Part 3❄️

126K 12.8K 243
                                    

Vote sebelum baca 🌟

"Dih, kok ngamuk!" Ejek Leanor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih, kok ngamuk!" Ejek Leanor.

Aiden menarik nafas dalam-dalam melihat tingkah menyebalkan istrinya. "Pulang!" Titahnya tanpa mempedulikan ejekan gadis itu.

Leanor menggaruk pipinya pelan. "Maaf, Anda siapa? Kenapa menyuruh saya pulang?" Masih mempertahankan drama sok amnesianya.

"Sudahlah. Jangan main-main lagi. Pulanglah bersamaku!" Aiden menyeret tangan Leanor keluar dari ruangan. Namun, bukan Leanor namanya jika pasrah begitu saja.

Leanor memegang salah satu tiang supaya Aiden tidak bisa menyeretnya lagi sedangkan tangan kanannya berusaha melepaskan cekalan tangan Aiden. "Lepaskan aku pria brengsek! Bukankah tadi kau menyuruhku mati? Kenapa sekarang malah sok peduli dan memaksaku pulang?" Kesalnya.

Aiden berbalik. Melototi sang istri. "Apa? Pria brengsek?" Tanyanya tak percaya.

Selama ini, orang lain belum pernah memanggilnya pria brengsek.

Leanor adalah orang pertama yang mengatakannya brengsek secara terang-terangan.

Hal itu sungguh membuat Aiden kesal bukan main.

Leanor ikut melototi Aiden. Tidak mau kalah sedikit pun dari pria di hadapannya. "Ya. Pria brengsek," ucapnya penuh penekanan.

Aiden menggeram kesal. Kemudian, mencengkram dagu gadis itu pelan namun mengintimidasi. "Jaga ucapanmu, Putri Leanor!"

Leanor tertawa mengejek. "Kau saja tidak menjaga ucapanmu kepadaku. Lantas, kenapa aku harus menjaga ucapanku padamu? Memangnya kau siapa? Dewa?!"

Aiden menghela nafas gusar mendapati pemberontakan Leanor. Biasanya gadis itu tidak pernah berani melawannya.

Leanor nan dikenalnya adalah putri kaisar yang selalu tampak gugup dan takut padanya serta selalu berusaha menghindarinya dengan berbagai macam cara. Leanor bahkan tidak mau tidur satu kamar dengannya dan mencari kamar paling jauh dari kemarnya.

Aiden masih ingat kala pertama kali Leanor sampai di kastilnya. Leanor membuat keributan saat di bawa ke kamarnya dan menghancurkan barang-barang kesayangannya.

Jujur saja, perbuatan Leanor itu membuat Aiden menjadi menghindari gadis tersebut lantaran tak ingin benda kesayangannya dihancurkan lagi. Selain itu, ia enggan melihat tatapan takut, gugup, benci, kesal, dan marah yang ditujukan sang istri kepadanya. Hatinya terasa tidak nyaman melihat sikap Leanor.

"Dasar gadis pembangkang!" Pria itu menyentil kening Leanor gemas. "Apakah otakmu semakin bodoh, Putri Leanor? Ucapanku yang menyuruhmu pergi ke gunung hanya ucapan sarkasme, bukan dalam artian sebenarnya." Ketusnya.

"Alasan!"

Aiden memutar bola mata malas. Merasa tak akan ada habisnya jika mendebat sifat keras kepala Leanor.

Pada akhirnya, pria itu pun menggendong tubuh Leanor secara paksa. Hendak membawa Leanor keluar dari sana. Akan tetapi, ketiga pria yang semenjak tadi menjadi penonton menghadang pergerakan Aiden di depan pintu.

Leanor sontak menunjukkan tampang memelasnya ke mereka. "Tolong aku. Jangan biarkan pria ini membawaku pergi."

Venom menatap Aiden berani. "Cepat turunkan Nona!"

"Minggir!" Balas Aiden dingin.

"Apakah kau tidak melihat nona ingin diturunkan?" Sahut Caellus.

Aiden tak menyahut. Melainkan mengeluarkan pedangnya dan menudingkannya ke arah mereka. "Minggir lah selagi aku berbicara baik-baik." Ancamnya, membuat nyali ketiga pria tersebut ciut seketika. Begitu pun dengan nyali Leanor.

Gadis cantik itu menelan saliva kasar melihat pedang mengkilap Aiden. Tapi, bukan Leanor namanya jika diam saja. "Simpan pedangmu. Jangan membuat mereka ketakutan." Bujuknya.

Aiden menunduk, menatap Leanor tajam. "Sekarang kau membela mereka?" Tanyanya terdengar cemburu sehingga membuat Leanor tersenyum manis.

"Aku bukannya membela mereka, tapi jangan sampai mengotori pedangmu dengan darah orang yang tidak bersalah," katanya bijaksana.

Namun, bukannya tersentuh, Aiden malah tersenyum sinis. "Bilang saja kau tidak ingin selingkuhanmu mati." Sahutnya dingin.

"Hah? Selingkuhan?" Tawa Leanor keras sedangkan ketiga pria tersebut merenggut kesal akibat disangka selingkuhan.

"Oh ayolah, Aiden! Mereka bukan selingkuhanku. Mereka itu pengawal baruku."

"Pengawal?" Beo Aiden terkejut. "Kau ingin mengangkat pengawal dari rumah bordil? Rencana bodoh apalagi yang kau pikirkan? Ah, jangan bilang kau ingin berselingkuh terang-terangan di kediaman kita?!" Cercanya.

"Astaga! Hentikan lah pemikiran burukmu tentangku! Aku tidak bermaksud selingkuh sedikit pun. Aku ingin menjadikan mereka sebagai pengawal karena kasihan mendengar kisah hidup mereka. Bayangkan saja, mereka dipaksa bekerja di rumah bordil akibat ditipu seseorang. Aku hanya ingin mengeluarkan mereka dari tempat ini." Tutur Leanor panjang lebar.

"Kau pasti bisa membantuku mengeluarkan mereka 'kan, suamiku?" Imbuhnya lembut dan bernada merayu.

Anehnya, Aiden tertegun mendengar panggilan Leanor untuknya. Wajahnya bahkan sedikit bersemu, namun ia berusaha bersikap biasa saja.

Leanor yang peka langsung menyadari Aiden salah tingkah. Ia kian merapatkan tubuhnya ke Aiden. Lalu, mendusel manja di dada Aiden seraya menatap pria itu intens. "Ayolah, sayang. Bantu aku mengeluarkan mereka." Rayunya membuat sang suami terkena serangan jantung seketika.

Sementara itu, ketiga pria tadi melongo melihat perubahan sikap Leanor.

Bukankah beberapa saat lalu Leanor masih marah dan meronta ingin dilepaskan, tapi kenapa sekarang malah bersikap manja ke Aiden?!

Bersambung...

28/3/23

Jangan lupa tinggal jejak (vote & komen) sebelum baca part selanjutnya📌

firza532

 I Become A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang