empat

29 3 3
                                    

Selesai Dzuhur mereka segera memulai shooting. Tim memutuskan untuk mengambil shoot di daerah Braga dahulu karena selain tempatnya yang lumayan dekat dari villa tempat mereka singgah, Braga juga tempat yang sudah tim nya sepakati untuk menjadi tempat pertama yang akan di gunakan untuk shooting.

"Wa, kita kesana pake bus aja nih?" Jani bertanya ketika melihat beberapa kru sudah memasuki bus yang mengantarkan mereka dari Jakarta menuju Bandung. Sedangkan Jani dan Dewa masih setia menunggu semua nya sudah masuk ke dalam bus.

"Iya, soalnya mau pake apalagi, tim kita kan cuma bawa bus, gak ada yang bawa mobil pribadi, masa harus jalan kaki?" Dewa menjawab.

"Iya juga sih tapi bus kita bakal di bolehin masuk gak ke jalan Braga nya?"

"Pasti bisa. Soalnya bus kita gak terlalu gede amat, dan muat di jalan kok," jawab Dewa. Jani hanya ber-oh ria.

"Oh iya, Jan, Lo orang Bandung kan ya?" Dewa kembali bertanya membuat Jani menoleh ke arahnya dan mengangguk.

"Daerah mana nya?"

"Braga," jawab Jani

"Wah, enak dong, Lo bisa sekalian balik ke rumah nanti sehabis kerja," Dewa tertawa. "Suatu keberuntungan dong ya buat Lo, karena tim kita milih Bandung."

Jani tersenyum kecut. Keberuntungan apanya yang ada dia merutuk karena tim mereka memilih Bandung. Tapi untuk menghargai pertanyaan Dewa, Jani segera menjawab pertanyaannya.

"Iya, hahaha, tapi gue gak kepikiran buat balik ke rumah, soalnya disini gue juga sibuk nya kerja kan, pasti gak ada waktu."

"Kok gitu? Nanti kan sehabis shooting selesai kita di kasih waktu buat liburan dan santai-santai, bisa Lo pake waktu nya buat balik ke rumah." Dewa menambahkan seraya melangkah kan kakinya menghampiri bus yang akan mereka tumpangi. Jani mengikuti di belakang nya.

"Gatau sih, Wa. Kita lihat aja nanti."

Dewa kelihatan akan kembali bertanya ketika suara menggelegar Yurin mengalihkan atensi mereka berdua.

"WOI, JANGAN DULU PACARAN! KITA LAGI KERJA. CEPET MASUK ELAH KITA UDAH MAU BERANGKAT. YANG LAIN UDAH PADA NUNGGU."

Melihat itu Dewa tak kalah ngegas.

"YAELAH BENTARAN DULU APA. GAK SENENG LO LIAT GUE NGOBROL SAMA CALON ISTRI?" Ucapan Dewa membuat Yurin kembali mengeluarkan suara nyaring nya.

"DIH CALON ISTRI MATA LO KARATAN! EMANG NYA JANI MAU GITU SAMA MANUSIA TAMPANG KAYA LO? TIKUS AJA GAMAU KAYANYA."

Ucapan Yurin membuat semua yang ada di sana terkesima. karena takjub melihat Yurin yang sangat berani sekali se-frontal itu pada atasan. Memang tidak ada banding nya seormag Yurina Adisti ini.

Dan perkataan nya pula sukses membuat Dewa dongkol setengah mokad.

"Halah, bilang aja Lo cemburu liat gue berduaan sama Jani," ucap Dewa membuat Yurin sedikit terkejut. Pasalnya ucapan Dewa tuh ada benernya. soalnya Yurin sedikit cemburu. Padahal Dewa sebenernya cuma bercanda meskipun Dewa beneran dongkol sama ucapan Yurin tadi.

"DIH, halu Lo ketinggian." Balas Yurin sudah menurunkan nada bicara nya, dan itu membuat Dewa semakin semangat untuk mengusili Yurin.

"Ngaku aja kali, Lo sebenernya suka kan sama gue cuman gengsi aja."

Yurin sudah siap kembali mengeluarkan kata-kata pedas nya ketika Jani tiba-tiba menyela.

"Udah-udah ini kenapa jadi pada adu urat sih? Mending kita berangkat sekarang," ucap Jani sambil tertawa. Lantas pandangan nya beralih pada Yurin. "Lo juga, Rin, kalo cemburu bilang aja kali." Jani becanda jujur. Karena Jani juga tidak tahu perasaan seperti apa yang di rasakan Yurin pada Dewa.

Meet AgainWhere stories live. Discover now