19. Dekat

8.4K 379 15
                                    

Entah mengapa setiap hari rasa suka kepada Arjuna semakin bertumbuh, cara Arjuna memperlakukan lalu komunikasi yang cukup intens membuat Jasmine terjerumus semakin dalam akan rasanya.

Seperti saat ini, dengan riangnya ia berjalan menuju parkiran, namun sesampainya di sana Jasmine tidak menemukan sosok Arjuna, matanya tetap mencari, sampai satu tepukan di pundak kanan membuat ia menoleh. Jasmine mendapati satu pria dengan motor hitam juga helm full face yang dikenakan.

"Nyariin, ya?" tanya pria tersebut.

Hanya senyum yang menjawabnya.

"Pakai," Arjuna menyerahkan satu hoodie.

"Mau ke mana?" tanyanya bingung.

"Mau kamu yang nentuin atau aku?"

"Ya kamu lah, Kak." Jasmine tertawa ringan, bahagianya kian memuncak saat pria berlesung ini memakaikan helm tepat ke kepalanya, perlakuan sederhana yang mampu membuat hati jasmine tersenyum rahasia.

Laju motor itu membelah jalan Jakarta, mulai melewati gedung-gedung dan merayap hingga menyusul berberapa pohon besar yang meneduhkan jalan sekitar.

Jasmine menggenggam erat jaket yang Arjuna kenakan, perjalanan ini memakan waktu bagi keduanya namun saat dingin mulai menyapa Jasmine menundukan kepala dan tersenyum bahagia. Hari ini ia mencatat satu kenangan kembali bersama pria kesukaannya.

Di cafe sederhana yang mereka kunjungi banyak yang menjadi saksi betapa bahagianya Jasmine Kaila.

"Tau dari mana tempat ini?"

"Dari pemilik café," jawab Arjuna.

"Kak Leo?"

Arjuna mengangguk dengan semangat. "Pemiliknya kenal sama Leo, kadang kita disuruh main tapi jarak Jakarta ke Puncak nggak deket deket banget, lalu sekarang ada kesempatan ini, ya... aku ajak kamu aja."

"Kamu memang selalu semangat gini ya, Kak?"

Arjuna mengangkat kedua alisnya.

"Aku suka liat kamu ngejelasin sesuatu dengan semangat kayak tadi."

Pria itu semakin dalam menatap Jasmine yang kini terlihat kewalahan menahan bahagianya. "Kamu semangat, aku jadi ikut semangat," balas Arjuna

Tertawa dengan renyah, entah kenapa Arjuna dibuat semakin tertarik dengan wanita di hadapannya ini.

"Woy, Jun!" panggil Gilang.

"Woy Tang."

"Tang tang, Gilang nama gue."
Keduanya berjabat tangan dan saling menyapa, sedangkan Jasmine hanya menatap saja. "Bawa siapa lo? Pacar?" tanya Gilang.

"Doain aja."

Siapa sangka kalimat seerhana itu mampu membuat Jasmine tersipu, lagi? Napas yang ia atur sedemikian rupa supaya keinginan bertiaknya terkubur tanpa jejak.

"Min, kenalin ini Gilang yang punya cafe." Arjuna menunjuk Gilang yang sudah siap untuk berkenalan, bibir Gilang mengeja kata geulis dan disetujui oleh Arjuna. Selasai berkenalan dan sedikit berbincang, sang pemilik berpamitan untuk kembali ke tempatnya, menyisakan kedua insan tersebut.

Mereka menghabiskan waktu hingga malam menyapa, banyak obrolan sederhana tentang dunia perkuliahan hingga banyaknya tugas yang melilit, bercerita tentang film kesukaan hingga makanan yang di meja mereka sudah habis.

Waktu menyudahi pertemuan keduanya, bukan untuk selamanya melainkan hanya untuk hari ini.

Kalimat terima kasih yang Jasmine lontarkan memicu senyum milik Arjuna. Ucapan selamat malam dan kelimat pengantar tidur selalu menjadi senandung yang membuat bahagia bagi wanita yang kini melangkahkan kakinya menuju kamar kos.

feel so fine [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora