7. Kepalsuan Yang Indah

218 6 0
                                    


"Hai Zeyn, lama gak ketemu," ujar gadis bersurai lurus dengan mata sipit yang tersenyum manis, memeluk Zeyn. Pria itu tak berkutik.

Hera terburu-buru melepas dress yang sempat dikenakannya, sebelum menuruni tangga, demi menemui sang mertua dan perempuan asing itu. Tak perduli pada penampilan yang hanya memakai kaos oversize yang menutupi celana pendeknya.

"Ma, ini siapa? Istri Kak Zeyn yang bisu itu? Cih, merepotkan. Ternyata dia juga dekil, ya?" Hera memasang wajah julid dengan jemari menunjuk, seolah begitu jijik.

Baiklah. Hera tak bisa banyak berbuat mengingat Zeyn yang juga diam. Pria itu tentu tak bisa melawan keputusan sang Mama.

"Ya, walaupun Mama malu, tapi Mama memang harus mengakuinya, kan?"

Sakit. Semua orang meremehkan dirinya, tetapi di situasi lain ia bisa menjadi sosok yang dipuja Zeyn, bahkan mampu mengalahkan kecantikan perempuan asing itu. Hera hanya memikirkan bagaimana untuk lekas pergi dari rumah ini.

"Hai, kenalin, Kak. Namaku, Kei. Selamat ya atas pernikahan kalian, aku baru bisa datang sekarang."

"Mama ngobrol sama Hera dulu, ya? Aku ada meeting penting sekarang. Aku pergi dulu," Zeyn berbalik, pergi.

Bagaimana pun Hera harus pergi lebih cepat, ia tak boleh membiarkan Zeyn sampai di cafe lebih dahulu. Bisa saja pria itu curiga karena keterlambatan nya.

Dengan cemas Hera menuliskan sebuah kalimat di note, lalu menujukkan pada Nyonya Abigail yang tengah mengobrol dengan perempuan bernama Kei itu.

"Aku harus pergi untuk terapi, maafkan aku tidak bisa menunda jadwal berobat."

Kei terkekeh pelan. "Pergi sana. Kami juga akan pergi, daripada menghabiskan waktu dengan perempuan yang hanya bisa dibicarakan."

Hera kesal, menahan jemari untuk tak langsung memukul mulut Kei yang sekolah tak memiliki atitude.

Selepas perginya Nyonya Abigail dan Kei, Hera memanggil Sam untuk meminta bantuan. Dengan beberapa orang suruhan yang mengacaukan jalanan, tentu Zeyn akan terjebak ditengah kemacetan, sementara Hera bisa melalui dari jalan lain yang direncanakan.

Meski jauh dalam benak, ada rasa gundah gelisah. Hera Penasaran, siapa perempuan yang dibawa nyonya Abigail tadi. Mengapa ia memeluk Zeyn begitu erat? Mungkinkah Nyonya Abigail mencari pengganti karena ia kini telah bisu?

"Atau ... Haruskah aku membuat Zeyn menghamiliku agar aku bisa mempertahankan kebohongan ini sampai benar-benar bisa membalaskan dendam?"

****

Zeyn Mendengus kesal, hanya beberapa menit tersisa, sementara jalanan macet. Angelia pasti telah menunggu di cafe, dan bersiap membatalkan perjanjian.

Tentu gadis cantik itu prioritas, tapi keadaan seolah tak mau bekerja sama. Beberapa kali ia mendapat panggilan dari Angelia, tapi memilih abai dan fokus mengemudi.

Butuh hampir 5 menit untuk bisa terbebas dari kemacetan, dan dengan kesal pria itu akhirnya sampai di sebuah cafe. Menatap ponsel dengan sebuah foto di kirim Angelia yang buat Zeyn terkekeh pelan.

"Dia sangat lucu."

Zeyn memandang sebuah foto Angelia yang menopang kepala di meja, seolah begitu kebosanan. Dengan sebuah caption, "Aku menunggu begitu lama."

"Hei, maaf. Tadi ada kemacetan di jalan, jadi ... Aku terlambat. Apa aku dimaafkan?"

Pria itu menduduki kursi dihadapan Hera, sementara gadis itu tersenyum manis, menyambut kedatangan pria dengan pakaian formal itu.

The Loveliest RevengeWhere stories live. Discover now