Part 27❄️

70.6K 7.3K 182
                                    

Vote sebelum baca 🌟

"Berhentilah pura-pura bodoh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Berhentilah pura-pura bodoh. Kau pasti tahu maksud duchess." Sinis William yang semenjak tadi geram melihat tingkah memuakkan Tiffany. "Selama ini kau selalu menganggu Duke saat duchess tidak ada. Kau selalu mengatakan omong kosong untuk memfitnah duchess. Kemarahan, penolakan, dan pengusiran Duke selalu kau abaikan. Entah terbuat dari apa wajahmu hingga tidak merasa malu sedikitpun." Ungkapnya dengan suara keras. Mampu didengar oleh semua orang.

Fakta yang diungkapkan William kian menarik perhatian orang banyak. Mereka berbisik-bisik, menghina Tiffany sedangkan para jurnalis mengabadikan moment itu dengan sigap.

"Diamlah anak kecil! Jangan memfitnahku!" Teriak Tiffany kesal.

"Liam tidak memfitnahmu. Bukankah yang dikatakan Liam fakta? Selama ini kau selalu datang ke Kediaman Blake dan menganggu pamanku!" Sahut Sellyna membela William. Ia tak terima Williamnya di cap sebagai tukang fitnah.

Leanor diam-diam tersenyum melihat para pemeran utama membelanya di hadapan semua orang.

"Mereka bertiga berkomplotan untuk mempermalukanku. Kalian tidak boleh mempercayai ucapannya!" Seru Tiffany panik ketika tatapan tidak mengenakkan tertuju ke arahnya. Tatapan yang menganggapnya begitu hina dan kotor.

"Kalian harus mempercayai kami! Dia berusaha menggoda pamanku tapi paman tidak tertarik sedikit pun padanya karena paman hanya mencintai duchess." Tutur Sellyna tegas.

"Kalau kalian perlu bukti yang lebih akurat, kalian bisa bertanya ke para pekerja di Kediaman Duke." Timpal William.

"Aiden juga menceritakan kepadaku kalau Tiffany sangat menganggunya dan memohon menjadi istri kedua saat aku sedang fokus penyembuhan di tempat lain. Namun, Aiden menolaknya karena mengaku hanya mencintaiku seorang." Imbuh Leanor semakin membuat suasana memanas.

Tiffany kehilangan kata-kata akibat dikeroyok. Tatapan semua orang, hinaan, dan makian membuat otaknya blank. Berakhir melarikan diri dari sana.

Akan tetapi, para jurnalis yang haus berita tidak membiarkan Tiffany melarikan diri. Mereka mengejar Tiffany seraya menodongnya dengan berbagai macam pertanyaan.

"Ku rasa, perkataan kedua anak kecil itu benar. Lihatlah Nona itu, dia kabur. Wajahnya pun terlihat panik."

"Sejak awal aku mempercayai ucapan kedua anak itu karena seorang anak kecil tidak akan berbohong. Apalagi mereka berdua sangat lucu dan menggemaskan."

"Bersabarlah, nyonya duchess. Dikhianati orang terdekat memang menyakitkan, tapi jangan sampai menutup hati karena masih banyak orang yang benar-benar tulus di luar sana, nyonya duchess."

Air mata Leanor menetes. Namun, ia buru-buru mengusap air matanya dan menatap semua orang yang mendukungnya. "Terima kasih atas perhatian kalian semua. Semoga dewa melindungi kalian dari pengkhianatan."

Mereka tertegun melihat Leanor bersedih. Bersimpati dan menghibur sebisa mungkin. Termasuk William dan Sellyna.

Mereka tidak tahu saja ... Leanor bukan bersedih sungguhan, melainkan berpura-pura.

****

Di bawah langit malam nan gelap gulita, Leanor berdiri di dekat balkon.

Rambut indahnya dimainkan oleh angin. Matanya terpejam. Menikmati belaian angin malam di tubuhnya. Dingin namun mampu membuatnya rileks.

Namun, ketenangan yang dirasakannya tak berlangsung lama akibat kedatangan tamu tak diundang. Sekelompok pria berpakaian serba hitam dan menutupi sebagian wajahnya.

"Siapa kalian?!" Tanyanya was-was seraya berusaha mencari celah untuk kabur, tapi jalannya dihadang oleh para pria tersebut.

Leanor merasakan firasat yang sangat buruk. Ia hendak berteriak, meminta pertolongan. Namun, para pria tersebut menutup mulutnya dengan sigap.

Gadis cantik itu memberontak. Memukuli tangan dan menginjak kaki para pria itu.

"CK! Dia sangat menyebalkan. Lempar saja dia ke bawah supaya tugas kita cepat selesai." Titah salah satu dari mereka.

"Baik, ketua."

Leanor melotot kaget dan refleks menggeleng. Melarang mereka melakukan hal itu.

Leanor tak dapat membayangkan betapa sakitnya terjatuh dari lantai lima. Leanor tidak ingin merasakan hal mengerikan tersebut!

"Lempar!"

Tubuh Leanor pun dilemparkan ke bawah. "Arghhh! Tolong!!!" Teriaknya frustasi.

Akan tetapi, apalah daya. Tidak ada orang yang sigap menolongnya.

Leanor benar-benar terjatuh ke bawah. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit. Terutama di bagian kepala.

Aroma anyir tercium begitu kuat. Darah mengucur deras dari pelipisnya. Menggenangi tanah di sekitar kepalanya.

Pandangannya mulai berkunang-kunang. 'apakah aku akan mati lagi?'

Bersambung...

3/5/23

Coba tebak gimana kelanjutan nasib Leanor👉

Yang benar, ntar ku kasih kiss🤣

And, yok ramein kolom komentar✨

firza532

 I Become A DuchessWhere stories live. Discover now