22. Sticky Notes

8.5K 427 14
                                    

Pagi menyapa, beberapa burung bersua bermain dengan kawanannya, langkah Nara dan Faya terasa santai, belum banyak obrolan yang tercipta di paginya mereka namun Bandung menjadi topik untuk keduanya, tatkala pembicaraan terhenti saat satu suara baritone memanggil nama Faya dengan lantangnya. Nara lihat senyum itu merekah dengan dua dimples yang tergambar jelas, lain halnya untuk Nara, senyumnya pudar. Wanita ini sadar mengapa Arjuna sepagi ini sudah berada di halaman kos tempat mereka, tentu saja untuk menjemput pujaan hatinya.

“Mau bareng?” tawar Arjuna.

Faya menatap Nara lekat. “Mau bareng nggak?”

“Kok nanya gue? Lo kalau mau bareng, seterah. Gue duluan tapinya.” Nara tersenyum dengan terpaksa.

“Nggak Jun, makasih,” ucap Faya yang langsung menggandeng Nara menjauhi Arjuna.

Punggung kedua wanita itu menghilang, Arjuna dengan banyak pertanyaan di kepalanya, kenapa Nara mulai mengabaikannya dan apa kalimat semalam menyakiti hatinya. semua pertanyaan itu buyar saat Jasmine datang menyapanya.

Kembali kepada Nara dan Faya yang melanjutkan perjalanannya dengan obrolannya bersama sang sepupu, mulai dari membahas Pandu hingga membahas segala kebobrokan seorang Dean.

Hari Nara seperti biasa, sakitnya masih membekas bahkan pesan Jasmine belum dirinya buka sampai saat ini.

Bodoh. Nara terlalu jelas memberihatu kepada dunia jika dirinya kecewa dengan Jasmine maupun Arjuna.

Ponsel yang selalu bergetar menemani sore, Nara benar mengabaikan semua orang, dirinya tidak masalah jika dianggap kekanak-kanakan, toh tidak ada yang tau kenapa ia seperti ini.

Malam menyapa kembali, ketukan pintu itu menggangu Nara, panggilan suara maupun pesan yang terus dikirimkan Jasmine membuat dirinya muak. Sama seperti malam sebelumnya, ya benar malam itu Arjuna dan Jasmine setia mengetuk pintu kamar kos miliknya.

Terselip dua pesan dari Arjuna.

Pesan dari Arjuna sedikit menyadarkan Nara, tidak sepatutnya ia berprilaku seakan-akan menjadi korban akan kebodohan dirinya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pesan dari Arjuna sedikit menyadarkan Nara, tidak sepatutnya ia berprilaku seakan-akan menjadi korban akan kebodohan dirinya sendiri. Nara langkahkan kakinya untuk menemui Jasmine dan Arjuna yang sedari tadi menunggunya.

“Kenapa ketok-ketok?” tanya Nara yang saat ini keluar dari kamarnya.

“Maafin aku,” ucap Jasmine yang tertunduk.

Nara memincingkan matanya. “Lo kenapa minta maaf? Gue yang salah, kemarin sempet nepis tangan lo, maafin, ya?” semua tahu jika kalimat itu terdengar tidak tulus.

Tidak ada jawaban dari Jasmine yang ada hanya isakan tangis yang mulai terdengar. Arjuna perlahan mendekat ke arah wanita itu, mengelus pundak dan berusaha menenangkan Jasmine.

Nara hanya mampu memandang, hatinya sakit teringat perlakuan Arjuna yang sungguh beda saat dirinya menangis. Apa yang diinginkan Nara saat ini tentu menutup pintu dan menangis sejadi-jadinya, namun Nara tidak bisa melakukannya, saat ini ia dipaksa untuk terlihat kuat.

feel so fine [END]Where stories live. Discover now