sebelas

20 3 0
                                    

Kini Jani ada di kamar lamanya. Menelisik kembali kamar itu dengan penuh perasaan. Dirinya merindukan kamar ini. Empat tahun di tinggalkan pemiliknya tapi kamar itu tetap bersih mungkin Mama menyuruh Bi Darsih untuk membersihkan kamarnya tiap hari. Entahlah tapi dia harus merasa berterimakasih pada siapapun yang merawat kamarnya.

Berbeda dengan kamar apartementnya yang lebih sering di isi oleh kesedihan dan tangisan. Kamar ini justru banyak menyimpan kenangan manis yang menggunung. Jelas saja kamar ini ia gunakan dari ia masih kecil sampai kuliah. Kamar ini menjadi saksi bisu dirinya tumbuh dewasa dan mengenal cinta. Jani jadi ingat ketika dirinya masih bersama Raka dulu, dirinya sering sekali berdiam di sini dan menulis segala hal yang di lakukan oleh keduanya di buku diary.

Buku diary.

Jani seakan di ingatkan kembali oleh itu. Lalu dirinya berjalan ke arah meja belajar nya dan membuka laci, nampak terkunci. Oh, iya. Jani lupa sebelum dia meninggalkan rumah ini dia mengunci laci meja ini karna takut jika ada yang melihat isinya.

Jani bergerak ke arah belakang lemari dan menemukan benda persegi yang di gantung, itu adalah kotak penyimpanan kunci. Dirinya lantas membuka kotak itu dan mengambil kunci yang tersimpan apik. Lalu Jani kembali ke arah meja belajar dan membuka laci yang ada di bawahnya.

Tercium aroma kenangan di dalamnya. Jani mengambil buku dan membaca nya, lembar demi lembar ia baca. Sesekali dirinya tertawa melihat tulisan nya yang sangat absurd dan kadang dia juga menangis jika menemukan curhatan ia yang menyayat hati.

Hingga pada lembaran terakhir, dia termenung membaca kembali tulisan itu dengan seksama.

Bandung, 2 mei 2018.

Hari ini adalah hari yang paling menyakitkan buat gue. Hari dimana gue putus sama Raka gue gatau apa alasan di mutusin gue tanpa alasan padahal pas kemarin kita baik-baik aja.

Awalnya Gue bener bener gatau apa alasan yang membuat dia mutusin gue. Tapi pas tadi gue lewat depan kamar Mama Papa mereka lagi ngomongin perihal gue sama Raka. Dan puncak nya ketika itu Papa bilang ke Mama, kalo Papa ternyata nyuruh Raka buat mutusin gue. Papa ngasih pilihan ke Raka. pilih gue atau orang tuanya kehilangan pekerjaan. Kalo Raka milih gue, Raka harus nerima konsekuensi kalau ayahnya bakal di pecat dari kerjaan nya. Kalo dia gamau ayahnya di pecat dia harus mutusin gue. Parah banget gue kecewa sama Papa bisa-bisa nya dia sekejam itu.

Gue marah sama papa, gue dobrak kamar mereka gue berontak dan disana untuk pertama kalinya gue ngelawan dan teriak-teriak sama Papa, dan untuk pertama kalinya juga Papa marah sama gue, sampe gue hampir di tampar kalo aja Mama gak ngalangin.

Gue cape, gue nangis, gue gamau kehilangan Raka. Papa jahat banget. Gue benci papa. Gue kecewa.

Tulisan ini menjadi curhatan terakhir buku diary ini sekaligus kisah terakhir dari kisah cintanya.

Jani ingat betul bagaimana dirinya menangis sesegukan kala menulis ini. Dan hari itu adalah awal kehancuran semuanya. Rumah yang mendadak menjadi dingin dan hatinya juga ikut mendingin. Sampai Mama pun kena imbasnya.

Jani memikirkan itu semua. Mengingat kembali sebelum semuanya menjadi kacau seperti sekarang. Papa dulu adalah panutan terbaik dirinya. Papa selalu memperlakukan Jani dengan manis, bukan hanya Jani bahkan semua anggota keluarga pun Papa selalu baik. Bahkan dulu Jani lebih dekat dengan Papa dari pada Mama. Kemana pun selalu dengan Papa. Tapi setelah kejadian itu hubungan antara keduanya menjadi tak sehangat dulu. setelah bertengkar hebat dengan Papa kala itu Jani tak pernah bertegur sapa dengan nya dan karna kekecewaan nya pada Papa lah yang membuat nya memilih tinggal di ibukota.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang