38. Hubungan Yang Berakhir

12K 498 24
                                    

Nathan mulai menyadari kondisi saat ini, dirinya mulai menimbang-nimbang untuk segera memberitahu Arjuna akan perasaan yang sudah Nara simpan, namun pikirannya itu segera ia urungkan.

Gue nggak ada hak memberitahukan perasaan orang lain, biarin waktu yang nunjukin, dan Nara yang menentukan di mana dirinya berdiri, jujur akan perasaannya atau tetap berpura-pura hingga rasa itu hilang dengan sendirinya, ujar Nathan dalam hati dengan tangan yang asik bermain dengan minuman di hadapannya.

Sesaat atensinya berpaling saat Arjuna bangkit dengan tergesa-gesa.

“Mau ke mana lo?” tanya Leo.

“Nyusul cewek gue,” jawab Arjuna sembari mengantongkan ponsel di celana jeans yang digunakan.

“Cewek lo kenapa?” kini Nathan bertanya.

“Minta putus! Le, itung aja jajan gue, nanti gue transfer.” Langkah Arjuna terasa cepat. Mengejar Jasmine yang kemungkinan belum jauh dari area café.

Benar saja, Jasmine belum pergi jauh, wanita itu sedang menunggu ojek online di sebuah halte.

Arjuna segera menepikan mobil hitamnya, lantas tangannya bergerak cepat membuka pintu dan berlari menghampiri kekasihnya tersebut.

Jemari yang berusaha menggapai pergelangan tangan Jasmine kini sedikit mendapat penolakan dari wanita itu.

“Hei?” ucap Arjuna dengan selembut mungkin.

“Lepas, Kak! Ojeknya udah dateng.”

Bodohnya Arjuna saat ini ialah dirinya malah terbayangkan pertemuannya dengan Nara. “Pak ini uangnya, saya yang nganter dia.” Satu lembar uang sebesar lima puluh ribu yang Arjuna keluarkan mampu membuat abang ojek meninggalkan kedua insan ini.

“Masuk dulu, ya?” ajak Arjuna yang perlahan menuntun Jasmine ke dalam mobil.

Mobil itu berjalan menuju kosan di mana Jasmine tinggal, mesin mobil yang sudah Arjuna matikan hanya menghasilkan diam dari kedua belah pihak. Hening yang menyelimuti membuat deru napas milik Jasmine terdengar jelas.

“Aku ngelakuin salah, ya?” tanya Arjuna dengan pandangan lekatnya.

“Ayo putus?”

“Ini nggak serius kan?”

“Aku serius, Kak. Maaf buat rasa sakit di hatinya.”

“Hari ini kita habis jalan loh, kamu fine-fine aja, kamu senyum, kamu ketawa, kamu banyak cerita kayak biasanya, lalu tiba-tiba minta putus? aku nggak bisa terima.” Arjuna meraih tangan Jasmine.

“Tapi kita harus putus, aku sayang Kak Juna, sayang sekali. Tapi hubungan kita nggak bisa dipertahankan lagi, Kak.” Jasmine berusaha melepaskan genggaman tangan Arjuna.

Wanita berambut panjang itu berusaha menghapus air mata yang tanpa henti mengalir, lebih mirisnya wanita ini berbicara dengan suara yang bergetar.

Malam ini Jasmine terlalu terlarut dalam dilemanya, dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat teramat sulit di hidupnya. Bergelut dengan macam-macam konsekuensi yang akan dia hadapkan, menjadi peramal untuk hari-hari kedepannya, menjadi peramal untuk hal yang akan dihadapinya.

“Setidaknya kasih aku alesan yang jelas, aku laki-laki, aku nggak terima diputusin tanpa alesan yang jelas. Aku suka kamu dengan alesan yang jelas loh, Min.” Arjuna berkata dengan lugas, manik yang ‘tak lepas menangkap objek di hadapannya.

“Kamu salah orang, Kak! Bukan aku yang kamu sukai.”

Pria tampan itu mengerutkan dahinya, kalimat Jasmine membuatnya sedikit berfikir dan mengulang kembali waktu yang pernah ia lewati.

“Aku enggak salah orang, kamu Jasmine. Wanita yang selalu aku lihat, wanita berponi dengan kacamatanya, rambut yang dikuncir kuda, wanita yang selalu pegang gulali, itu kamu Jasmine.”

“Kak, tolong berhenti.” Jasmine memohon supaya Arjuna menghentikan kalimatnya. Entah mengapa kalimat itu terasa menyakitkan baginya.

“Aku nggak bakal berhenti buat pertahanin hubungan ini.”

Jasmine tertunduk, tangisnya pecah, ia tutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia membayangkan wajah Nara yang penuh senyum saat mengambil potongan gulali yang ada ditangannya, “Enak, Min.” senyum Nara terukir jelas, “Lo nggak makan gulalinya? Masa megangin doang si.”

Jasmine selalu membantu Nara memengang gulali saat Nara dengan sibuknya merekam setiap pertandingan basket. Nara yang memandang sesuatu dengan binar di matanya, memandang seseorang yang dahulu tidak ia ketahui. Membayangkan betapa excited-nya Nara saat mengajak dirinya untuk ikut menghadiri event maupun perpustakaan.

Sakit hati Jasmine mencuat, mungkin pilihannya tepat, ia tahu apapun keputusan yang akan dirinya ambil sudah dipastikan akan melukai salah satu dari mereka atau mungkin melukai keduanya.

“Maaf,” ucap Jasmine dengan suara bergetar dan sangat pelan.

“Aku butuh kejelasan bukan kata maaf. Kalau kamu ingin mengakhiri hubungan ini tolong kasih aku alesan, kalau tidak ada alesan, kita tetap pada hubungan ini.”

“Gak bisa, Kak! Kita gak bisa lanjutin hubungan ini.”

“Kenapa?”

“Ada yang lebih menyukai kamu.”

Arjuna menarik napasnya. “Banyak wanita yang suka sama aku, tapi aku sukanya kamu. Udah, ya? Jangan ngerasa insecure, kamu cantik di mata aku, bahkan jauh sebelum kamu merubah penampilan kamu.”

“Sahabat aku yang suka sama kamu!” ujar Jasmine spontan.

Naraya Adisthi terlintas dipikiran Arjuna, entah kenapa wajahnya kini begitu jelas tergambar, hatinya ragu kembali, dihadapi dua pilihan membuat kepalanya pening.

“Aku nggak bisa nyakitin dia, kalau kita tetap sama hubungan ini, berapa banyak air mata yang akan Nara keluarin, Kak? Aku nggak mau hubungan kita malah nyiptain sakit di hatinya Nara.”

Manik Jasmine bergeser, ia pandang Arjuna yang kini dalam gusarnya.

“Lihat Nara, Kak, lihat ketulusan dia,” ucapan Jasmine terdengar putus asa. Dirinya segara turun dari mobil dan mengucapkan satu kata untuk terakhir kalinya. “Maaf.”

Arjuna hanya mampu terdiam, keadaanya begitu kacau, Jasmine dengan langkah penuh air mata juga sakit di hatinya, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Pria ini memukul kemudinya, entah rasa marah ataupun bingung, ia ingin terbebas dari kondisi ini, sesaknya bukan main, emosi yang tertahan harus ia keluarkan, dengan cara apapun Arjuna tidak perduli.

Terkadang saat satu hubungan tercipta selalu ada hati lain yang terluka.

Tidak lupa saat satu hubungan terpisah sudah dipastikan air mata akan mengambil perannya.

Jasmine Kaila, wanita cantik ini akan menanggung sakitnya sendiri, wanita cantik yang baru mulai memahami bahwa cinta dan rasa sakit itu satu paket, beriringan dan berdampingan.

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang