dua puluh

19 3 0
                                    

Pagi harinya Raka langsung bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta. Tentu saja dengan seizin Ayah dan Bunda. Semalam Raka meminta izin ketika Harsa sudah pulang ke rumahnya. Raka menceritakan tujuan kepergiannya ke Jakarta adalah untuk menemui Jani. Bunda jelas mengizinkan dan tidak bertanya lebih jauh namun Ayah berbeda. Pria paruh baya itu awalnya menolak tentu saja Ayah tak ingin anaknya mengalami hal yang tidak menyenangkan lagi seperti Empat tahun lalu. Tapi Raka menceritakan pertemuannya dengan Papa Jani dan mengatakan bahwa Papa Jani sudah merestui hubungannya. Begitu mendengar itu Ayah terkejut namun tak ayal dirinya langsung mengizinkan buat Raka pergi meskipun Ayah seperti agak ragu.

Jadilah hari ini Raka sudah rapi dengan outfitnya. Raka masih mematut diri di depan cermin ketika Bunda masuk.

"Jangan ngaca terus, udah ganteng juga."

Raka menoleh tersenyum malu. "Harus ganteng dong Bunda, kan mau ketemu Jani. Hehe."

Bunda mengulum senyum. "Udah siap semuanya? Gak ada yang ketinggalan?"

"Nggak sih, Bun. Soalnya yang ku bahwa cuma baju-baju doang, makanan bisa beli disana."

Bunda mengangguk. "Bunda udah bikin cookies tadi, sekalian kamu bahwa buat Anjani. Kemarin Mamanya sempat bilang kalo Anjani lagi suka cookies setelah makan buatan Tantenya, jadi berhubung kamu mau ketemu Anjani, makanya nitip aja sekalian."

"Garcep banget Bunda." Raka terkekeh.

"Harus. Kan Anjani bakal jadi kandidat calon mantu."

Raka keselek ludah sendiri. "Bunda mikirnya kejauhan."

"Loh kenapa? Kamu emang gak mau nikah sama Anjani?"

"Nggak gitu, Bun. Aku juga mau kali menua sama Anjani."

"Yaudah kalo gitu aminin aja, jangan malah ngelak."

Raka jadi bingung harus menjawab apa. Jadi dirinya hanya membisu saja.

"Makan dulu ya, sebelum berangkat Bunda udah masak."

"Siap, Bunda."






🕚🕚🕚



Raka kini sudah berbeda di luar rumah. Menunggu mesin mobilnya panas. Ayah dan Cia sudah berangkat dari tadi. Cia sempat menolak untuk sekolah kala tau Raka akan ke Jakarta. Cia ingin ikut namun Bunda tidak mengizinkan karna Raka akan melakukan tugas besar di kota sana. Jadilah pagi tadi dengan wajah cemberut Cia langsung berangkat di antar oleh Ayah.

Raka sedang melamun ketika dirinya di kejutkan oleh kehadiran Harsa. Sebenarnya tidak ada yang aneh hanya saja Harsa datang tidak dengan tangan kosong. Anak itu membawa koper dan berjalan mendekat ke arah Raka.

"Ngapain lo bawa koper segala? Lo di usir sama emak bapak lo?"

Harsa tak langsung menjawab. Memilih mendudukan diri di samping Raka dan menyimpan koper di sebelahan tubuhnya.

"Mau ngikut ke jekate, gue."

"Yang bener aja."

"Iya, lah. Sekalian juga refreshingnya gak di Bandung mulu, sekali-kali ke daerah ibukota."

"Udah izin tapi?"

"Udah dong."

"Tapi kenapa gak bawa mobil?" Tanya Raka heran. Pasalnya Harsa tidak membawa kendaraan saat kesini. Tiba-tiba anak itu sudah berada di depan pintu gerbang rumahnya.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang