27. Kehadirannya

93 5 0
                                    

Bagi Hera, malam itu terasa seperti sebuah perselingkuhan. Ia membiarkan Zeyn mencumbui dirinya setelah semua yang terjadi?

Bodoh. Mengapa Hera masih merindukan setiap sentuhannya? Mengapa Hera merindukan aroma parfumnya? Mengapa Hera merindukan hangat peluknya?

Tak hanya malam dan bulan yang menjadi saksi atas cinta mereka yang masih tersimpan dalam hati, tetapi juga bayi dalam kandungan Hera.

Dalam hati, Hera tak menyesal sama sekali telah mengancam Zeyn agar segera menceriakan dirinya. Justru, yang buatnya menyesal adalah mengapa ia tak kunjung jatuh hati pada Sam, dan tetap menginginkan Zeyn.

"Pasti Lisa dan Bambam membantumu, kan?" tanya Hera.

Zeyn mengangguk, lalu mengusap lembut pucuk surai Hera. "Aku datang kemari sebagai hadiah. Tolong terima jepit rambut ini."

Pria itu memakaikan sebuah jepit rambut berbentuk bunga sakura. Diambilnya sebuah kue tart yang disiapkan di atas meja. Untuk benda manis yang satu itu, bukan termasuk rencana Zeyn, tetapi pemberian dari Sam untuk kejutan yang mungkin kacau setelah kedatangan Zeyn.

"Ayo, pejamkan mata, dan berdoa."

Bukan sebuah hal yang buruk. Lagipula, Hera pikir Sam tak bisa datang, dan Lisa sibuk dengan putri mungilnya. Tak ada salahnya ia bersama Zeyn malam ini.

"Potongan pertama?" Zeyn membuka mulut, bersiap menerima suapan dari Hera.

Hera mengangkat sendok, seolah akan menyuapi Zeyn, tetapi pada akhirnya kue itu masuk kedalam mulutnya sendiri. Ia tertawa puas, berhasil mengerjai Zeyn.

"Suapan pertama, tentu saja untuk bayi kita," gumam Hera.

"Tiba-tiba dia sudah tumbuh sebesar ini. Ah, aku tidak sabar menantinya tumbuh."

"Tentu saja, tapi hanya aku yang akan mendampinginya."

Zeyn seketika terdiam. Benar apa yang dikatakan Hera. Memang perempuan itu tak bisa sembarang dipermainkan. Setelah kekerasan yang dilakukannya selama ini, pasti anak itu akan jatuh pada hak asuh Hera. Kemungkinan buruknya, Zeyn bisa saja dipenjara karena telah menipu keluarga Ma, dan memalsukan berkas kepemilikan harta mereka.

"Hera, aku minta maaf."

Sangat mudah untuk mengangguk sembari tersenyum. Sungguh, Hera telah memaafkan Zeyn dan semua kesalahan pria itu. Hanya saja, masih terlalu sulit untuk melupakan semua masa sulit yang pernah didapatnya.

"Kenapa kamu tidak membenciku saja setelah semua kejadian itu? Aku membalas dendam, mempermalukan keluargamu. Alasan mengapa kau tetap mengejarku itu yang buatku curiga."

"Aku sudah mencoba," kata Zeyn. "Aku coba membencimu, dan menyalahkanmu. Namun, pada akhirnya aku menyadari bahwa ini karmaku. Semakin banyak aku menyalahkanmu, semakin banyak aku merasa bersalah."

Hera tak mampu menjawab ucapan itu, tetes hangat basahi pipi, diusap pelan oleh Zeyn. Bahkan tak ada penolakan saat pria itu memeluk erat dirinya, terakhir ... berikan semua kecupan sayang di kening.

"Aku masih mencintaimu, Hera."

Sebenarnya mereka tak hanya bertiga dengan bayi mereka saja. Ada Lisa yang mengintip dari balik tanaman hias tak jauh dari gazebo. Perempuan itu membantu Zeyn melancarkan aksi dengan biarkan Bambam mengulur waktu bersama Sam.

"Berhasil. Saatnya aku muncul." Lisa berjalan mendekat. Zeyn juga melihat perempuan yang tengah manyun itu, tapi memilih abai.

"Hei hei, drama nya sudah selesai. Ini pesta untuk kami dan Hera, tapi tidak bersamamu, Zeyn." Lisa berucap dengan tawa di akhir kalimat. "Setelah mendengar semua cerita, aku tau, kisah kalian sangat konyol."

"Berikan aku lima menit lagi untuk menatap wajah yang sangat aku rindukan." Zeyn mendekap wajah Hera dengan kedua belah tangannya, menatap lembut.

"No." Lisa menggeleng kasar, lalu menjauhkan Zeyn dari Hera yang hanya berdiam dengan raut kecewa. "Tergantung Hera, memilih agar kau ada di pesta ini atau tidak. Bagaimana, Hera?"

Hera menarik nafas dalam, coba lepaskan perasaan dalam hatinya. "Aku, tidak ingin kau berada di pesta ini, Zeyn. Sudah cukup kau bersamaku, aku pergi ke Las Vegas untuk menghindarimu. Jadi, tolong janga ganggu aku, dan anakku."

Jika Hera yang berucap, Zeyn tak bisa untuk tak menuruti perkataan perempuan itu. Dengan terpaksa ia melangkah pergi, tinggalkan Hera yang berdiri dengan air mata mengalir di pipi.

"Aku membuatnya menangis lagi," sesal Zeyn.

Lisa memeluk Hera dari samping, coba menenangkan. Pada akhirnya ia mengetahui kejelasan hubungan Hera dan Zeyn dari Sam.

"Tapi tetap saja, aku lebih suka Hera bersama Zeyn, daripada si posesif itu," lirih Lisa yang sama sekali tak terdengar Hera.

Langkah beberapa orang terdengar semakin mendekat, Hera mengernyit, perempuan itu menatap Lisa dengan wajah bingung. Namun, hanya senyum yang ia dapati dari si sahabat.

"Happy birthday, Sayang."

Spontan Hera menutup mulut dengan kedua telapak tangan, saat kedua orang tuanya kini berada di depan mata. Ia menoleh pada Sam yang tersenyum di sampingnya, membawa sebuah kotak kado yang diletakan di atas meja dekat kue.

"Apa yang sudah terjadi? Kau menangis, Sayang?" tanya Tuan Ma.

Hera mengangguk. "Ku pikir kalian tidak ingat, jadi aku sangat sedih."

"Dan apa ini? Kau sudah memotong kue nya?!" Bambam berucap kesal begitu menghampiri kue tart terpotong dengan lilin yang telah tercabut. Pria penuh penuh energi itu seketika duduk lemas di gazebo.

"Ya, tadi Hera pikir kalian benar-benar tidak akan datang. Jadi, aku biarkan saja dia makan kuenya sendiri." Lisa beralasan. Tak satupun dari keluarga Ma tau tentang kehadiran Zeyn, termasuk Sam. Hanya ia dan Bambam yang membantu pertemuan singkat itu.

"Tak apa, kita masih bisa nyanyikan selamat ulang tahun, dan potong kuenya. Itu masih cukup," gumam Nyonya Ma.

Semua kompak mengangguk, sebelum kemudian menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Hera. Ia masih merasa haru, melihat orang tuanya jauh-jauh datang hanya untuk merayakan ulang tahun sederhana ini.

"Maukah kau menerima lamaranku?" Sam berlutut dihadapan Hera, dibukanya sebuah kotak mungil berisi cincin emas dengan hiasan hati.

Hera terdiam, menatap jari kelingking kanannya yang masih memakai cincin pernikahan dengan Zeyn.

"Hera, ayo terima, Nak. Mama yakin, kamu mencintai Sam juga." Nyonya Ma menepuk pundak putrinya.

"Ayo Hera, mengangguklah. Dan kita akan berpesta malam ini," imbuh Bambam.

Hera meneguk ludah saat Sam meraih tangan kanannya dengan lembut, hampir memakaikan cincin di jari manis.

"Kau masih memakai cincin pernikahanmu?" Sam mendongak untuk menatap wajah Hera yang menunduk dengan wajah sendu.

"Aku tidak tau, Sam. Aku belum siap. Ku kira, aku perlu waktu sampai aku bisa kembali menjalin sebuah hubungan."

Sam tersenyum lembut, hatinya tetap membara dengan cinta yang sama untuk Hera. Namun, berbeda dengan beberapa orang di gazebo yang merasa kecewa. Mereka sengaja menyewa tempat ini untuk malam penuh arti ini, tetapi Hera justru menolak lamarannya.

"Tak apa, aku bisa menunggu. Atau, kau bisa memakai cincin ini di jari manis sisi kiri." Sam memakaikan cincin di jari manis sisi kiri tangan Hera. "Aku sudah berjanji untuk menghargai setiap keputusanmu. Kau juga memberiku kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta. Kurasa tak masalah kita bertunangan dulu."

Hera mengangguk. Sam memeluk dirinya sekejap, lalu menepuk pelan pucuk surainya dengan penuh sayang.

"Jadi, bukan Papa yang menerima suapan pertama di kuemu?" tanya Tuan Ma pada putrinya.

Perempuan itu mengangguk tanpa ragu. "Bayi dalam perut ini yang mengambil bagian Papa dan Mama."

"Astaga, apa yang bisa Mama dan Papa lakukan jika itu untuk cucu kami."

Sam menatap cincin pernikahan yang tersemat pada jemari ramping Hera. Pria itu menghembuskan nafas dalam, menyadari perasaan Hera pada Zeyn yang tak sedikitpun berkurang ataupun aus. Berpisah, justru buat perempuan itu sadar, bahwa ia hanya menginginkan Zeyn.

"Apa?" Sam menggumam pelan, menatap pria dengan jaket hitam yang berjalan pergi, tak jauh dari gazebo. Siapa? Tempat ini sudah disewa khusus, bukankah seharusnya petugas taman lebih memperhatikan pengunjung. Lagipula untuk apa dia berkunjung ke taman sendirian, di malam hari.

"Tidak. Tidak." Sam menggeleng pelan. "Tidak mungkin itu Zeyn. Sedang apa dia sini. Ingin menghancurkan pesta Hera?"

The Loveliest RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang