Part 12❄️

99K 9.2K 187
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Kejadian hari itu membuat tubuh Leanor drop selama beberapa minggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kejadian hari itu membuat tubuh Leanor drop selama beberapa minggu.

Leanor demam tinggi disertai flu. Leanor bahkan tidak sanggup beranjak sedikit pun dari kasur lantaran terlalu lemah. 

Di masa-masa lemah itu, Aiden selalu berada di sisi Leanor dan menjaga gadis tersebut. Pekerjaannya pun juga dikerjakan di kamar Leanor.

Aiden merasa bertanggung jawab atas kejadian buruk yang menimpa Leanor. Jika bukan karena kelalaiannya, Leanor pasti tidak akan mengalami kemalangan.

Begitulah pikirannya tanpa mengetahui Leanor sengaja melarikan diri darinya.

"Aiden." Panggil Leanor yang kini sudah sembuh sepenuhnya tapi Aiden masih protektif padanya. Melarangnya berkeliaran atau lebih tepatnya mengurung Leanor di dalam kamar.

Awalnya Leanor sangat kesal dan melakukan protes, namun percuma saja. Aiden tetap keras kepala. Mengurung Leanor dan mengabaikan protes gadis tersebut.

Alhasil, Leanor terpaksa mengurungkan niat melarikan diri untuk ketiga kalinya.

Leanor telah belajar banyak dari kedua pengalamannya. Ia yakin rencana pelariannya kali ini akan berhasil tanpa kendala apapun.

"Sampai kapan kau akan tidur di kamarku?" Cetus Leanor kala melihat Aiden mengalihkan tatapan ke arahnya.

"Kau mengusirku?" Tanya Aiden tak bersahabat.

"Ya."

Aiden melotot kesal mendengar jawaban terus terang istrinya. "Dasar istri tidak tahu terima kasih. Kau langsung membuang suamimu setelah sembuh. Apakah kau sudah lupa siapa yang menjagamu saat sedang sakit?"

Leanor terkekeh pelan mendengar omelan Aiden. "Aku tidak pernah memintamu menjagaku."

Pria tampan itu terdiam mendengar ucapan menohok Leanor sedangkan Leanor tersenyum tanpa dosa.

Aiden berdehem pelan. Mengalihkan pandangannya dari Leanor dan kembali fokus memeriksa pekerjaannya. "Mulai hari ini dan seterusnya, aku akan tidur di kamar ini." Ungkapnya.

"APA?!"

Aiden mengabaikan teriakan syok Leanor.

"Kau tidak boleh tidur di kamarku! Tidur saja di kamarmu sendiri!" Protes istrinya.

"Tidak ada ruangan yang tidak boleh kumasuki di kastil ini, Putri Leanor." Sahut Aiden apa adanya.

Leanor menggeram kesal mendengar ucapan songong Aiden. "Intinya kau tidak boleh tidur di kamarku. Aku tidak suka."

"Aku tidak peduli. Mulai sekarang aku akan tetap tidur di kamar ini." Sahut Aiden menyebalkan.

Gadis itu berdecak kesal. Lantas, menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dan bangkit dari kasurnya. "Baiklah. Kau tidur saja di sini. Aku akan tidur di kamarmu." Putusnya.

Aiden menatap istrinya lurus. "Kembali ke kasur, Putri Leanor!" Titahnya.

Pria tampan itu memijit keningnya pelan karena perintahnya diabaikan. Padahal ia melarang Leanor keluar dari kamar juga untuk kebaikan Leanor.

Dia pun berdiri. Menyusul Leanor dan menggendong tubuh Leanor.

"Turunkan aku!!" Leanor meronta sembari menggoyangkan kedua kakinya brutal supaya Aiden kewalahan, tapi bukan Aiden namanya jika kewalahan oleh gerakannya.

Aiden mengeratkan pegangannya di bahu dan kaki Leanor. Tatapan setajam elangnya menghunus Leanor. "Berhentilah bersikap kekanakan, Putri Leanor."

"Kau yang kekanakan!" Sergah Leanor sembari melanjutkan rontaannya. Gadis itu juga memukuli bahu Aiden supaya dilepaskan.

Sayangnya, pukulan Leanor terasa seperti pukulan semut bagi Aiden. Tidak terasa sedikit pun.

Aiden menatap lelah sang istri. "Oh ayolah! Cuaca hari ini sangat dingin. Kau bisa demam lagi kalau keluar dari kamar."

Leanor melipat tangannya di depan dada mendengar ucapan Aiden. "Tubuhku tidak selemah itu."

"Sakit selama dua Minggu bukan termasuk tubuh lemah ya?" Tanya Aiden sarkas.

Gadis cantik itu mencubit lengan Aiden gemas. "Beda cerita. Dulu, aku jatuh sakit karena kelelahan dan kedinginan. Sekarang, tubuhku baik-baik saja. Aku tidak akan sakit lagi."

Baru saja mengatakan hal tersebut, Leanor tiba-tiba bersin. "Ini ha--" ucapannya menggantung karena kembali bersin.

Aiden menggelengkan kepala tak habis pikir. Kemudian, menggendong Leanor menuju ranjang. Ia menurunkan tubuh Leanor secara hati-hati di atas kasur dan menyelimuti tubuh istri nakalnya itu.

"Sudah kubilang, bukan? Udara hari ini sangat dingin dibandingkan hari biasanya. Jadi, berdiam dirilah di dalam selimut jika tidak ingin sakit lagi." Tuturnya lembut seraya mengelus puncak kepala Leanor.

Gadis cantik itu meremas selimutnya pelan mendapatkan kelembutan dari Aiden.

Tatapan lembut dan raut wajah khawatir Aiden membuat jantungnya sedikit berdebar.

Sudah lama sekali ia tak mendapatkan kelembutan dari seseorang. Lebih tepatnya sejak masuk ke dalam tubuh Leanor.

Kehidupannya sebagai Leanor terlampau keras. Dimana tak ada satu orang pun yang bisa dijadikannya sebagai tempat bersandar dan mengeluh. Dia dipaksa kuat dan dipaksa mandiri oleh keadaan.

"Kenapa belakangan ini kau sangat baik kepadaku, Aiden? Ataukah kau merasa kasihan melihatku?" Tanya Leanor langsung.

Karakter Aiden sudah melenceng dari alur novel.

Di dalam novel, karakter Aiden tertulis sebagai pria dingin yang mengabaikan Leanor, bahkan di saat Leanor difitnah dan dijatuhi hukuman mati pun, Aiden tetap cuek.

"Aku tidak pernah merasa kasihan melihatmu, Putri Leanor." Jawab Aiden hati-hati karena dia sangat tahu bahwa istrinya itu perempuan yang keras kepala dan tak suka dikasihani.

"Aku hanya merasa bertanggung jawab atas kejadian buruk yang menimpamu. Makanya aku berusaha keras menebus semua kelalaianku dalam menjagamu." Jelasnya.

"Oh." Leanor tersenyum kecut. Memang mustahil Aiden mempedulikannya.

Gadis cantik itu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya sedangkan Aiden mengerjap polos melihat tingkahnya.

"Jangan menutupi wajahmu dengan selimut, Putri Leanor. Nanti kau kekurangan oksigen."

"Bodo amat!" Sentak Leanor mengagetkannya.

Aiden menggaruk pipinya. Heran melihat tingkah Leanor.

Bersambung...

Jangan lupa pencet 🌟 sebelum lanjut ke part berikutnya💅

firza532

 I Become A DuchessWhere stories live. Discover now