Part 20❄️

82.6K 8.5K 130
                                    

Vote sebelum baca 🌟

"Jadi, kau juga mencintaiku?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi, kau juga mencintaiku?"

"Mungkin."

Jawaban ambigu Leanor kemarin membuat Aiden sering bertanya-tanya dalam keheningan.

Meski begitu, Aiden tidak berani menanyakannya secara langsung lantaran takut mendengar jawaban yang tak diinginkannya.

Leanor kembali bersamanya saja sudah cukup. Aiden tidak akan menuntut lebih, apalagi sampai membuat Leanor merasa terbebani.

Pria berambut pirang itu menghela nafas berat sedangkan tatapannya tertuju ke Leanor yang sedang tertidur pulas di hadapannya.

Wajah Leanor tampak begitu tenang seolah tidak memiliki beban sedikit pun. Istrinya itu bahkan bisa tidur nyenyak di jalanan berbatu.

Aiden meringis pelan melihat kening Leanor menghantam jendela kereta kuda. Refleks pindah ke sisi Leanor, menuntun kepala sang istri ke bahunya, dan merengkuh pinggang ramping Leanor.

"Yah, aku tidak peduli kau mencintaiku atau tidaknya. Yang terpenting, kau harus selalu berada di sisiku." Gumam Aiden pelan seraya mengecup tangan Leanor.

'Tenang saja. Aku akan selalu berada di sisimu supaya bisa hidup nyaman.' sahut Leanor dalam hati.

Gadis itu terbangun akibat rasa sakit yang menghantam kepalanya. Tadinya, ia ingin membuka mata tapi ketika merasakan pergerakan Aiden, dia langsung mengurungkan niat untuk melihat apa yang akan Aiden lakukan padanya.

Leanor menjadi yakin bahwa Aiden benar-benar mencintainya.

Akan tetapi, di lain sisi, Leanor menjadi bingung melihat perubahan Aiden.

Karakter dan perasaan Aiden melenceng dari novel asli.

Bukankah itu berarti alur cerita bisa diubahnya sesuka hati?

Leanor menyeringai senang memikirkan hal tersebut.

Ia bisa hidup nyaman dengan menggunakan identitas duchess dan Aiden akan dijadikannya sebagai tameng dari segala nasib buruk.

"Kau sudah bangun?" Tanya Aiden kala merasakan Leanor selalu bergerak di dalam pelukannya.

Gadis cantik itu sontak mengangguk.

"Kau pasti tidak nyaman tidur di kereta kuda. Tahanlah sebentar. Kita akan segera sampai di kota."

"Baiklah."

Leanor memainkan jemari besar Aiden. "Dari kemarin aku penasaran akan satu hal, tapi lupa terus menanyakannya kepadamu. Kenapa kau datang ke Desa Odelia? Bagaimana pekerjaanmu di rumah? Siapa yang akan mengurus masalah di duchy?"

Aiden menempelkan pipinya di kepala Leanor. "Aku takut kau akan semakin pergi jauh dan kehilangan jejakmu. Maka dari itu, aku ingin mendatangi langsung tempat tinggalmu. Pekerjaanku diambil alih oleh orang-orang kepercayaanku."

"Sekarang tidak ada Duke dan duchess di duchy. Kau tidak takut kekuasaanmu direbut orang lain? Ah iya, lalu apa alasanmu tentang diriku? Tidak mungkin para bangsawan diam saja mengetahui aku menghilang. Mereka tidak berusaha mencarikanmu istri baru?" Cerocos Leanor kepo.

"Kau ini cerewet sekali." Kekeh Aiden.

Leanor mendongak. Wajahnya tampak merenggut kesal. "Jawab saja pertanyaanku. Aku sangat penasaran."

Aiden berdecak pelan. Sepertinya, ia harus menjawab semua pertanyaan istrinya sebelum diteror.

"Baiklah. Aku tidak takut kekuasaanku direbut karena aku bisa merebutnya lagi. Lagipula mereka tak akan pernah berani merebutnya dariku kalau mereka masih ingin hidup." Aiden menarik nafas sejenak. "Tentang dirimu, aku mengatakan kepada para bangsawan bahwa kau sedang pergi ke tempat lain untuk pengobatan."

"Dan, mereka percaya mendengar alasanmu?"

"Mau tidak mau, mereka harus percaya karena tak punya bukti untuk membantah." Kekeh Aiden.

"Maaf. Kau pasti kerepotan karena pikiran pendekku." Lirih Leanor sok tertunduk bersalah.

Aiden yang sudah dibutakan hatinya oleh cinta, tidak tega melihat Leanor digerogoti rasa bersalah. Pria itu menangkup wajah Leanor dan menatapnya intens. "Aku akan memaafkanmu asalkan tidak mengulangi hal yang sama." Tuturnya pelan.

"Tenang saja. Aku tidak akan mengulangi kebodohanku lagi."

Pria tampan itu tersenyum lega. Menarik Leanor ke dalam dekapannya dan memeluknya erat. "Aku pegang ucapanmu, Leanor. Jika kau melanggar ucapanmu sendiri dan tertangkap basah, maka jangan salahkan aku mengurung dan merantai kakimu sampai mati." Bisiknya penuh arti hingga membuat bulu kuduk Leanor merinding.

"Kejam sekali. Masa kau mengurung dan merantai kakiku? Memangnya aku hewan peliharaanmu?" Cercanya.

Aiden mengecup bibir Leanor sekilas hingga gadis itu tersentak. "Istri yang nakal memang harus mendapatkan hukuman supaya jera, Leanor." ucapnya sambil tersenyum manis. Namun, maksud ucapannya sangatlah mengerikan.

Bersambung...

28/4/23

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum baca part selanjutnya!🌹

firza532

 I Become A DuchessWhere stories live. Discover now