Part 13❄️

91K 9.1K 150
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Aiden dan Leanor makan pagi bersama di dalam kamar karena Leanor masih belum diperbolehkan keluar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aiden dan Leanor makan pagi bersama di dalam kamar karena Leanor masih belum diperbolehkan keluar.

Cuaca yang begitu dingin membuat Aiden melarang Leanor berkeliaran di luar kamar. Aiden takut Leanor jatuh sakit lagi.

Setelah selesai sarapan, Aiden memaksa Leanor duduk di depan perapian supaya tubuh Leanor tetap hangat. Tak lupa pula menyelimuti tubuh istrinya itu sedangkan Leanor menerima dengan pasrah karena pengalaman menyadarkannya bahwa Aiden adalah seorang pria yang keras kepala dan tidak bisa dibantah.

Selesai memastikan Leanor tetap hangat, Aiden pun tersenyum puas dan duduk di hadapan Leanor. Ia berdehem pelan. Bersiap memulai pembicaraan. "Putri Leanor." Panggilnya lembut.

Leanor menaikkan kedua alisnya. Bertanya tanpa suara.

"Sampai sekarang, kau masih belum memiliki dayang. Tidakkah kau ingin mencari dayang baru, Putri Leanor?" Tanyanya pelan lantaran takut menyinggung perasaan istrinya.

Dayang Leanor meninggal dunia saat pernikahan mereka berjalan satu minggu.

Aiden tidak terlalu memperhatikan masalah itu sebelumnya karena Leanor sangat membencinya.

Sekarang, ia merasa sudah waktunya membahas permasalahan tersebut dengan Leanor.

Aiden tidak ingin Leanor kekurangan apapun di dalam kediamannya. Bahkan jika itu dayang yang tak berguna sekali pun.

Aiden ingin menjaga reputasi Leanor dan membuat Leanor tetap berwibawa di mata para bangsawan.

"Aku bisa membantumu mencari dayang yang sesuai dengan kriteriamu," ucap Aiden lagi.

Leanor menghela nafas pelan. "Terima kasih atas tawaranmu, tapi aku tidak memerlukan dayang. Pelayan di sini saja sudah cukup bagiku."

Kehadiran dayang akan membuat pelarian Leanor terkendala.

Semakin banyak orang yang mengawasinya, maka semakin sulit baginya untuk melarikan diri.

Oh ayolah!

Leanor hanya ingin melarikan diri dengan tenang.

"Pilihlah satu orang dayang supaya ada yang menemani dan membantumu, Putri Leanor." Pinta Aiden.

"Aku tidak membutuhkannya, Aiden." Leanor tetap kekeuh menolak permintaan Aiden karena dia masih ingat alasan lain dirinya dijatuhkan hukuman mati di dalam novel, yaitu dayang.

Seorang dayang baru bekerja sama dengan Tiffany untuk menjebaknya.

Dayang baru yang selalu berada di sisi Leanor kian memudahkan rencana Tiffany sampai akhirnya Leanor berhasil menjadi tersangka dan dijatuhi hukuman mati.

Leanor tidak ingin dirinya bernasib sama seperti yang tertulis dalam novel.

Maka dari itu, lebih baik dia menghindari variabel yang bisa membuatnya terjatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

"Apakah kau tidak merasa kesepian?" Tanya Aiden sembari membenarkan selimut di tubuh Leanor.

"Tidak karena aku punya kau."

Aiden tertegun mendengar jawaban manis istrinya. "Baiklah. Terserah kau saja," katanya menyerah.

"Oh iya, Anak Grand Duke Enfield akan tinggal di kediaman kita mulai hari ini," ucapnya mengalihkan pembicaraan supaya Leanor tidak sadar dia sedang salah tingkah.

"Namanya William Enfield. Umurnya delapan tahun. Grand Duke Enfield menitipkannya padaku supaya dia aman dari trik jahat ibu tirinya. Ku harap, kau memperlakukannya dengan baik karena kehidupan anak itu sangat menyedihkan."

Leanor terhenyak kaget.

Perkataan Aiden menyadarkannya bahwa alur cerita semakin dekat. Itu berarti, kematiannya juga sudah dekat.

Dua bulan setelah kemunculan Pemeran utama pria, ia akan difitnah dan dihukum mati.

Gadis cantik itu menelan saliva kasar. 'apapun yang terjadi, aku harus segera melarikan diri dari sini!' jerit batinnya panik.

"Kenapa diam saja? Kau tidak suka William tinggal di sini?" Tanya Aiden heran. "Ataukah kau membenci anak kecil?" Tanyanya lagi.

Leanor menggeleng kuat. "Bukan begitu. Aku hanya sedikit terkejut mendengar cerita tentang William."

Aiden ber-oh ria. Namun, entah kenapa ia merasa bahagia mengetahui Leanor tidak membenci anak kecil. Artinya, mereka bisa memiliki anak sendiri di masa depan.

'Apa yang kupikirkan barusan?' Bisik batinnya malu.

"Kapan William akan datang?"

"Mungkin sebentar lagi."

"Aku akan menyambutnya bersamamu," kata Leanor antusias lantaran penasaran dengan male lead novel. Pria yang nantinya akan menjadi pria setia, kejam, Tyrant, obsesi, dan memporak-porandakan kekaisaran karena satu wanita.

"Tidak boleh! Kau di sini saja! Cuaca di luar masih dingin!" Tolak Aiden cepat. Memudarkan kilauan semangat di sorot mata Leanor.

Gadis itu mengembungkan pipi kesal. "Katanya kau ingin aku memperlakukannya dengan baik? Tapi, kenapa kau malah melarangku menyambut kedatangannya?"

Aiden menyentil kening istrinya gemas. "Aku memang menyuruhmu memperlakukannya dengan baik, akan tetapi bukan berarti mengorbankan dirimu."

Leanor kian mengembungkan pipinya kesal sembari mengusap dahinya yang nyut-nyutan akibat ulah Aiden. "Kau menyakiti dahiku." Kesalnya.

Pria tampan itu terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan sang istri. "Maafkan aku, Putri Leanor. Mendekatlah. Aku akan menyembuhkan rasa sakit di dahimu."

Leanor beringsut mendekat, menuruti perkataan Aiden.

Pria itu tersenyum lagi. Memegang bahu Leanor dan mengecup kening Leanor sekilas. "Bagaimana? Apakah keningmu sudah tidak sakit lagi?"

Bersambung...

6/4/23

firza532

 I Become A DuchessWhere stories live. Discover now