11. Pembalasan Untuk Pelakor

218 8 0
                                    


Zeyn merangkul Hera, lalu menepuk pundak Hera yang sedikit begetar. Tak ada rasa curiga sama sekali, pria itu jutru mengecup pipi Hera di depan mata si adik yang merengut kesal.

"Apakah kau buta, Kak? Dia hanya Hera yang memakai riasan!"

"Hentikan omong kosongmu, kau selalu rewel. Dengan siapapun aku berhubungan, akan selalu salah di matamu. Jadi cukup, aku akan memilih pendampingku sendiri, jangan ikut campur!"

Ada bunga-bunga bermekaran dalam benak Hera, kala Zeyn menggenggam lembut jemarinya, bawa menjauh dari Karina yang melolot tak terima.

Sam benar, dengan sedikit sentuhan, ia benar-benar bisa memikat hati Zeyn. Pria iu gila, bahkan mneuruti semua permintaan konyolnya. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Zeyn memutuskan semua pacarnya, Hera merasa lega, sekaligus senang karena satu persatu rencananya berjalan lancar.

Di senja yang memerah, Hera duduk di sebuah mobil sport merah dengan jok terbuka, menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang memperlihatkan keindahan pantai. Ada alasan, mengapa Hera meminta Zeyn untuk membawanya ke sebuah resort itu—karena bulan madu yang sempat tertunda.

"Elvi datang bersammu?" tanya Hera, memecah keheningan.

Zeyn menghentikan mobil di parkiran, lalu meraih tas bawaan Hera yang cukup besar. "Ini hanya liburan kita, kenapa kau memikirkannya?"

"Bukannya menyenangkan untuk pergi bersama, bagaimanapun juga dia adalah pacarmu. Sementara aku ini apa? Pelakor mungkin."

"Hei, apa yang kau bicarakan? Kau tidak pernah merebutku dari siapapun, karena memang aku mencintaimu."

Perempuan itu membiarkan Zeyn mengurus semua keperluan, sementara dirinya langsung menuju penginapan. Tak mau ambil pusing, toh memang seharunya begitu. Untuk ide kali ini juga, sudah sepatutnya Hera berterimakasih pada Sam.

Tidak ada yang lebih menangkan daripada pemandangan senja di kaki langit yang seolah tak berujung. Hera tersenyum, akhirnya ia bisa merasakan bulan madu bersama Zeyn, tetapi kehadran Elvi tentu akan memberi bumbu untuk kenangan yang tak akan pernah terlupakan.

"Halo, ini aku Angelia." Hera berbicara pada seseorang dalam telepon yang tak lain adalah Elvi. Sudah terbaca wajah murung di seberang sana saat mendengar kalimatnya.

"Ada perlu apa?"

"Aku dan Zeyn berbulan madu di resort mewah dekat pantai timur, bukannya itu impian para perempuan untuk menhabiskan waktu bersama orang yang di=cintai di sini?"

"Bulan madu? Kau bahkan beum menikah dengannya."

"Ck, kau memang sengaja tak diundang agar acara berjalan lancar." Ada tawa mengejek di akhir kalimat Hera yang buat Elvi serasa terbakar.

"Datanglah kemari, aku mengundangmu makan malam. Oh, jika butuh aku akan mememasankan penginapan terpisah dengan kami," lanjut Hera.

Perempuan itu tersenyum, memejamkan mata, rasakan angin dingin dari laut yang menerpa wajah, menerbangkan anak rambutnya. Dari belakang, dapat ia rasakan pelukan hangat yang menjalar di pinggang, juga sebuah kecupan singkat di pipi.

"Kau menyukai pemandangan ini?" tanya Zeyn yang datang menghampiri. Hera mengangguk sebagai jawaban, lalu berbalik, biarkan tubuh kokoh itu merengkuh dirinya.

"Apa aku ini sangat asing bagimu, Zeyn? Terkadang aku merasa seolah kamu adalah bagian dari diriku yang hilang."

"Astaga, kau ini lucu sekali." Zeyn mendekatkan wajah hingga hidung mereka saling bertemu. Pria itu memejamkan mata, rasakan sentuhan pada bibir meraka yang saling bertaut. Untuk beberapa saat, mereka hanyut dalam perasaan masing-masing.

The Loveliest RevengeWhere stories live. Discover now