5. Rahim Sewaan

350 7 3
                                    


Hera berdebar, menatap Sam yang tersenyum ringan, lalu mengangguk, isyaratkan untuk keduanya masuk ke sebuah ruangan restoran mewah yang telah di sewa khusus. Beberapa perempuan pengagum pria gondrong itu bersorak, menatap heran pada Hera. Siapa dia?

"Sam? Itu pacarmu?"

Sam terkekeh, mempersilahkan Hera duduk di kursi sampingnya. "Ini keponakan ku. Aku memastikan dia untuk bergabung di kumpulan elegan ini, aku tidak mau dia salah bergaul."

Sedikit bergetar, Hera menunduk takut karena Zeyn terus menatap padanya dengan wajah datar yang biasa. Jantung berpacu, takut. Mungkin kah pria itu mengenali dirinya bahkan dengan riasan dan gaya berbeda?

Hera menyenggol lengan Sam, beri isyarat mata pada Zeyn yang masih menatap. Sungguh, ia takut sekarang. Jantung yang terus berpacu buat keringat dingin keluar. Hera panic, cemas akan make up yang mungkin saja terhapus.

"Tenang, make up mu tidak akan terhapus. Percaya padaku." Sam berbisik, llau pria itu berucap, "Hei, Tuan Zeyn, mengapa anda menatap keponakanku seperti itu? Ada masalah?"

Spontan Zeyn terkekeh, memalingkan wajah dari Hera, balik menatap Sam dengan senyum kikuk.

"Tidak, maksudku dia sangat cantik dan kelihatannya pemalu. Kenapa dia tidak memperkenalkan diri?"

"Benar juga." Sam menepuk pundak Hera. "Perkenalkan dirimu."

Meneguk ludah dengan susah payah, semua orang di sini masih sangat asing kecuali Sam, Elvi dan Zeyn. Bagaimana jika mereka mengenali suara Hera?

"Ayo perkenalkan diri, apa kau bisu?" Ejek Elvi.

Tersentak, Hera menatap perempuan itu marah kala Zeyn menepuk punggung, coba menenangkan Elvi.

"Perkenalkan, namaku A- Angelia," Hera berucap dengan terbata. "Semoga kita bisa berteman dengan baik."

"Suara yang lembut," puji Zeyn.

Manik mata Hera membulat, tersenyum malu. Ini kali pertama pria itu memuji suaranya. Padahal Zeyn bisa setiap hari mendengar, tetapi pria itu enggan meluangkan sedetik saja biarkan suara lembut itu menyentuh pendengaran.

Sungguh melegakan bagi Hera, melihat Elvi merengut kesal, cemburu dengan kehadiran nya yang menarik perhatian Zeyn.

Beberapa menit berlalu hanya dengan saling mengobrol, Hera bersyukur Sam bantu menjawab beberapa pertanyaan jebakan yang dilontarkan Elvi untuk mempermalukan.

"Jadi kau ini sebenarnya datang dari mana? Kenapa Sam tak pernah memperkenalkanmu sebelum nya? Kau bukan perempuan sewaan di klub malam, kan?" tanya Elvi.

"Elvi!" Zeyn melotot marah, rahangnya mengeras, merasa malu pada sikap sang pacar.

"Jangan keterlaluan mengatai Angelia. Dia itu pemalu, harusnya kita memberi kenyamanan untuk member baru kita," lanjutnya.

"Dia datang dari Australia. Selama ini dia berlibur ke rumahku beberapa kali, dan sekarang dia memilih menetap bersama keluarga kami untuk beberapa keperluan pribadi."

"Sudahlah, bagaimana kalau kita pindah ke aula dansa sekarang?" Pria lain bersuara, merangkul pinggang sang kekasih, menuju ruangan lain yang juga telah di sewa.

Beberapa orang memilih berdansa dengan musik pengiring santai, begitu elegan di setiap gerakan. Hera tersenyum tipis, ia adalah penari handal yang mendapat pelatihan khusus dari sang ibu. Sebelum menikah, mimpi nya adalah menjadi seorang penari. Namun, demi Zeyn, Hera merelakan segalanya.

"Ayo nona, tunjukan bakatmu."

"Tapi Sam, gerakanku mungkin akan terlihat kaku seperti robot. Aku sudah lama tidak menari."

The Loveliest RevengeWhere stories live. Discover now