dua dua

15 5 0
                                    

"udah ketemu nya?" Harsa bertanya mengejutkan Raka yang masih melamun sepeninggal Jani.

"Anying ngagetin, tai." Raka sewot.

Harsa tak menjawab apapun lalu mendudukkan diri di sebelah Raka. Tempat yang tadi sempat Jani duduki.

"Lo kok tiba-tiba ada disini? Ngikutin gue ya, lo."

"Enak aja. Gue abis dari kantin sana." Harsa menunjuk ke belakang tepat dimana kantin berada. "Ngeliat lo tadi lagi ngobrol sama Jani. Gue nyusul aja kesini pas Jani nya udah pergi."

Raka terperangah. "Jadi.. lo dari tadi merhatiin gue sama Jani?"

"Iya lah, jir. Orang posisinya jelas banget mana gue duduk di pojok."

"Anjir." Raka histeris. Malu dong kalo sampe Harsa denger obrolan dia.

"Kenapa deh, histeris amat. Lagian gue gak denger apa yang kalian obrolin cuma liat doang."

Mendengarnya Raka lega. Tak terbayang bagaimana jadinya jika harsa mendengar semua obrolannya. Bisa-bisa Raka langsung log out dari kehidupan saking malunya. Soalnya tadi obrolannya mellow banget.

"Abis ini mau kemana cuy," tanya Harsa. Mengalihkan pembicaraan.

"Disini aja nunggu Jani kelar kerja."

"Kapan kelarnya emang?"

"Gak tau, tapi dia bilang sore."

"Apa?! Gila aja, anjir. Ini baru jam sebelas, sore masih lama. Gila aja kita nunggu disini selama berjam-jam."

"Cuma setengah hari kurang, belum setahun kita nunggu."

"Setengah hari itu lama, bego." Harsa memutar bola mata. Males dia tuch.

"Gak apa-apa lah, Sa. Lagian juga kita mau ke mana coba kita kan gak tau wilayah-wilayah jekate. Ntar kalo kita nyasar gimana?"

Harsa menghela nafas. Iya juga apa yang di bilang Raka. Mereka kan bukan orang sini. Mana ini pertama kalinya mereka ke Jakarta. Maklum gaes waktu hidup mereka di habiskan di Bandung.

"Jadi serius kita bakal nunggu disini sampe sore?"

"Iyee."

Harsa pasrah. Yaudah. Mau bagaimana lagi kan?

"Oh iya, kita disini gak bakal langsung pulang Bandung kan?" Raka bertanya lagi.

"Iya lah, kalo langsung pulang ngapain kita repot-repot bawa baju ganti, pake koper segala. sayang banget kalo langsung pulang. Lagian lo emang gak mau kangen-kangenan dulu sama si Jani."

"Gue juga gitu mikirnya. Refreshing dulu disini lagian waktu liburan juga masih banyak."

"Nah itu." Harsa membenarkan.

"Tapi nanti kita mau tidur dimana?"

"Lah iya, gak kepikiran. Hotel mungkin, gimana?"

"Tadinya gue mikir hotel juga. Cuman tadi Jani nawarin nginep di apartemennya aja. Katanya hotel mahal, sayang duitnya. Gue belum iyain takutnya lo gak mau."

"Gue hayuj aja sih. Apalagi kalo dia dengan sukarela nawarin, gratis lagi." Harsa tertawa. Raka tersenyum kecut. Ini anak kalo yang gratisan di gas wae.

"Yaudah berrti fix ya, di apartment pacar gue aja." Raka berucap santai. Harsa di sebelahnya julid.

"Yakin dah jadi pacar? Mang nya lo udah ngajak balikan?"

"Belum sih."

"Yeuu. Terus kenapa lo ngaku-ngaku."

"Bukan ngaku-ngaku, tapi kan status gak penting intinya masih sama-sama ada rasa kan."

Meet AgainWhere stories live. Discover now