tiga

35 4 0
                                    

Jani mengecek ulang barang bawaan nya untuk besok takut ada yang tertinggal. Sebenarnya tidak ada bawaan yang penting sih karna sesuatu yang penting yang menyangkut pekerjaan Jani sudah di siapkan di kantor kemarin ketika selesai meeting. Yang di bawa dari rumah nya mungkin hanya barang-barang pribadi saja seperti alat mandi, alat tidur dan pakaian sebagai baju ganti. Menelisik kembali barang bawaan nya, lantas dirinya mengernyit.

"Bentar deh, ini kenapa gue kayak niat banget liburan ya? Padahal disana gue dominan kerja dari pada liburan ya meskipun jadwal nya ada liburan juga sih, tapi ah udahlah bodo amat."

Malas berpikir aneh-aneh Jani pun bangkit dari posisi nya dan berjalan ke arah dapur untuk membuat makanan. Perutnya terasa keroncongan. Jani melihat ke arah jam dinding. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tidak ingin ribet Jani hanya memasak mie instan saja selain gak ribet masak nya juga cepet. Hehe.

Dan satset satset jadi deh mie intsan buatan Jani, segera Jani menyantap mie itu dengan lahap. Bunyi sruput-sruput memenuhi ruangan dapur yang sunyi. Lantas setelah menuntaskan acara makannya Jani langsung mencuci alat makan yang dia gunakan tadi. Setelah dirasa selesai Jani kembali ke ruang tengah untuk diam, entah dia mau melakukan apa, karna pekerjaan sudah di selesaikan semua.

Bingung melakukan apa Jani menghidupkan televisi dan menonton sinetron yang sedang berlangsung saat itu. Tetapi itu tak berlangsung lama sebab acara tv nya justru membosankan.

"Aduh, gabut banget gue," gumamnya.

Lantas Jani menghidupkan handphonenya terlihat lookscreen nya menampilkan foto candid Raka yang tersenyum lebar. Manis. Lantas Jani tersenyum sesaat dan mengetikkan kata sandi untuk memenuhi tujuan awalnya, menghubungi Yena. Tidak perlu menunggu lama hingga telepon tersambung.

"Oyt, Jan. Apaan? tumbenan amat nelpon malem-malem." Suara pertama Yena terdengar berteriak. Di belakang nya terdengar ribut suara kendaraan, sepertinya Yena sedang di luar malam ini.

"Lo lagi di luar ya?" Jani menebak.

"Iya ini lagi nongki di cafe depan gedung apart."

"Kok gak ngajak gue." Jani berujar dengan nada terkesan merajuk dan sukses mengundang tawa Yena di seberang sana.

"Gue bareng someone kesini nya, masa harus ngajak lo si." Yena geli sendiri.

"Someone siapa, pacar? Kok lo gak bilang sama gue kalo lo udah punya pacar, parah. Lo anggap apa gue selama ini, hah?! Pasal punya pacar aja gak cerita!" Ujar Jani menggebu-gebu membuat Yena di seberang sana sigap menutup telinga karna Jani berbicara setengah berteriak.

"Ih bukan, Jani kampret. Suara lo turunin dikit napa bisa budek gue denger teriakan lo. Lagian juga siapa yang bilang gue punya pacar? Yang gue sebut someone tuh gebetan. Baru GEBETAN belum sampe tahap pacar, tapi doain aja sih mudah-mudahan aja secepatnya gue di pacaran sama dia."

"Dih."

"Kok malah adah-idih, aamiin-in dong Jani-ku sayang si tukang gamon."

"Gue gak gamon ya, plis."

"Halah, udahlah skip. back to the topic. Lo ngapain nelpon gue?"

"Gak ngapa-ngapain sih sebenarnya, gue gabut aja gak ada kerjaan." Jani menghela.

"Udah hampir setengah sembilan, mending lo tidur aja besok juga lo berangkat pagi kan, awas tuh telat. Lo tea kalo tidur udah kaya kebo mati, ada hujan badai halilintar pun gabakal kebangun." Yena malah ngomel.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang