1. Malam Setelah Pernikahan

1.4K 26 3
                                    

Hera tersenyum, menatap gaun putih yang masih dikenakannya setelah upacara pernikahan tadi. Sungguh membahagiakan saat sang pujaan menciumnya di depan altar, mengikrarkan janji suci di depan para tamu undangan.

Dia menoleh ke sekeliling, berputar, menatap dekorasi kamar dengan hiasan bunga-bunga serta lampu mungil gemerlapan. Ah, malam yang ditunggu. Hera berjalan kegirangan, lalu menjatuhkan diri di kasur dengan hiasan kelopak bunga mawar merah.

"Ini sangat wangi, Zeyn. Akhirnya kita menikah, sekarang aku istrimu. Aku tidak menyangka, kita akan tidur bersama, makan bersama ... hidup bersama." Hanya dengan membayangkan, buat pipi Hera memerah, gadis itu memejam sejenak, memegang dada yang berdetak cepat.

Ceklek!

Pintu terbuka. Hera spontan beranjak, duduk di tepi ranjang. Perempuan itu tersenyum pada sang suami yang muncul dengan wajah datar. Sedetik kemudian, tak tersisa cahaya kebahagiaan di wajah nya, saat seorang perempuan asing memasuki kamar pengantin yang harusnya hanya untuk nya dan Zeyn. Manik mata Hera membulat, siapa yang dibawa suaminya di momen bahagia ini?

"Mas, itu siapa?"

Zeyn tersenyum miring. "Elvi, pacarku. Kamu ngapain di situ? Dan kenapa kamu rusak hiasan mawar nya?"

Peempuan yang masih memakai riasan oengantin itu menggeleng pelan. "Gapapa, Mas. Lagian nanti kita kan tidur di sini. Pasti hiasan nya bakal rusak juga."

"Kita?" Zeyn mendekat, mencengkeram kedua belah pipi tirus Hera dengan satu tangan, seraya menatap tajam.

Tubuh ringkih itu sedikit bergetar takut, menatap manik kelam sang suami yang seolah menusuk hingga ke ulu hati. Butiran hangat bergumul di pelupuk mata, bibir mengantup, menahan tangis kala Zeyn dorong dirinya hingga jatuh terjerembab ke karpet.

"Siapa bilang kamu akan tidur denganku! Pergi dari sini! Malam ini aku akan tidur dengan Elvi."

Tetes air mata jatuh membasahi pipi, Hera melirik perempuan dengan dress ketat warna merah yang menatap nya dengan begitu rendah. Sombong.

"Tapi Zeyn, aku istrimu sekarang."

Plaak!

Satu tamparan didapat Hera pada pipi kanan yang memerah. Tangis semakin menjadi, bersamaan rasa sakit karena tamparan, kekecewaan, cemas, semua seolah tercampur aduk. Zeyn mencengkeram leher Hera, memaksa sosok itu berdiri.

"Jangan harap kamu dapat perlakuan special dari aku hanya karna kita sudah menikah! Kamu itu cuma sampah! Sampah merepotkan, pergi dari hadapanku sekarang, dan jangan sampai keluarga tau aku menelantarkanmu!"

Dengan wajah congkak, Elvi mendorong Hera untuk keluar dari kamar dengan jijik. Zeyn mendekati perempuan berambut pendek itu, lalu mengelus pundaknya.

"Sayang, tangan kamu gak papa, kan?"

Perempuan itu menggeleng pelan. "Iya, ini hanya terkena kotoran perempuan sampah itu."

Hera berdiri mematung di ambang pintu, meremas gaun putih yang dikenakannya hari ini. Perih, seolah hati teriris. Seharusnya semua perlakuan istimewa itu diberikan padanya—istri sah Zeyn.

Masih tak puas juga, Elvi berjalan menuju pintu, lalu mendorong Hera hingga jatuh ke luar kamar. Terisak sedu, tak ada yang bisa dilakukan Hera kecuali melangkah keluar rumah dengan masih memakai gaun dan riasan pernikahan yang sedikit luntur karena air mata dan keringat.

Sungguh kacau penampilannya, tetapi Hera tak lagi perduli. Hatinya hancur. Pikirnya, setelah menikah Zeyn akan lebih baik dalam berperilaku, nyatanya tidak.

"Nak, Zeyn itu anak baik, dia sopan dan ramah, dia pasti akan mencintamu. Kamu cantik dan manis, cocok dengan dia yang tampan." Begitulah mama berucap, menyakinkan Hera di malam itu, saat kelaurga Zeyn datang untuk melamarnya secara resmi.

The Loveliest RevengeWhere stories live. Discover now