27. Cinta Yang Menyakitkan

11K 498 16
                                    

Pagi ini mereka telah berada di rumah Nara, ya, ucapan Nathan benar terjadi, mereka datang untuk meminta beberapa kejelasan prihal kalimat Reyhan.

Nara tetap pada peran pembohongnya. Entah apa kuatnya ia bisa tutupi rasa sakit itu, kalimat baik-baik saja menjadi hunusan yang mampu memangkas ragu mereka.

Sakit sendiri dalam kesekian kali.

Kini malam menyapa setelah Nara mengambil waktunya, seperti kemarin mereka menikmati waktu yang terpisah bagai Bandung dua sisi.

Mobil itu menepi di sebuah restoran bukan hanya sekedar mengisi perut, mereka juga mengistirahatkan tubuhnya yang penuh lelah, pulang menuju Jakarta.

Nara tersadar saat satu pesan masuk ke ponselnya.

Berbincang dengan Gama menjadi alasan untuk Nara pergi dari situasi yang menyesakan

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Berbincang dengan Gama menjadi alasan untuk Nara pergi dari situasi yang menyesakan.

Langkahnya membawa wanita ini menyender di mobil milik Dean. Jemarinya dengan lihai mengetik kata demi kata untuk membalas pesan dari Gama, sedikit percakapan bersama pria itu membuat fokus Nara teralihkan.

Nara tarik napasnya panjang, jujur dirinya enggan berada di kondisi seperti ini.

Asing. Nara merasa asing diperkumpulan itu.

Cahaya lampu di ponselnya kini meredup, Nara biarkan layar itu terkunci dengan sendirinya, dalam diam ia merasakan ada sebuah tepukan di pundaknya yang membuatnya terkaget.

“Yuk masuk?” Ajak Arjuna dengan satu kotak di tangannya.

Dengan susah payah Nara berusaha menjawab ajakan dari pria di sampingnya. “Duluan aja.”

Arjuna menyadari Nara tidak dalam kondisi yang baik, entah apa yang membuat wanita ini berubah menjadi lebih murung dari biasanya.

“Lo lagi galau?”

Pandangan itu beralih, Nara lihat Arjuna yang juga menyandarkan tubuhnya di mobil Dean, manik itu saling bertatap, rasanya sesak di dada, Nara ingin sekali berteriak dan menangis di hadapan pria ini atau dirinya lebih ingin memberitahu tentang rasanya juga tentang sakit yang saat ini menggerogoti hatinya, namun bukan Nara jika ia lebih memilih mementingkan dirinya sendiri.

Wanita itu tersenyum kecut, Arjuna paham dengan tatapan itu. “Gue liat postingan lo di Twitter.” Mata Arjuna kini memandang lurus meninggalakan sepasang manik yang masih setia menatap. “Lo nyerah sama cinta lo? Harap lo udah hilang, Ra?” Arjuna kembali menatap Nara.

Anggukan Nara berikan. “Iya, memang dari awal gue yang kepedean.”  Tertunduk, Nara gigit bibir bagian dalamnya untuk menahan air mata yang saat ini memaksa keluar dari tempatnya.

“Padahal gue mau liat lo sama dia.”

“Jangan harap, Kak.” Nara memutar-mutar ponselnya, hatinya cukup rapuh jika kembali bertatap mata dengan Arjuna.

feel so fine [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя