delapan

17 4 0
                                    

"Lo kenapa sih, Ka, buru-buru amat mau balik." Harsa berujar ketika keduanya sudah berada dalam mobil.

Raka tak menjawab membuat Harsa gondok setengah isdet. Harsa tuh gak bisa di giniin. Niatnya kan ingin kualiti taim sama Raka. Eits! Jangan pikir Harsa kaum rainbow karna kualiti taim sama cowok! Dia tuh kualiti taim dalam ajang ingin menghabiskan waktu bersama bestie. Kapan lagi coba mereka bisa haunting bareng lagi di Bandung? Karna sehabis balik ke Yogyakarta pasti mereka bakal fokus lagi sama kerjaan masing-masing. Jadi Harsa harus memanfaatkan momentum ini sebaik mungkin. Tapi dengan seenak jidat nya Raka malah ngajak balik. Ngeselin banget emang.

"Oy! Jawab kek kalo urang ngomong." Harsa kembali bersuara. "Gak asik pisan urang di kacangin!"

"Diem, lah. gandeng banget cocot maneh." Akhirnya Raka menjawab.

"Maneh teh kenapa si? Naha kujuk-kujuk ngajak balik. Urang keur seru-seru na ngobrol jeung si Jani." Harsa berujar kembali dan itu membuat Raka sedikit kesal karna Harsa membawa nama Jani.

"Atau jangan-jangan lo cemburu ya liat gue sama Jani?" Harsa menutup mulutnya kaget. "Iyakan? Ayo ngaku lo pasti cemburu karna lo gak bisa deket sama Jani."

Raka yang mendengar itu semakin di buat kesal. Entah kesal untuk apa dan siapa. Karna yang di omongin sama Harsa ada benernya. Raka cemburu melihat Jani dan Harsa mengobrol sedekat itu, Raka kan jadi ingin tapi dia gak bisa.

"Bacot." Hanya itu yang bisa Raka suarakan.

Harsa tertawa. "Maneh nyarkas gitu berarti bener dong kalo lagi cemburu? Hayolo ketahuan." Semakin usil.

"Apaan si, biasa aja tuh." Raka mengelak.

"Halah gengsi maneh tuh ketinggian. Tinggal ngaku aja si apa susahnya."

"Terserah."

Harsa di buat terdiam sesaat tapi tak berlangsung lama karna dia kembali berceloteh.

"Tadi tuh urang ngobrol bentar sama Jani."

"Gak nanya."

"Maneh kalo lagi cemburu tingkat ngeselin nya nambah ya."

"Udah urang bilang, urang gak cemburu."

"Bodo amat." Harsa memutar bola mata. "Gue nanya kabar aja si, terus juga nanya apa kesibukan yang lagi di jalanin sekarang."

"Gak nanya."

Harsa terkekeh. "Siapa tau lo kepo. Cuma gengsi mau nanya nya."

Raka memilih tak menjawab dan fokus pada kegiatannya mengemudi kan mobil.

"Kita saling nanya kesibukan. Dan lo tau gak? Ternyata si Jani nih jadi Produser."

"Udah tau."

"Hah? Tau dari mana lo? Apa jangan-jangan lo ngepoin dia, ya?"

"Gak ngepoin tapi emang ada Informan tanpa di suruh ngasih tau pekerjaan Jani."

"Dari siapa emang?" Harsa heran pun penasaran.

"Dari Jian. Sepupunya Jani."

"Lo masih deket sama sepupunya juga?"

"Iya."

"Widih, gue kira setelah putus, gak bakal deket lagi sama sodaranya yang lain."

"Yang putus hubungan gue sama Jani. Bukan silaturahmi nya. Lagian juga sekarang kan si Jian pacaran sama sepupu gue juga. Si Mala."

"Waw super sekali. Lo sama Jani pernah pacaran terus sekarang kisah nya di lanjut sama sepupu lo berdua."

Raka tersenyum tipis. "Iya. Tapi semoga kisah mereka gak berakhir kaya gue."

Meet AgainOù les histoires vivent. Découvrez maintenant