16. Peluknya

106 6 0
                                    

Brakk!


Zeyn menggebrak meja kerja, mengobrak-abrik seluruh berkas, bahkan membanting komputer yang masih tertancap. Persetan, ia telah gagal pun hancur.


Di hari yang cerah, Zeyn justru dapat merasakan masa depan yang suram. Seluruh berkas yang telah ia palsukan lenyap tam tersisa.


"Lakukan penyelidikan! Aku yakin semua ini berhubungan dengan Sam dan Hera. Bawa mereka ke hadapanku bagaimanapun caranya!"


Zeyn memerintah dua bodyguard berbadan kekar yang telah menjadi kepercayaannya. Nafas memburu, dengan urat kemarahan yang menonjol di pelipis. Sungguh, ia tak menyangka Hera akan membalas dendam hingga sejauh ini.


"Kau pikir dia perempuan bodoh? Coba lihat ke belakang, sebelum menikah denganmu, siapa dia?"


"Kak!" bentak Zeyn pada Rose yang coba menasehati. "Sebenarnya kau berada di pihak siapa? Kenapa kau tak mendukungku sama sekali."


Benar apa yang dikatakan Rose, ia memang telah sepenuhnya mengabaikan Hera dan melupakan semua fakta tentang perempuan itu. Jauh sebelum mereka saling kenal, Hera adalah seorang perempuan pintar secara akademik yang telah menangkan banyak medali selama sekolah dan kuliah. Tak hanya itu, Hera juga sangat mahir melakukan dansa karena selalu berlatih bersama ibunya. Jelas, Zeyn tau itu.


"Mungkin, selama ini kau terlalu menyangkal dirimu sendiri, Zeyn. Untuk tidak mencintai Hera, meski ada satu atau dua hal darinya yang membuatmu takut kehilangan dan ingin selalu menyayanginya."


Zeyn menggeleng. "Tidak ada yang kucintai dari Hera, kecuali harta keluarganya.""Kau memang keras kepala."


****


Hera memiliki janji temu dengan Zeyn di tengah hari sebagai Angelia. Namun, karena pulas tertidur, ia lupa waktu dan bahkan Alia pun tak membangunkannya.


Dengan terburu perempuan itu meraih koper riasannya, menyiapkan pakaian untuk pergi.


"Baik, penampilan hari untuk menghibur Zeyn yang tengah gundah gulana, jadi dress mini ini sangat cocok," gumam Hera.


Kali ini Hera mecoba terlibat lucu dengan memakai handuk merah yang senada dengan high heels, sementara dress putihnya memiliki pola bunga mungil berwarna merah yang begitu apik membalut tubuh.


"Siap."


Hera melangkah mengendap, menoleh ke sana-kemari pastikan Alia tak melihatnya. Perempuan pelayan itu tengah sibuk di dapur, jadi Hera bisa keluar dari gerbang belakang yang jarang dilewati agar tak tertangkap satpam.


Brakk!


"Ah sial, rumputnya licin," keluh Hera sembari memukul rumput di bawah tubuh yang terjatuh. Kini dress putihnya ternoda tanah dan rumput, kotor.


"Nyonya, apa itu anda?"


Bahkan Hera tak bisa menoleh saat mendengar suara Alia dari belakang. Tubuhnya seolah kaku. Harus berangkat secepatnya, terjatuh hingga pakaiannya kotor, dan sekarang ia ketahuan oleh Alia.

The Loveliest RevengeWhere stories live. Discover now