terbangun secara paksa dari tidur panjangnya.

"Duchess sadar, paman." Jerit Sellyna senang.

"Jangan berteriak, Lyn. Duchess bisa terganggu." Nasihat William lembut.

"Maaf."

Aiden mengecup punggung tangan istrinya lega. "Kau membuatku sangat takut, sayang." Lirihnya.

Sejak kemarin, hati Aiden tidak bisa tenang melihat keadaan memprihatinkan Leanor. Terutama di bagian kepala.

Aiden takut sang istri meninggalkannya. Apalagi nafas Leanor sempat terhenti selama beberapa menit.

Demi apapun! Aiden tidak sanggup ditinggalkan Leanor untuk selamanya. Aiden masih ingin bersama Leanor, menciptakan banyak kenangan dan kebahagiaan.

'apa ini? Kenapa aku kembali lagi ke dalam tubuh Leanor?!' tanyanya syok.

Bersambung....

7/5/23

firza532

 I Become A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang