20. Mencurinya Dariku

133 5 0
                                    


Setelah Zeyn pulang, tak ada pilihan selain menadatangani surat perceraian. Kedua orang tua Hera telah memutus kontrak kerja sama dan menyelesaikan persahabatan untuk sampai di sini.Sengaja. Hera membawa Zeyn pergi dan menyita semua afeksi, agar pria itu tak tau segala kekacauan yang berada di sana.


"Aku bukannya ingin meninggalkanmu seperti seorang pengecut, tapi aku memikirkan kebebasanku, Angelia."


Sembari menggendong Hera, Zeyn jelaskan perasaan sembari melangkah menuju penginapan. Benar-benar tanpa persiapan, keduanya pergi meninggalkan jadwal yang telah direncanakan.Untuk hari ini saja, Hera ingin memeluk Zeyn dengan erat. Untuk hari ini saja, ia ingin rasakan jadi ratu di hati Zeyn.


"Jadi kau akan berangkat dengan Sam besok pagi?" tanya Zeyn begitu mereka sampai di sebuah rumah kabin yang mereka sewa.


"Hmm," Hera mengangguk. Langsung menuju kamar mandi untuk memperbaiki make up nya yang terhapus.


"Kau tidak apa-apa, Kan? Angelia."


"Iya, Zeyn. Kenapa kau khawatir sekali, ini hanya pasir. Aku tidak akan terbunuh karena ini." Ada tawa di akhir kalimat Hera, yang buat Zeyn merasa lega.


Manik menelisik ruangan. Tak ada apapun karena mereka memang tak mempersiapkan apapun, keperluan akan langsung dibeli dengan uang yang ada. Persetan dengan pemborosan, ini hari terakhir.


Duduk di tepi jendela menatap senja. Zeyn terhanyut pikiran dalam benak. Benar, jika ini semua adalah karma atas apa yang pernah diperbuatnya.


Dahulu ia bahkan menjebak Sam dan memanfaatkan kepopuleran pria itu untuk mendapatkan banyak perempuan muda nan cantik. Saat Sam masih sibuk dengan pendidikan dan belum memiliki usaha apapun, ia merendahkan di setiap pertemuan kumpulan. Kini apa? Semua miliknya menjadi milik Sam.


"Zeyn. Kamu tidak mau mandi?" Hera keluar dari kamar mandi memakai piyama hitam dengan motif bintang-bintang mungil yang lucu. Zeyn terkekeh, spontan berdiri untuk mencubit pipi Hera.


"Aku tidak membawa baju ganti. Jika mandi, maka tidak ada baju yang bisa kupakai. Kau ingin melihatku bertelanjang?"


"Gila. Pikiranmu sungguh liar Tuan Zeyn. Aku sudah menyiapkan pesta kita, tolong jangan kacaukan dengan pikiran kotormu itu."


Sejujurnya Hera malu. Dapat ia rasakan kedua belah pipi yang menghangat, juga detak jantung menggebu-gebu. Syukurnya Zeyn tak menyadari itu, atau Zeyn akan semakin menggodanya.Tak beberapa lama Zeyn keluar dari kamar mandi. Pria itu sendiri yang memutuskan untuk membeli celana hitam dan kaos hitam tanpa lengan yang jelas menonjolkan bisepnya.


"Fyuuh, melegakan saat seharian bisa keluar dari setelan jas formal menyebalkan itu. Ah, aku berharap aku bukan pengusaha kaya yang harus berbisnis sejak berumur satu tahun."Hera menoleh. "Lalu kau ingin hidup terlunta-lunta di kolong jembatan? Atau kau ingin menjadi orang miskin yang ditindas dan diremehkan?"


"Tidak, bukan begitu maksudku. Aku hanya berharap bisa memiliki waktu santai seperti ini lebih sering."

The Loveliest RevengeWhere stories live. Discover now