Part 14❄️

85K 9.8K 340
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Seorang anak kecil berambut hitam turun dari kereta kuda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang anak kecil berambut hitam turun dari kereta kuda. Wajah imutnya terlihat begitu dingin dan tanpa emosi. Iris merahnya seakan menyala di bawah senja.

Sudut bibir Leanor sedikit tertarik melihat penampilan tokoh utama pria. Meskipun masih kecil, ketampanan dan kharismanya tidak main-main.

Bagaimana jadinya jika sudah besar nanti?

Leanor tak dapat membayangkannya.

"Salam, Duke dan duchess. Saya William Enfield, anak sulung Grand Duke Enfield. Mohon bantuannya selama saya tinggal di sini."

Pembawaannya pun tenang dan dewasa. Semakin menghadirkan kekaguman dalam diri Leanor.

"Ya." Sahut Aiden irit hingga membuat Leanor mendelik sinis dan menyikut lengan Aiden sebagai teguran tapi Aiden mengabaikannya.

Gadis cantik itu berdecak pelan sebelum akhirnya menatap William seraya memberikan senyuman terbaiknya. "Selamat datang di kediaman kami, William. Mulai sekarang, kau bisa menganggap kastil ini sebagai rumah sendiri. Jika ada masalah, jangan ragu meminta tolong kepada kami." Tuturnya ramah.

"Terima kasih, duchess."

Leanor menggerutu di dalam hati melihat reaksi dingin William. Merasa anak kecil itu sama saja dengan Aiden. Sama-sama dingin dan cuek.

"William pasti lelah setelah melakukan perjalanan panjang. Antarkan William ke kamar yang sudah disiapkan." Titah Leanor ke para pelayan.

"Baik, duchess."

"Perlakukan William dengan baik serta siapkan semua kebutuhannya. Jangan biarkan William merasa kekurangan sedikit pun selama berada di sini." Tambah Leanor.

"Baik, duchess. Kami mengerti."

"Bagus."

Leanor beralih menatap anak kecil di depannya. Sedikit terkejut menyadari lengan baju William terkena noda darah. Ia pun berjongkok. Menyamakan tingginya dengan William. "Kau terluka?" Tanyanya cemas.

William sedikit tertegun melihat raut wajah khawatir Leanor.

Sebuah perhatian dan kekhawatiran sangatlah asing baginya.

Belum pernah ada orang yang mengkhawatirkannya di kediaman Enfield. Semua orang justru menginginkan nyawanya.

"Kenapa diam saja? Apakah lukanya sangat sakit?" Tanya Leanor lagi.

William berdehem pelan. "Aku tidak terluka, duchess."

"Lalu, kenapa lengan bajumu berdarah?"

"Tidak sengaja terkena darah orang lain, duchess."

"Kalian diserang?" Tanya Aiden ke para ksatria William.

"Iya, tuan Duke. Kami diserang di dalam perjalanan."

"Apakah kalian berhasil menangkap salah satu dari mereka?"

"Tidak, tuan Duke. Kami gagal menangkapnya."

Leanor menatap William kasihan. Tanpa bertanya pun, dia sudah tahu siapa dalang dari penyerangan yang dialami William. Ibu tiri William.

Wanita licik itu pasti mengirim pembunuh bayaran untuk melenyapkan William supaya anaknya bisa menjadi pewaris Grand Duke Enfield.

Di zaman ini, perebutan tahta adalah hal biasa. Orang-orang bisa kehilangan akal sehat dan hati nuraninya demi kekuasaan. Melakukan berbagai cara, termasuk membunuh keluarga sendiri.

Sungguh menyedihkan.

"Kau pasti sangat terkejut. Istirahatlah. Lupakan kejadian buruk tadi." Leanor mengusap pelan rambut hitam William. Membuat wajah William sedikit bersemu lantaran tak terbiasa diperlakukan manis oleh orang lain.

Aiden yang melihat hal itu menyipitkan matanya kesal. Berakhir menarik Leanor dan membawa gadis itu ke dalam gendongannya.

"Kau juga harus segera istirahat. Cuaca dingin tidak bagus untuk tubuhmu." Tuturnya sembari membawa Leanor masuk ke dalam kastil.

Leanor yang tidak mempunyai kesempatan memberontak hanya bisa pasrah dan melambaikan tangannya ke William sebagai salam perpisahan. "Istirahatlah, Will. Besok aku akan bermain denganmu."

Hati Leanor langsung meleleh melihat senyuman manis William.

'apakah ini yang dinamakan dengan kharisma tokoh utama?' batinnya.

"CK! Berhentilah memandangi anak itu!" Decak Aiden. Menganggu kekaguman Leanor.

"Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya karena dia terlalu imut dan menggemaskan."

"Kalau kau memang menyukai anak itu karena imut dan menggemaskan ... Kita bisa membuatnya sendiri. Lebih imut dan menggemaskan darinya."

Leanor melongo kaget mendengar perkataan di luar nalar Aiden. "Apa katamu?!"

Aiden menatap lurus ke depan tanpa menatap istrinya. "Tidak ada."

Leanor meringis pelan melihat keanehan Aiden.

Kenapa ia merasa pria itu seperti sedang cemburu ke anak kecil?

Mustahil 'kan Aiden cemburu? Terlebih ke anak kecil.

Aiden saja tidak mencintainya.

"Omong-omong, bagaimana menurutmu tentang penyerangan yang dialami William? Akankah orang-orang itu juga menyerang William di kediaman kita?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Bisa jadi. Tapi, mereka pasti akan berpikir dua kali sebelum melakukannya di wilayah kekuasaanku." Aiden tersenyum menenangkan. "Tenang saja, Putri Leanor. Mereka tidak bisa menyentuhmu karena Ksatria akan menjagamu."

Leanor menghela nafas panjang. "Daripada mencemaskan keadaanku sendiri, aku lebih mencemaskan keadaan William. Anak sekecil itu sudah berada dalam bahaya. Tenaganya pasti tidak bisa menandingi tenaga orang dewasa. Dia bisa mati kapan saja karena masih kecil."

"Tenanglah. William tidak akan mati selama berada di dalam Kediaman Blake. Itulah tujuan Grand Duke Enfield menitipkannya kepadaku." Jelas Aiden.

"Semoga saja begitu. Aku ingin anak itu tumbuh dewasa tanpa halangan apapun. Dia pasti akan sangat tampan jika sudah besar," ucapnya berbinar-binar, membuat Aiden kembali cemburu.

"Lalu, kenapa kalau dia tampan saat besar nanti? Kau juga tidak akan bisa menikahinya karena kau sudah menjadi milikku." Sahut Aiden ketus.

Bersambung...

9/4/23

Jangan lupa tinggalkan jejak!!😼

firza532

 I Become A DuchessWhere stories live. Discover now