dua

86 5 0
                                    

Pagi ini Jani di sibukkan kembali oleh pekerjaannya. Kini dirinya sibuk kembali merapihkan berkas-berkas yang di perlukan untung meeting nanti bersama para pemain film dan kru lainnya. Untuk membahas perihal film yang akan di Produseri oleh dirinya. Well, bukan dirinya saja sih tapi ada Produser lain juga, Dewa dan Yurin. Sebenarnya Jani masih ingin bercumbu dengan kasurnya lebih lama tapi apalah daya ketika pagi tadi Jani sudah di hebohkan dengan teriakan heboh Yena yang terpaksa membuat Jani berpisah dengan mimpi indahnya alias Anjani terbangun secara paksa. Yena heboh karna ternyata dirinya bangun kesiangan untuk berangkat kerja. Dan karna itu jugalah Jani terpaksa terbangun karna teriakan Yena mampu membuat gendang telinga orang yang di dekatnya budeg sesaat. Menyebalkan sekali pikirnya.

Maka dari itu sekarang Jani sudah berada di ruangan kerja nya ketika bahkan jam meeting masih ada 30 menit lagi. Merasa lapar karna tadi pagi dia hanya makan roti selai itupun tidak habis karna dia malas menghabiskan. Malas mengunyah kata nya. Memang agak lain si Jani ini, pantas saja Mamanya tidak pernah bosan menasehati Jani perihal sarapan. Melihat arloji yang ada di pergelangan tangan 'masih ada waktu' pikirnya. Segera Jani melangkah kan kaki nya menuju kantin kantor yang ada di lantai paling bawah. Selama perjalanan banyak para kru disana yang menyapa nya. Bagaimana tidak seorang Jani adalah produser yang di segani setiap kru dan semua pegawai yang ada di kantor karna Jani adalah Produser yang di rekrut bahkan sebelum genap setahun dia bekerja di rumah produksi Bighype pictures dan banyaknya film-film hits yang di Produseri oleh dirinya. Itupula yang membuatnya di pandang sebagai Produser termuda sekaligus terbaik yang pernah ada dalam sejarah Bighype pictures.

Tak terasa dirinya sudah sampai di kantin kantor. Suasana lenggang mungkin karna ini sudah memasuki jam kerja hanya ada beberapa yang masih berkeliaran di sana. Segera dia membeli makanan yang sekiranya dapat membuat perut kelaparan nya terisi. Lantas setelah mengambil makanan Jani duduk di bangku kosong yang letaknya di sudut ruangan. Kantin ruangan yang sebagian dindingnya hanya di batasi kaca membuatnya dengan leluasa bisa melihat pemandangan taman gedung ini sambil menyantap makanan nya. Lantas pikirannya berimajinasi memikirkan lelaki yang menjadi alasan utama atas kegundahan hatinya selama ini. Bagaimana kabarnya? Apakah dia sudah berhasil meraih mimpinya? Apakah dia masih suka memikirkan Jani seperti Jani yang selalu memikirkan lelaki itu? Pada akhirnya hanya helaan nafas dirinya saja yang menjawab pertanyaan dalam benak nya itu.

"Woy!"

Jani tersentak kaget kala mendengar seruan tidak ada adab itu. Menggerakkan lehernya untuk melihat siapa yang mengganggu nya merenung hidmat. Ternyata Yurin teman sekantor nya sekaligus Produser yang selalu bekerja dengannya ketika ada proses shooting.

"Apaan sih, bikin kaget aja lo, Rin," ucap Jani sambil mendelikan mata julid.

"Ya suruh siapa ngelamun gitu kayak orang bego, jadinya kan gue terbesit ide buat ngagetin lo." Yurin segera mendudukan dirinya di hadapan Jani. Dan tanpa ada babibu dia langsung menyambar cup minuman milik Jani yang teronggok di depannya. 'Memang manusia kurang ajar, udah ngagetin nyolong minuman gue lagi' pikir Jani dongkol tapi dia hanya diam tidak berniat menyuarakan nya secara gamblang.

"Bacot. Ngapain lo kesini?"

"Buset kasar amat Bu Produser yang satu ini." Yurin terkekeh. "Nyariin lo, sekalian jemput lo juga sih takutnya lo lupa kalo ada meeting." Yurin berkata membuat Jani mendelikkan mata bulatnya.

"Makasih banget. Tapi gue bukan anak SD yang apa-apa perlu di ingetin."

"Ya emang, semua orang juga tau kalau Anjani seorang Produser terbaik sepanjang sejarah ini adalah orang dewasa, tapi masalahnya terakhir kali kita ada meeting penting lo malah telat sampe gue pun kena dampak nya, njir. Nah, kali ini gue gak mau hal yang sama terulang lagi. Lo tau sendiri si Dewa kalo marah kaya gimana, udah kaya singa yang gak makan sewindu." Yurin berceloteh sampai bibirnya ikut monyong-monyong membuat Jani tertawa.

Meet Againजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें