17. Kata Sahabat

9K 369 14
                                    

“Gue bakal bantu lo, Juna tuh gampang nyamannya, jadi lo harus gerak cepet si Min, tenang gue di sisi lo.” Tepukan ringan Faya berikan di pundak Jasmine.

Saat kalimat itu terhenti, Leo dan Dean datang menghampiri keduanya disusul Nathan dengan jarak waktu sepuluh menit selanjutnya.

"Juna mana?" tanya Nathan.

“Noh,” ucap Leo yang menunjuk ke arah gerbang cafe. Kini mereka berkumpul dengan Jasmine di antaranya.

“Lama!” maki Dean.

“Bacot,” atensi Arjuna beralih kepada wanita di sebelahnya, wanita cantik dengan rambut yang terurai. “Hai?” sapanya ringan.

Perasaan Arjuna seperti dipermainkan, anggaplah bodoh, pria ini sangat sulit menetapkan hatinya, saat bersama Nara dirinya lupa tentang Jasmine, begitupula sebaliknya.

“Hai Kak,” jawab Jasmine.

Jarum jam menunjukan pukul 19:10 PM, semua asik dalam pembicaraannya, sampai Faya mengambil langkah untuk mendekat ke samping Arjuna.

Arjuna tidak bertanya, ia hanya mengangkat kedua alis tebalnya. “Masih nyari model cewek?” tanya Faya langsung.

“Tau dari mana lo?”

“Laki gue.”

“Gimana klo Jasmine aja?” Faya tersenyum saat mengucapkan nama wanita yang saat ini sedang pergi ke toilet.

Alis Arjuna bertaut, ia memikirkan apakah Jasmine cocok untuk menjadi model menemani dirinya nanti. “Boleh deh,” jawab Arjuna.

“Min,” panggil Arjuna langsung saat Jasmine kembali.

“Iya, kak?”

“Mau tolongin gue?” pinta Arjuna. Tatapan mata itu tidak bisa ditolak Jasmine.

Jasmine telan semua salivanya, jantungnya berdetak dengan tempo yang lebih cepat dari biasanya. “Kalau bisa, Jasmine tolongin.”

“Hmm, temen gue buka brand baru, jadi modelnya mau nggak?”

“Kak Juna, aku ada temen yang cocok buat jadi modelnya, tinggi juga anaknya.”

“Siapa?” Arjuna bertanya dengan nada yang cukup serius.

“Nara, Kak.”

Vibes-nya nggak cocok, Min.” saut Faya yang berada di sampingnya. Wanita ini mencubit kecil lengan Jasmine, beradu mata berharap kode yang Faya berikan dapat ditangkap oleh Jasmine.

“Nara udah gue tawarin jadi MUA-nya. Modelnya lo aja, gimana?” rayu Arjuna.

Anggukan kepala Jasmine berikan untuk tawaran Arjuna yang kini memandangnya lekat. “Nanti gue kabarin ya buat tanggal sama tempatnya,” tambah Arjuna.

“Iya Kak.”

Jasmine tersenyum.

Wanita cantik ini berterima kasih kepada semesta yang bersikap baik kepadanya belakangan ini, berterima kasih karena memberikan dirinya seorang Faya yang membatunya lebih dekat dengan pria yang ia sukai.

Obrolan yang tercipta membuat mereka tertawa bahkan tidak jarang ledekan demi ledekan dilontarkan, Jasmine di terima di perkumpulan ini.

“Tumben nggak ajak Nara?” tanya Nathan kepada Tio yang sedang sibuk dengan ponselnya.

“Ini lagi gue ajakin,” jawab Tio singkat tanpa memandang sahabatnya.

Jangankan Tio, Arjuna yang mengajaknya juga ditolak oleh wanita itu.

“Nggak mau, ada janji sama temennya,” kata Tio ketika pesan dari Nara terbaca oleh netranya.

Jasmine mulai tersadar saat mereka menyebut nama Nara. “Ya ampun!” ucapnya keras. Ia ambil ponsel di tasnya, benar saja banyak pesan masuk juga beberapa panggilan tidak terjawab dari sahabatnya.

“Eh, kenapa?” tanya Faya.

“Ada janji Kak, aku pulang duluan ya.” Jasmine hampir saja lupa jika dirinya memiliki janji dengan Nara. Ia bergegas bangkit dari duduknya dan berpamitan kepada yang lain.

“Dianterin aja deh, Dean anterin,” printah Leo. Karena hari ini hanya Dean yang membawa motor ke cafe.

“Lo aja Jun, abis makan gue,” pungkas Dean.

“Nggak usah Kak, aku pesen ojol aja.”

“Sini kunci,” pinta Arjuna kepada sang pemilik motor.

Jasmine memang patut bersyukur dengan keadaan yang selalu memihak kepadanya saat ini.

Wanita dengan hoodie biru melangkahkan kakinya perlahan di trotoar jalan, earphone yang tersemat di telinga dengan lagu yang berputar silih berganti menemani dinginnya malam.  Sesaat mendapat balasan dari sahabatnya, Nara langsung bergegas menuju kedai ramen langganannya.

Kedai ramen yang tidak jauh dari tempat kosannya mengharuskan Nara berjalan kaki, karena sayang sekali jika harus mengeluarkan uang untuk menaiki ojol, padahal jaraknya tidak terlalu jauh.

Di perjalanan Nara mengenali Jasmine yang sedang dibonceng seorang pria, tampak romantis di lihatnya. Langkahnya terhenti, senyumnya tergambar manis di wajah tanpa make up.

“Heuumm Jas~mine.” Nara tersenyum cerah melihat sahabatnya dibonceng seorang pria.

“Pacarnya apa pe-de-ka-te-annya aja, ya? Ihh masa gue kesenengan sendiri sihh. Semoga jadi ya, Min.” 

Nara mengangkat kedua tangan untuk berdoa kepada Tuhannya.

“Ya Allah beri kelancaran untuk hubungan Jasmine dengan pria itu, atau pria manapun, beri Jasmine pria baik yang dapat ngelindungin dia, beri Jasmine pria yang perhatian, pria tampan yang mampu mendengarkan segala celotehannya. Hehe ya Allah kabulin ya, aamiin.” Nara menutup doanya dibarengi terpaan angin yang cukup kencang, mungkin semesta mencatat doa yang Nara panjatkan.

Sampainya di kedai ramen, Nara tidak melihat pria yang mengantar Jasmine tadi. “Cie, sama siapa tuh?” ledeknya.

“Apa sih Nara,” balas Jasmine malu.
Kedua wanita ini masuk ke kedai dengan Nara yang masih saja meledek sahabatnya, Jasmine terlihat lucu dengan pipi yang memerah menahan rasa malu.

Sembari menunggu pesanan mereka datang Jasmine memberanikan diri membahas pria yang sedang ia sukai kepada Nara. “Aku pengen cerita, tapi nanti boleh nggak si? Takut kepedeaan akunya,” kata Jasmine dengan nada lembutnya.

Nara mengangguk mendengar kalimat Jasmine. “Iya gue nggak akan maksa, lo seneng?” tanya Nara.

Wanita ini memastikan sahabatnya untuk tetap bahagia dengan rasa sukanya.

“Banget,” jawab Jasmine dengan mata yang berbinar, “Selama ini aku bahagia deket sama dia, dia pria yang baik, Ra,” tambahnya. Kalimatnya terhenti saat pelayan datang memberikan dua mangkuk ramen. Kedua wanita ini tidak lupa mengucapkan kalimat terima kasih.

“Maaf ya, Ra?” ucap Jasmine, “Maaf aku belum bisa cerita banyak tentang pria ini dan maaf banget belum bisa ngenalin, aku malu, aku takutnya bertepuk sebelah tangan  juga, nanti kamu ngeledekin,” ungkap Jasmine dengan suaranya yang pelan.

“Ihh gue nggak gitu,” protes Nara, “Paling gue bikin selembaran di kampus,” canda Nara dengan kekehan ringanya. “Nanti kalau sudah jadian jangan lupa kabarin gue dan seandainya bertepuk sebelah tangan, gue pasti peluk lo kok, datang ke gue ya, Min? kapanpun dan dalam kondisi apapun, gue pasti dukung lo,” tutup Nara.

Kedua wanita ini mulai fokus dengan ramen yang sudah di hadapan mereka, dengan lahap dihabiskan tanpa tersisa. Hari ini menjelaskan sedikit tentang persahabatan mereka, sedekat apapun jalinan pertemanan tidak menutup kemungkinan untuk saling tertutup dalam beberapa hal, Nara yang tidak pernah jujur kepada Jasmine dan Jasmine yang belum percaya sepenuhnya kepada Nara.

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang