🦅 ZAYYAN - BAGIAN TIGA PULUH DUA

3.2K 190 3
                                    

SIAP BACA PART 32? SIAKAN HATI DAN MENTAL TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA.

SELAMAT MEMBACA SAYANG-SAYANGKU 💙

SELAMAT MEMBACA SAYANG-SAYANGKU 💙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


32. Kekacauan

"Tapi lo bakal kaget cerita yang selanjutnya." 

Cilla nampak berpikir sebentar, tetapi ia penasaran alasan kenapa Angkasa dan Zayyan jadi musuh. 

"Ceritain aja masalalu lo, gue nggak bakalan kaget soalnya lo belum mulai cerita." Bener juga apa dikata cewek itu, seketika Angkasa mendadak salah tingkah sendiri. 

"Kita berdua jadi musuh sebenarnya gara-gara sodara gue bunuh diri. Kita berdua saling menyalahkan. Kita bahkan belum tahu kejadian seperti apa, yang gue tahu, di hari terakhir Erza hidup, ada riwayat telpon Erza dan Zayyan dan gue berpikir sempit kalau dia adalah pelaku pembunuh adik gue, tapi setelah di pikir lagi, gue yang salah, gue yang gagal jadi seorang kakak untuknya dan gue nggak pantes buat hidup, gue…" Dadanya mulai terasa sesak, nada bicaranya pun ikut bergetar. Cilla merasakan penderitaan cowok di sampingnya, pasti sangat berat menjadi seorang kakak, apalagi timbul permusuhan yang memecah persahabatan. 

"Angkasa," Cilla memanggilnya lembut, seakan ada dorongan kuat untuknya membelai rambut Angkasa. 

"Hm," Gumam nya. Semula cowok remaja tersebut tertunduk langsung tertegun sejenak. Tanpa Angkasa sadari, ia melengkung senyum tipisnya. Ia nyaman, sekaligus lega bisa menceritakan semua masa kelam pahitnya ke orang yang tepat. 

"Gue boleh nyandar di bahu lo nggak?" Pertanyaan Cilla sontak membuat jantung Angkasa berdetak kencang tak karuan.

"Boleh, kata siapa gue nggak bolehin," Sahut nya. "Gue aja yang peluk lo duluan." 

Dan benar saja, Angkasa menarik tubuh Cilla dan tangan kekar cowok itu menyandarkan kepalanya halus ke bahunya. Cilla mengerjapkan matanya berkali-kali, sebisa mungkin ia mencoba menetralkan kegugupan nya di samping Angkasa. Satu hal yang bikin dalam hati Cilla menjerit, yaitu saat kepala Angkasa bersandar di kepalanya, sesekali Angkasa mengecup kening Cilla sekilas. 

"Thank you for being my storyteller, Cilla. It seems I…" Ketika suara bariton milik Angkasa mengeluarkan ucapan manis kepadanya. Cilla ngerasain ungkapan tulus dari cowok remaja itu. Haduh, bikin salah tingkah anak orang aja ini anak satu.

"Kenapa berhenti?" Cilla mengernyit heran. "kalimat selanjutnya apa?" Tanyanya semakin penasaran. 

Angkasa berdehem, "Cilla. Mending kita pulang aja," ia pun melirik jam tangannya, "Udah larut malam, besok kita sekolah." 

Cilla bangun dari sandaran cowok tersebut, melipat kedua tangannya di dada dan menunjukan ekspresi tidak suka kepada cowok itu. Bisa-bisanya ia di jatuhkan, harusnya ia pura-pura tidur aja kali ya.

"Martabaknya dari tadi udah jadi, Tukang martabaknya sampe ngambek, yuk buruan pulang." Tangan besar Angkasa pun menyatukan jari-jemarinya, menariknya membawa Cilla pergi dari kedai tersebut. 

ZAYYAN HARQUEL [END] ✓ SUDAH DI TERBITKANWhere stories live. Discover now